Ratusan Ribu Pengungsi Suriah Berisiko Dipulangkan Secara Paksa

Selasa, 06 Februari 2018 - 13:31 WIB
Ratusan Ribu Pengungsi Suriah Berisiko Dipulangkan Secara Paksa
Ratusan Ribu Pengungsi Suriah Berisiko Dipulangkan Secara Paksa
A A A
IDLIB - Sejumlah badan bantuan memperingatkan ratusan ribu pengungsi Suriah berisiko dipulangkan pada 2018 meski masih terjadi kekerasan di negara itu.

Peringatan itu dikeluarkan oleh enam lembaga bantuan. Mereka menyebut fenomena global anti-pengungsi. Selain itu juga ada retorika untuk menyebarkan informasi yang salah bahwa Suriah sudah aman bagi pengungsi untuk kembali setelah kemenangan militer pemerintah melawan pemberontak.

Laporan baru oleh berbagai badan bantuan, termasuk Norwegian Refugee Council (NRC), Save the Children dan CARE International menyatakan pada 2017 ada tiga gelombang pengungsi Suriah yang masing-masing sebanyak 721.000 orang mengungsi di dalam negeri dan para pengungsi yang kembali ke tempat asalnya.

“Mayoritas pengungsi Suriah dan mereka yang mengungsi di dalam negeri mengalami kondisi mengerikan dan ingin kembali ke tempat asalnya, tapi proses kembalinya mereka harus berdasarkan informasi yang benar, sukarela, aman, dilindungi dan dibantu. Sekarang, mereka tidak aman atau secara sukarela jika kembali ke tempat asalnya,” ungkap Sekretaris Jenderal NRC Jan Egeland, dikutip AlJazeera.

Laporan baru menyatakan, pada sembilan bulan pertama pada 2017, sebanyak 2,4 juta warga Suriah melarikan diri dari rumah mereka. Mereka yang pulang kembali pada tahun lalu, sebanyak 37.000 mengungsi lagi.

Sebagian besar pengungsi yang kembali ke tempat asalnya itu mengungsi di dalam negeri, dengan sekitar 66.000 pengungsi kembali dari negara-negara asing. Berbagai badan kemanusiaan memperingatkan, pemerintah di Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah membahayakan nyawa para pengungsi dengan menutup perbatasan negara dan memaksa pengungsi Suriah kembali, atau secara terbuka membahas langkah pemulangan mereka.

Juru bicara NRC menjelaskan, AS dan negara-negara kaya di Eropa juga menunjukkan kurang solidaritas dengan kawasan konflik. “Mereka dapat melakukan lebih banyak tindakan untuk membantu negara-negara yang menampung pengungsi di Timur Tengah,” ujar Karl Schembri.

Di kawasan, terutama Lebanon dan Yordania, banyak pengungsi dideportasi. “Semakin banyak pria-pria sebagai pencari nafkah yang dipulangkan sehingga memaksa seluruh keluarga kembali ke Suriah. Selain deportasi langsung, beberapa pengungsi hidup dalam kondisi mengenaskan,” paparnya.

“Kami baru melihat orang tewas kedinginan di Lebanon. Banyak dari mereka di kawasan itu tidak dapat bekerja karena mereka tidak memiliki izin. Itu semua menjadi faktor yang mendorong mereka kembali ke Suriah,” katanya. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3256 seconds (0.1#10.140)