RI Belum Bisa Gantungkan Nasib ke Energi Hijau, Ini Buktinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Indonesia masih belum bisa bergantung pada energi hijau . Energi yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak dan gas masih mendominasi.
"Saat ini ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil masih sangat tinggi di mana pada bauran energi primer per Agustus 2023, porsi batubara 38,8%," ujar Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif dalam acara Indonesia Mineral and Energy Conference, Selasa (19/12/2023).
Dia menjelaskan, selain batu bara, RI juga masih bergantung pada sumber energi fosil lainnya seperti minyak bumi dimana pada periode yang sama tercatat 31,6%, sedangkan gas bumi 17,4%. Disisi lain, pemanfaatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) hanya sebesar 12,2%.
"Sektor migas masih merupakan SDA yang memiliki kontribusi besar terhadap negara meningkatkan ketahanan energi nasional maupun sebagai sumber penerimaan negara," kata dia.
Lebih lanjut, Irwandy menjelaskan bahwa terhitung hingga Agustus 2023 Indonesia baru memproduksi minyak sebesar 597 ribu barel per hari (bph) padahal produksi minyak diharapkan bisa mencapai 600 ribu bph di akhir 2023. Harapan tersebut terlihat jauh dari target awal 2023 yang seharusnya produksi minyak mencapai 660 ribu bph.
"Di 2024 lifting (produksi minyak bumi) ditargetkan 625 ribu boepd," imbuhnya.
Dia menegaskan, meski produksi minyak tidak mencapai target, produksi gas dalam negeri sudah melampaui target tahun ini.
"Lifting gas bumi sekitar 1.129.000 boepd dan telah melampaui target 1.100.000 boepd," jelasnya.
"Saat ini ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil masih sangat tinggi di mana pada bauran energi primer per Agustus 2023, porsi batubara 38,8%," ujar Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif dalam acara Indonesia Mineral and Energy Conference, Selasa (19/12/2023).
Dia menjelaskan, selain batu bara, RI juga masih bergantung pada sumber energi fosil lainnya seperti minyak bumi dimana pada periode yang sama tercatat 31,6%, sedangkan gas bumi 17,4%. Disisi lain, pemanfaatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) hanya sebesar 12,2%.
"Sektor migas masih merupakan SDA yang memiliki kontribusi besar terhadap negara meningkatkan ketahanan energi nasional maupun sebagai sumber penerimaan negara," kata dia.
Lebih lanjut, Irwandy menjelaskan bahwa terhitung hingga Agustus 2023 Indonesia baru memproduksi minyak sebesar 597 ribu barel per hari (bph) padahal produksi minyak diharapkan bisa mencapai 600 ribu bph di akhir 2023. Harapan tersebut terlihat jauh dari target awal 2023 yang seharusnya produksi minyak mencapai 660 ribu bph.
"Di 2024 lifting (produksi minyak bumi) ditargetkan 625 ribu boepd," imbuhnya.
Dia menegaskan, meski produksi minyak tidak mencapai target, produksi gas dalam negeri sudah melampaui target tahun ini.
"Lifting gas bumi sekitar 1.129.000 boepd dan telah melampaui target 1.100.000 boepd," jelasnya.
(nng)