Mayoritas Warga Yakin Indonesia Mampu Keluar dari Krisis Ekonomi
loading...
A
A
A
Temuan survei nasional SMRC menunjukkan masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah untuk membangun sikap positif tersebut. Dalam pemaparannya, Saidiman menunjukkan ada perbedaan penilaian terhadap investasi asing di antara warga perkotaan dan perdesaan, demikian juga antarwilayah DKI dan Banten dengan wilayah-wilayah lainnya.
Sekitar 42% warga kota menganggap investasi asing membawa pengaruh positif, sementara hanya 32% warga perdesaan setuju dengan pendapat itu. Di DKI dan Banten, 51% warga menganggap investasi asing membawa pengaruh positif, sementara di Jawa Barat hanya 45% warga berpandangan sama. Di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan provinsi lainnya, persentase warga yang setuju investasi asing membawa efek positif hanya berada di kisaran 30-35%.
Perbedaan cara pandang juga terlihat di antara warga berpendidikan rendah dan lebih tinggi, serta antara warga yang berpenghasilan rendah dan lebih tinggi. Di kalangan warga yang berpendidikan SD, hanya 34% yang menganggap positif investasi asing, sementara 44% warga berlatar belakang perguruan tinggi menganggap positif investasi asing. (Baca juga: Jet Tempur Patungan Korsel-Indonesia Akan Gunakan Radar Array)
Demikian pula, hanya 34% warga berpenghasilan di bawah Rp1 juta/bulan yang menilai investasi asing membawa perbaikan ekonomi, sementara sekitar 41% warga yang berpendapatan di atas Rp4 juta/bulan menilai investasi asing positif bagi perbaikan ekonomi Indonesia.
Bila dilihat dari profesi, kalangan yang paling percaya bahwa investasi asing membawa perbaikan ekonomi adalah pegawai/guru/dosen/profesional, sementara yang paling negatif melihat kontribusi investasi asing adalah kalangan pengangguran/pencari pekerjaan. Sekitar 46% pegawai/guru/dosen/profesional percaya pada efek positif investasi asing, sementara hanya 13% pencari pekerjaan yang berpandangan sama.
Di pihak lain, perbedaan penilaian terhadap investasi asing ini juga berhubungan dengan cara pandang warga terhadap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional saat ini. Mereka yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional saat ini memburuk cenderung untuk menilai kehadiran investasi asing positif bagi ekonomi nasional. Sebaliknya, mereka yang menganggap kondisi ekonomi saat ini lebih baik tidak percaya bahwa kehadiran investasi asing berefek positif bagi ekonomi nasional.
Sekitar 52%-53% warga yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional sekarang jauh lebih buruk menganggap investasi asing positif bagi ekonomi Indonesia. Sementara 30-40% warga yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional sekarang lebih baik menganggap positif investasi asing positif bagi ekonomi Indonesia.
Menurut Saidiman, secara umum survei ini menunjukkan warga yang berpendidikan tinggi, berpendapatan tinggi, dan tinggal di perkotaan memiliki sikap lebih positif terhadap investasi asing. Ini tampaknya terkait dengan kepercayaan diri untuk berkompetisi dengan kehadiran perusahaan asing yang mungkin juga membawa kehadiran pekerja asing. “Kalangan ini lebih siap untuk berkompetisi dan tidak takut berhadapan dengan tenaga kerja asing,” ujar Saidiman. (Lihat videonya: Gunung Sinabung Erupsi, Empat Kecamatan Tertutup Abu Vulkanik)
Untuk jangka panjang, kata Saidiman, ini adalah pekerjaan rumah pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kementerian Tenaga Kerja dan pihak-pihak lain yang bertanggung jawab di bidang pengembangan sumber daya manusia.
“Investasi di bidang pendidikan harus benar-benar dijalankan untuk memperkuat kualitas SDM nasional. Dengan cara itu, bonus demografi akan menjadi berkah bagi Indonesia, dan bukan sebaliknya, justru bisa menjadi sumber kutukan bagi kita,” pungkasnya. (Abdul Rochim)
Sekitar 42% warga kota menganggap investasi asing membawa pengaruh positif, sementara hanya 32% warga perdesaan setuju dengan pendapat itu. Di DKI dan Banten, 51% warga menganggap investasi asing membawa pengaruh positif, sementara di Jawa Barat hanya 45% warga berpandangan sama. Di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan provinsi lainnya, persentase warga yang setuju investasi asing membawa efek positif hanya berada di kisaran 30-35%.
Perbedaan cara pandang juga terlihat di antara warga berpendidikan rendah dan lebih tinggi, serta antara warga yang berpenghasilan rendah dan lebih tinggi. Di kalangan warga yang berpendidikan SD, hanya 34% yang menganggap positif investasi asing, sementara 44% warga berlatar belakang perguruan tinggi menganggap positif investasi asing. (Baca juga: Jet Tempur Patungan Korsel-Indonesia Akan Gunakan Radar Array)
Demikian pula, hanya 34% warga berpenghasilan di bawah Rp1 juta/bulan yang menilai investasi asing membawa perbaikan ekonomi, sementara sekitar 41% warga yang berpendapatan di atas Rp4 juta/bulan menilai investasi asing positif bagi perbaikan ekonomi Indonesia.
Bila dilihat dari profesi, kalangan yang paling percaya bahwa investasi asing membawa perbaikan ekonomi adalah pegawai/guru/dosen/profesional, sementara yang paling negatif melihat kontribusi investasi asing adalah kalangan pengangguran/pencari pekerjaan. Sekitar 46% pegawai/guru/dosen/profesional percaya pada efek positif investasi asing, sementara hanya 13% pencari pekerjaan yang berpandangan sama.
Di pihak lain, perbedaan penilaian terhadap investasi asing ini juga berhubungan dengan cara pandang warga terhadap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional saat ini. Mereka yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional saat ini memburuk cenderung untuk menilai kehadiran investasi asing positif bagi ekonomi nasional. Sebaliknya, mereka yang menganggap kondisi ekonomi saat ini lebih baik tidak percaya bahwa kehadiran investasi asing berefek positif bagi ekonomi nasional.
Sekitar 52%-53% warga yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional sekarang jauh lebih buruk menganggap investasi asing positif bagi ekonomi Indonesia. Sementara 30-40% warga yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional sekarang lebih baik menganggap positif investasi asing positif bagi ekonomi Indonesia.
Menurut Saidiman, secara umum survei ini menunjukkan warga yang berpendidikan tinggi, berpendapatan tinggi, dan tinggal di perkotaan memiliki sikap lebih positif terhadap investasi asing. Ini tampaknya terkait dengan kepercayaan diri untuk berkompetisi dengan kehadiran perusahaan asing yang mungkin juga membawa kehadiran pekerja asing. “Kalangan ini lebih siap untuk berkompetisi dan tidak takut berhadapan dengan tenaga kerja asing,” ujar Saidiman. (Lihat videonya: Gunung Sinabung Erupsi, Empat Kecamatan Tertutup Abu Vulkanik)
Untuk jangka panjang, kata Saidiman, ini adalah pekerjaan rumah pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kementerian Tenaga Kerja dan pihak-pihak lain yang bertanggung jawab di bidang pengembangan sumber daya manusia.
“Investasi di bidang pendidikan harus benar-benar dijalankan untuk memperkuat kualitas SDM nasional. Dengan cara itu, bonus demografi akan menjadi berkah bagi Indonesia, dan bukan sebaliknya, justru bisa menjadi sumber kutukan bagi kita,” pungkasnya. (Abdul Rochim)