3 Alasan Kuat Negara-negara di Dunia Ingin Buang Dolar AS
loading...
A
A
A
Alasan utama mengapa dolar AS menjadi mata uang cadangan dunia adalah karena negara-negara Teluk di Timur Tengah menggunakan dolar AS untuk memperdagangkan minyak karena sudah menjadi mata uang perdagangan yang digunakan secara luas pada saat mereka memperdagangkan minyak.
Pengaturan ini diformalkan pada tahun 1945 ketika negara raksasa minyak, Arab Saudi, dan AS mencapai kesepakatan bersejarah di mana Arab Saudi akan menjual minyaknya ke Amerika hanya dengan menggunakan greenback.
Sebagai imbalannya, Arab Saudi akan menginvestasikan kembali kelebihan cadangan dolar AS ke dalam perbendaharaan dan perusahaan-perusahaan AS. Kesepakatan tersebut menjamin keamanan AS untuk Arab Saudi. Namun kemudian, AS menjadi mandiri secara energi dan menjadi eksportir minyak netto dengan bangkitnya industri minyak serpih.
"Perubahan struktural di pasar minyak yang disebabkan oleh revolusi shale-oil secara paradoks dapat merugikan peran USD sebagai mata uang cadangan global karena eksportir minyak, yang memainkan peran penting dalam status USD, perlu mengorientasikan diri mereka ke negara lain dan mata uang mereka," kata para ekonom Allianz.
Pengaturan ini diformalkan pada tahun 1945 ketika negara raksasa minyak, Arab Saudi, dan AS mencapai kesepakatan bersejarah di mana Arab Saudi akan menjual minyaknya ke Amerika hanya dengan menggunakan greenback.
Sebagai imbalannya, Arab Saudi akan menginvestasikan kembali kelebihan cadangan dolar AS ke dalam perbendaharaan dan perusahaan-perusahaan AS. Kesepakatan tersebut menjamin keamanan AS untuk Arab Saudi. Namun kemudian, AS menjadi mandiri secara energi dan menjadi eksportir minyak netto dengan bangkitnya industri minyak serpih.
"Perubahan struktural di pasar minyak yang disebabkan oleh revolusi shale-oil secara paradoks dapat merugikan peran USD sebagai mata uang cadangan global karena eksportir minyak, yang memainkan peran penting dalam status USD, perlu mengorientasikan diri mereka ke negara lain dan mata uang mereka," kata para ekonom Allianz.
(nng)