Kembangkan Bisnis Baru, Pupuk Indonesia Mulai Bangun Pabrik Clean Ammonia di 2026
loading...
A
A
A
Selain teknologi CCS, pengembangan clean ammonia di Indonesia juga ditopang oleh potensi renewable energy sebesar 3.700 giga watt, dimana yang terbesar berasal dari tenaga surya. Energi bersih ini menjadi sumber utama untuk menghasilkan green hydrogen, yang kemudian dapat dikonversi oleh Pupuk Indonesia menjadi green ammonia.
“Pupuk Indonesia memiliki sumber daya yang memadai untuk pengembangan clean ammonia. Mulai dari fasilitas eksisting untuk konversi green hydrogen menjadi green ammonia, keahlian dan pengetahuan dalam memproduksi amonia, pengalaman mengelola dan mendistribusikan amonia, hingga memiliki Kawasan Industri Hijau di Lhokseumawe, Aceh,” jelas Rahmad.
Dengan potensi dan keahlian tersebut, lanjutnya, Pupuk Indonesia telah menyiapkan roadmap pengembangan clean ammonia. Pada tahun 2023-2025, Pupuk Indonesia menyusun rencana dan Final Investment Decision (FID) pengembangan blue ammonia dan green ammonia. Pada tahun 2026 akan memulai konstruksi pabrik clean ammonia di Jawa Timur dan Aceh.
Pada tahun 2028 mulai mengoperasikan pabrik green ammonia dalam skala kecil. Dan pada tahun 2030 mulai mengoperasikan pabrik blue ammonia dan utilisasi teknologi CCS.
Pengembangan clean ammonia akan semakin besar pada tahun 2050. Pada titik ini, Pupuk Indonesia diharapkan sudah dapat meningkatkan produksi amonia dari 7 juta ton per tahun pada tahun 2023 menjadi 12,9 juta ton per tahun pada tahun 2050.
Menurut Rahmad, pengembangan ekosistem pendukung clean ammonia ini sangat penting. Karena selain mendukung kelancaran pasokan bahan baku pupuk, clean ammonia juga dibutuhkan sebagai sumber energi bersih masa depan. Namun dalam pengembangannya terdapat sejumlah tantangan, seperti kepastian regulasi, kelayakan secara ekonomi, teknologi, hingga infrastruktur pendukung.
“Oleh karena itu kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan clean ammonia di Indonesia. Mulai dari kolaborasi untuk pengembangan renewable energy yang terjangkau, teknologi, fasilitas CCS, logistik, termasuk berkolaborasi dengan para pembeli potensial,” tutup Rahmad.
“Pupuk Indonesia memiliki sumber daya yang memadai untuk pengembangan clean ammonia. Mulai dari fasilitas eksisting untuk konversi green hydrogen menjadi green ammonia, keahlian dan pengetahuan dalam memproduksi amonia, pengalaman mengelola dan mendistribusikan amonia, hingga memiliki Kawasan Industri Hijau di Lhokseumawe, Aceh,” jelas Rahmad.
Dengan potensi dan keahlian tersebut, lanjutnya, Pupuk Indonesia telah menyiapkan roadmap pengembangan clean ammonia. Pada tahun 2023-2025, Pupuk Indonesia menyusun rencana dan Final Investment Decision (FID) pengembangan blue ammonia dan green ammonia. Pada tahun 2026 akan memulai konstruksi pabrik clean ammonia di Jawa Timur dan Aceh.
Pada tahun 2028 mulai mengoperasikan pabrik green ammonia dalam skala kecil. Dan pada tahun 2030 mulai mengoperasikan pabrik blue ammonia dan utilisasi teknologi CCS.
Pengembangan clean ammonia akan semakin besar pada tahun 2050. Pada titik ini, Pupuk Indonesia diharapkan sudah dapat meningkatkan produksi amonia dari 7 juta ton per tahun pada tahun 2023 menjadi 12,9 juta ton per tahun pada tahun 2050.
Menurut Rahmad, pengembangan ekosistem pendukung clean ammonia ini sangat penting. Karena selain mendukung kelancaran pasokan bahan baku pupuk, clean ammonia juga dibutuhkan sebagai sumber energi bersih masa depan. Namun dalam pengembangannya terdapat sejumlah tantangan, seperti kepastian regulasi, kelayakan secara ekonomi, teknologi, hingga infrastruktur pendukung.
“Oleh karena itu kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan clean ammonia di Indonesia. Mulai dari kolaborasi untuk pengembangan renewable energy yang terjangkau, teknologi, fasilitas CCS, logistik, termasuk berkolaborasi dengan para pembeli potensial,” tutup Rahmad.
(akr)