Ekonom: Target Ganjar-Mahfud Kerek Ekonomi RI 7 Persen Tidak Sulit

Sabtu, 23 Desember 2023 - 16:00 WIB
loading...
Ekonom: Target Ganjar-Mahfud Kerek Ekonomi RI 7 Persen Tidak Sulit
Ekonom menyebutkan target pertumbuhan ekonomi RI Ganjar-Mahfud realistis dan tidak sulit dicapai. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, menilai pertumbuhan makro ekonomi nasional bisa naik di level 7 persen. Hal itu dipandang mungkin dan dapat direalisasikan pemerintah ke depan.

Pernyataan Anthony merupakan respon atas visi misi pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD . Keduanya, memang membidik ekonomi nasional tumbuh di posisi 7 persen pada tahun-tahun mendatang, bila keduanya resmi terpilih memimpin republik ini.



Target Paslon nomor 3 ini meningkat drastis dari pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini yang berada di angka 5 persen. Anthony menilai penguatan investasi dan industrialisasi menjadi instrumen utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 7 persen. Menurutnya, tanpa kedua aspek itu pertumbuhan tidak akan terjadi.

“Pertumbuhan ekonomi selalu berdasarkan dari produksi, berarti investasi, tanpa ada investasi tidak ada pertumbuhan ekonomi. Investasi itu diserap oleh masyarakat, pemerintah, ekspor, dan sebagainya, itu dari produksi,” ujar Anthony ketika dimintai pendapatnya, Sabtu (23/12/2023).

Sebagai aspek yang fundamental, lanjut Anthony investasi dan industrialisasi harus menjadi perhatian serius Ganjar-Mahfud, setelah mereka terpilih nanti. Kedua hal itu menyasar berbagai sektor penting baik energi atau pertambangan, pertanian, perikanan, dan lain sebagainya.

"Jadi apa yang harus dilakukan? Ya berarti harus dikerjakan investasi di industri mana saja, sektor mana saja, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan 7 persen, itu tidak sulit,” bebernya.



Sebagai contoh, Anthony menyinggung ekonomi Jepang pada tahun 1950-1960-an. Kala itu, otoritas negara setempat memperkuat industri otomotifnya, yang menjadi instrumen penting dalam sejarah ekonomi Negara Matahari Terbit tersebut. Padahal, Jepang sendiri minim pertanian dan pertambangan. Sehingga pembangunan ekonominya tidak bergantung pada hilirisasi pertambangan dan pertanian.

"Jadi yang dilakukan Jepang tahun 50-60an adalah industrialisasi, mereka tidak ada yang namanya hilirisasi dari tambang, mereka tidak ada tambang, tidak ada pertanian. Pertanian buat mencukupi, tetapi mereka ada industri otomotif Toyota yang mendunia," beber dia.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1847 seconds (0.1#10.140)