Ekonomi Minus 5,32% Tidak Bikin Kaget Tim PEN, Hanya Prihatin

Senin, 10 Agustus 2020 - 14:07 WIB
loading...
Ekonomi Minus 5,32% Tidak Bikin Kaget Tim PEN, Hanya Prihatin
Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede mengatakan, angka penurunan ekonomi sebesar itu sudah terbaca oleh pihaknya setelah melihat adanya pembatasan aktivitas. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Badan Pusat Statistika (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 mengalami kontraksi minus 5,32% dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini disebabkan oleh adanya pandemi virus corona atau Covid-19 yang melanda Tanah Air sejak Maret.

(Baca Juga: Pembukaan Aktivitas Ekonomi dan 5 Langkah Ini Jadi Daya Ungkit Pulihkan Ekonomi )

Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede mengatakan, angka penurunan ekonomi sebesar itu sudah terbaca oleh pihaknya setelah melihat adanya pembatasan aktivitas untuk menurunkan angka penyebaran Covid-19. Sehingga, tak perlu dicemasi karena memang kontraksi hingga minus 5,32% sudah terprediksi.

“Tentu kita tidak kaget, karena kita lihat dari berbagai data sebelumnya, itu menunjukkan memang penurunan kegiatan secara siginifikan sejak bulan April,” kata Raden dalam diskusi virtual, Senin (10/8/2020).

(Baca Juga: Meski Minus Terparah Sejak 1999, Ekonomi RI Tetap Diklaim Lebih Baik )

Dia menjelaskan, penyebab utamanya karena adanya pembatasan kegiatan ekonomi dan sosial yang digaungkan pemerintah sejak April. Lagi pula, kontraksi itu juga terjadi di seluruh negara yang terkena dampak pandemi Covid-19 seperti, Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia.

“Jadi seluruh dunia kontraksi. Bukan sesuatu yang kaget, tapi kita prihatin, supaya tidak terjadi kontraksi yang berlebihan,” ujarnya.

Dia menyebut, pihaknya kini sedang berupaya dengan memberikan berbagai masukan kepada pemerintah agar kuartal III nanti tidak menunjukkan tren pertumbuhan yang negatif. “Kalau kontraksi lagi di kuartal III itu kita menyebutnya sebagai resesi,” jelasnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1132 seconds (0.1#10.140)