Diziarahi Kemendes PDTT pada HBT ke-73, Ini Kisah Makam Pionir Transmigrasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kendati tak seramai dulu, program transmigrasi secara kontinyu terus berjalan di Indonesia. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menegaskan, program ini terus dilaksanakan antara lain guna mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Konsep transmigrasi pada dasarnya menjadi upaya pemerintah untuk memindahkan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain di dalam suatu negara dengan tujuan pengembangan daerah tertentu. Secara etimologi, istilah kata transmigrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata trans yang berarti seberang dan migrare yang berarti berpindah. Istilah ini sudah terkenal sejak zaman pemerintah Kolonial belanda dan pertama kali dikemukakan secara resmi oleh Ir. Soekarno pada tahun 1927.
Penyelenggaraan transmigrasi di Indonesia sejatinya telah dimulai sejak zaman kolonial, tepatnya pada 1905. Hal itu ditandai dengan pemindahan dan penempatan 155 kepala keluarga (KK) dari Kedu, Jawa Tengah, ke Gedong Tataan, Lampung. Sementara, setelah Indonesia merdeka, transmigrasi pertama kali dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 1950 dengan pemindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Lampung dan Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Karena itu, Hari Bhakti Transmigrasi (HBT) diperingati setiap tanggal 12 Desember.
Menyongsong Hari Bhakti Transmigrasi yang tahun ini memasuki ke-73 tahun, Kemendes PDTT mengambil tema "Transmigrasi Satukan Negeri" yang akan dipusatkan di Kabupaten Lampung Timur pada 12 Desember 2023. Kemendes PDTT pun menggelar ziarah dan tabur bunga di Kompleks Makam Pionir Transmigrasi di Kecamatan Sukra, Indramayu, Jawa Barat, hari ini.
Prosesi tabur bunga yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Kemendes PDTT Danton Ginting Munthe ini merupakan agenda rutin dalam menyongsong Hari Bhakti Transmigrasi. "Ini menjadi bukti komitmen Kementerian Desa dan PDTT dalam terus menggelorakan program transmigrasi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang tidak perlu diragukan lagi," ungkap Danton dalam siaran pers, Kamis (7/12/2023).
Menilik sejarah, makam ini berawal dari peristiwa pada 11 Maret 1974, yang ditetapkan sebagai hari berduka bagi sejarah panjang transmigrasi di Indonesia. Kala itu, rombongan transmigran asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang menuju Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Rumbia di Lampung mengalami peristiwa memilukan. Satu dari enam bus pengangkut 70 transmigran asal Kecamatan Andong, Boyolali, mengalami kecelakaan.
Musibah tersebut menimbulkan korban jiwa sebanyak 67 orang yang terdiri atas orang dewasa dan anak-anak. Korban meninggal kemudian dimakamkan pada area khusus seluas 0,25 ha yang disediakan oleh Departemen Transmigrasi pada waktu itu di dekat tempat pemakaman umum tak jauh dari lokasi kejadian.
Para transmigran yang meninggal dalam peristiwa tersebut, kemudian ditetapkan sebagai "Pionir Pembangunan Transmigrasi" karena merupakan bagian dari rombongan transmigran pertama di Indonesia yang diberangkatkan ke lokasi transmigrasi.
Dirjen Danton dalam kegiatan tabur bunga itu mengatakan, hal ini antara lain menjadi momen refleksi untuk mengingat peristiwa penting dalam sejarah transmigrasi di Tanah Air. Terkait dengan itu, Danton juga menyerahkan buku berjudul "Jer Basuki Mawa Beya - Kisah Inspiratif Perjuangan Transmigran Menuju Kesuksesan" serta memberikan santunan kepada ahli waris pionir transmigrasi, serta Juru Kunci Makam Pionir Transmigrasi.
Konsep transmigrasi pada dasarnya menjadi upaya pemerintah untuk memindahkan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain di dalam suatu negara dengan tujuan pengembangan daerah tertentu. Secara etimologi, istilah kata transmigrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata trans yang berarti seberang dan migrare yang berarti berpindah. Istilah ini sudah terkenal sejak zaman pemerintah Kolonial belanda dan pertama kali dikemukakan secara resmi oleh Ir. Soekarno pada tahun 1927.
Penyelenggaraan transmigrasi di Indonesia sejatinya telah dimulai sejak zaman kolonial, tepatnya pada 1905. Hal itu ditandai dengan pemindahan dan penempatan 155 kepala keluarga (KK) dari Kedu, Jawa Tengah, ke Gedong Tataan, Lampung. Sementara, setelah Indonesia merdeka, transmigrasi pertama kali dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 1950 dengan pemindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Lampung dan Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Karena itu, Hari Bhakti Transmigrasi (HBT) diperingati setiap tanggal 12 Desember.
Menyongsong Hari Bhakti Transmigrasi yang tahun ini memasuki ke-73 tahun, Kemendes PDTT mengambil tema "Transmigrasi Satukan Negeri" yang akan dipusatkan di Kabupaten Lampung Timur pada 12 Desember 2023. Kemendes PDTT pun menggelar ziarah dan tabur bunga di Kompleks Makam Pionir Transmigrasi di Kecamatan Sukra, Indramayu, Jawa Barat, hari ini.
Prosesi tabur bunga yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Kemendes PDTT Danton Ginting Munthe ini merupakan agenda rutin dalam menyongsong Hari Bhakti Transmigrasi. "Ini menjadi bukti komitmen Kementerian Desa dan PDTT dalam terus menggelorakan program transmigrasi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang tidak perlu diragukan lagi," ungkap Danton dalam siaran pers, Kamis (7/12/2023).
Menilik sejarah, makam ini berawal dari peristiwa pada 11 Maret 1974, yang ditetapkan sebagai hari berduka bagi sejarah panjang transmigrasi di Indonesia. Kala itu, rombongan transmigran asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang menuju Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Rumbia di Lampung mengalami peristiwa memilukan. Satu dari enam bus pengangkut 70 transmigran asal Kecamatan Andong, Boyolali, mengalami kecelakaan.
Musibah tersebut menimbulkan korban jiwa sebanyak 67 orang yang terdiri atas orang dewasa dan anak-anak. Korban meninggal kemudian dimakamkan pada area khusus seluas 0,25 ha yang disediakan oleh Departemen Transmigrasi pada waktu itu di dekat tempat pemakaman umum tak jauh dari lokasi kejadian.
Para transmigran yang meninggal dalam peristiwa tersebut, kemudian ditetapkan sebagai "Pionir Pembangunan Transmigrasi" karena merupakan bagian dari rombongan transmigran pertama di Indonesia yang diberangkatkan ke lokasi transmigrasi.
Dirjen Danton dalam kegiatan tabur bunga itu mengatakan, hal ini antara lain menjadi momen refleksi untuk mengingat peristiwa penting dalam sejarah transmigrasi di Tanah Air. Terkait dengan itu, Danton juga menyerahkan buku berjudul "Jer Basuki Mawa Beya - Kisah Inspiratif Perjuangan Transmigran Menuju Kesuksesan" serta memberikan santunan kepada ahli waris pionir transmigrasi, serta Juru Kunci Makam Pionir Transmigrasi.
(fjo)