Produksi Aluminium Nasional Ditargetkan 2 Juta Ton di 2025

Jum'at, 23 Februari 2018 - 15:05 WIB
Produksi Aluminium Nasional Ditargetkan 2 Juta Ton di 2025
Produksi Aluminium Nasional Ditargetkan 2 Juta Ton di 2025
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan produksi aluminium nasional, dengan menargetkan produksi sebanyak 1,5-2 juta ton pada tahun 2025.

Terkait dengan itu, sejumlah kebijakan strategis dari pemerintah disiapkan agar manufaktur yang sudah ada dapat melakukan ekspansi atau menarik investasi baru.

"Beberapa upaya yang telah kami laksanakan, antara lain fokus menciptakan iklim usaha yang kondusif, menjalankan program hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah, dan memacu penggunaan produksi dalam negeri," kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Harjanto di Jakarta, Jumat (23/2/2018).

Pentingnya menggenjot produksi aluminium ini sesuai amanat Peraturan Presiden No 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN). Dalam hal ini, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, salah satu PSN yang tengah diakselerasi pengembangannya. Terlebih, Inalum diberi tanggung jawab sebagai induk dalam holding BUMN pertambangan.

"Kami mengapresiasi atas selesainya pelaksanakan proyek Inalum pada tahun 2017 yang menghasilkan produk aluminium sebesar 260.000 ton per tahun," ujar Harjanto.

Total kapasitas tersebut, terdiri dari produksi ingot alloy 90.000 ton, billet aluminium 30.000 ton, dan aluminium ingot primer 140.000 ton per tahun. Sedangkan, kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 900.000 ton per tahun.

Harjanto mengatakan, beberapa waktu lalu pihaknya melakukan kunjungan kerja ke Inalum di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Medan, Sumatera Utara. "Di sana, kami mengadakan focus group discussion yang mengundang seluruh stakeholders, seperti dari instansi pemerintah serta asosiasi industri terutama industri berbasis aluminium hulu-hilir," ujarnya.

Harjanto menyebutkan, hasil diskusi kelompok tersebut, antara lain mempertemukan antara pemasok dengan pembeli aluminium, kesepakatan dalam penerapan teknologi terkini dan standardisasi, serta upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

"Salah satu strategi menggenjot industri aluminium dalam negeri adalah dengan menerapkan SNI yang belum ada di produk aluminium untuk menahan masuknya produk impor yang tidak sesuai standar. Kami juga akan menyusun database produk yang sudah dibuat di dalam negeri, dan melakukan kontrol jumlah yang diimpor secara periodik," tuturnya.

Dengan penambahan kapasitas produksi Inalum, kata dia, diharapkan dapat mengurangi impor sehingga menjaga pengeluaran devisa negara. "Bahkan, seiring meningkatnya nilai tambah, akan berdampak pula pada penciptaan lapangan kerja," imbuhnya.

Terkait rencana Inalum membangun pabrik aluminium di Kawasan Industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara, perusahaan pelat merah tersebut saat ini menunggu kepastian pasokan listrik guna mendukung kegiatan produksinya. Pasokan listrik untuk Kawasan Industri Tanah Kuning, Kaltara rencananya disalurkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan yang akan dibangun.

Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Inalum memproduksi sekitar 250.000-260.000 ton aluminium pada tahun 2017. Rencananya, Inalum ingin meningkatkan produksi menjadi 500.000 ton pada 2021.

Secara jangka panjang, Inalum menargetkan total produksi aluminium mencapai 2 juta ton per tahun. Hal ini didukung oleh pabrik Smelting Plan di Kuala Tanjung dan pabrik di Kalimantan Utara. Pabrik di Kalimantan Utara tersebut ditargetkan mulai dibangun 2020. Dalam rencana bisnis Inalum, Kalimantan Utara akan memproduksi aluminum sebanyak 1 juta ton per tahun.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6482 seconds (0.1#10.140)