Perkuat Ketahanan Pangan, Manggarai Barat Merevitalisasi Sorgum

Minggu, 25 Maret 2018 - 16:13 WIB
Perkuat Ketahanan Pangan, Manggarai Barat Merevitalisasi Sorgum
Perkuat Ketahanan Pangan, Manggarai Barat Merevitalisasi Sorgum
A A A
MANGGARAI BARAT - Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, bertekad untuk terus merevitalisasi sorgum sebagai sumber ketahanan dan kemandirian pangan lokal. Dahulu, sorgum merupakan sumber karbohidrat utama warga Manggarai, namun beberapa tahun terakhir kondisinya nyaris punah.

Sebagai bagian dari langkah positif mewujudkan tekad tersebut, para petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Lembor (APEL) menggelar panen raya sorgum yang dipusatkan di Kampung Pocokoe, Desa Ngancar, Kecamatan Lembor, pada Sabtu 3 Maret 2018 lalu.

Panen raya itu dihadiri Bupati Manggarai Barat Agustinus CH Dula dan Wakil Bupati Maria Geyong, didampingi tujuh kepala dinas, serta perwakilan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) sebagai lembaga yang mendampingi APEL dalam budi daya kembali sorgum di daerah tersebut.

“Ini sebuah revolusi. Di mana, kita melihat sendiri hasil panen sorgum di lapangan. Oleh karena itu, saya resmikan Desa Ngancar ini sebagai desa sorgum," ujar Agustinus dalam keterangan resmi, Minggu (25/3/2018).

Ke depan, lanjut Agustinus, Pemkab Manggarai Barat akan memberikan perhatian khusus bagi pengembangan sorgum di Kecamatan Lembor. Hal tersebut sebagai upaya mengembalikan sorgum sebagai makanan pokok sekaligus sumber ketahanan pangan lokal.

Nyaris Punah

Sorgum atau yang dikenal dengan nama lokal mesak, sudah nyaris punah di Manggarai Barat karena tak lagi dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Desakan jenis makanan pokok dari luar, seperti beras, menggeser eksistensi sorgum sebagai makanan pokok khas setempat. Padahal, dahulu tanaman ini menjadi sumber karbohidrat utama yang dikonsumsi oleh masyarakat di kabupaten ini dan banyak wilayah di NTT.

Sejak tahun 2013, para petani yang tergabung dalam APEL, dengan dukungan dari Yayasan KEHATI, menanam kembali sorgum di pekarangan, kebun, dan lahan marginal atau lahan tidur di Pocokoe, Raminara, Sambir Lalong , serta areal persawahan sekitar Munting dan Leweng di Kecamatan Lembor dan Lembor Selatan.

Pada akhir 2017, dengan dukungan dari Yayasan KEHATI dan PT HINO Motor Indonesia, para petani kembali menanami lahan mereka dengan sorgum, yang dipusatkan di Pocokoe, Desa Ngancar dan Sambir Lalong.

"Ada enam jenis sorgum yang ditanam, yaitu sorgum manis batang tinggi warna merah, kuning, dan hitam . Lalu, sorgum pendek jenis kuali dan numbu. Selain itu, juga dilakukan pembibitan bambu dengan sistem kepompong untuk konservasi lahan," jelas Benedictus Pambur, Ketua Kelompok APEL.

Ada lebih dari 30 orang anggota yang aktif menanam sorgum dengan luasan 15 hektar. Mereka membentuk usaha bersama perintis untuk kegiatan ekonomi kelompok ini.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5347 seconds (0.1#10.140)