Krisis Properti, Moody's Pangkas Peringkat Utang China Jadi Negatif

Rabu, 06 Desember 2023 - 12:49 WIB
loading...
Krisis Properti, Moodys...
Lembaga pemeringkat kredit Moodys memangkas prospek utang China menjadi negatif. FOTO/Xinhua via AP
A A A
JAKARTA - Lembaga pemeringkat kredit Moody's memangkas prospek utang China menjadi negatif dengan alasan risiko perlambatan ekonomi dan krisis di sektor properti.

Moody's mengatakan bahwa penurunan peringkat ini merupakan yang pertama kali sejak 2017. Hal itu mencerminkan risiko-risiko dari masalah pembiayaan pemerintah lokal dan regional serta perusahaan-perusahaan milik negara.

Perekonomian terbesar kedua di dunia ini telah melambat sebelum tindakan keras pada 2020 terhadap pinjaman yang berlebihan yang menyebabkan gagal bayar oleh puluhan pengembang properti. Masalah-masalah tersebut telah memperburuk keuangan pemerintah daerah dan juga membahayakan beberapa pemberi pinjaman, yang selanjutnya menyeret perekonomian.



Kebutuhan akan intervensi pemerintah untuk mendukung bank-bank dan pemerintah daerah menimbulkan risiko-risiko penurunan yang luas terhadap kekuatan fiskal, ekonomi, dan institusional China.

"Perubahan prospek ini juga mencerminkan peningkatan risiko yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang secara struktural dan terus-menerus lebih rendah," ujar Moody's dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AP, Rabu (6/12/2023).

Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa mereka kecewa dengan keputusan Moody's untuk menurunkan outlook.

"Sejak awal tahun ini, dalam menghadapi situasi internasional yang kompleks dan keras, dan dengan latar belakang pemulihan ekonomi global yang tidak stabil dan momentum yang melemah, ekonomi makro China terus pulih dan telah maju dengan mantap," ujar kementerian tersebut.

Perusahaan pemeringkat kredit internasional ini memproyeksikan ekonomi China akan tumbuh pada laju tahunan 4% pada 2024 dan 2025 dan terus melambat menjadi rata-rata 3,8% selama sisa dekade ini.

Faktor-faktor seperti demografi yang lebih lemah seiring dengan bertambahnya usia negara ini, kemungkinan akan mendorong penurunan potensi pertumbuhan menjadi sekitar 3,5% pada 2030.



Untuk memulihkan sektor properti China membutuhkan reformasi substansial dan terkoordinasi untuk mendukung lebih banyak belanja konsumen dan manufaktur bernilai tambah yang lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan yang kuat.

Sebagaimana diketahui, pemulihan ekonomi China dari pandemi Covid-19 goyah setelah ledakan aktivitas awal di awal tahun ini. Menaggapi itu, Kementerian Keuangan China menegaskan bahwa negara itu masih memiliki ketahanan dan potensi pembangunan yang besar dan akan tetap menjadi mesin penting bagi pertumbuhan ekonomi global di masa depan.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1260 seconds (0.1#10.140)