Diversifikasi Pangan Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

Kamis, 10 September 2020 - 12:15 WIB
loading...
Diversifikasi Pangan...
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengemudikan alat pertanian saat ikut panen padi di Karawang. Foto: dok/Kementan
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan pengembangan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal yang fokus pada satu komoditas utama per provinsi. Diversifikasi pangan difokuskan pada enam pangan lokal sumber karbohidrat nonberas di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan, kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sebanyak 267 juta jiwa harus tercukupi kebutuhannya. Oleh karena itu, diversifikasi akan membantu ketahanan pangan masyarakat. (Baca: Mengenalkan ketauhidan Sejak Dini pada Anak)

“Ada potensi pangan lokal yang luar biasa dalam mendukung program diversifikasi pangan. Kita memiliki pangan lokal di luar beras. Program diversifikasi membantu masyarakat Indonesia swasembada pangan,” ujar Kuntoro di Jakarta, Selasa (8/9).

Dari segi produktivitas, dikatakan Kuntoro, potensi produktivitas ubi kayu mencapai 10 ton per hektare (ha) dan pisang potensinya bisa mencapai 80 ton per ha. Selanjutnya perlu mendorong pasar untuk memperkenalkan produk. “Jadi imejnya pangan lokal harus ditingkatkan supaya menarik semua orang untuk mengonsumsinya,” katanya.

Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan memiliki strategi jangka menengah dan panjang untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal. Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementan Riwantoro menjelaskan diversifikasi pangan untuk kebutuhan makan masyarakat ini jadi pedoman. (Baca juga: Pandemi, UI Tetap Berlakukan PJJ Pada Tahun Ajaran Baru)

Saat ini setiap provinsi difokuskan memproduksi panganan lokal selain beras. Ada enam komoditas pangan di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum. “Secara konsistem menggalakkan diversifikasi pangan di wilayah masing-masing dan menjadi sebuah gerakan, bahkan di pekarangan rumah,” kata Riwantoro.

Dalam lima tahun ke depan, Kementan menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7%. Khusus 2020 rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun.

Hingga 2024 mendatang, ditargetkan konsumsi sudah turun 7% ke posisi 85 per kg per kapita per tahun. Penurunan itu setara 1,77 juta ton senilai Rp17,78 triliun. Namun, dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mampu mencapai posisi 91,2 per kg per kapita per tahun. (Lihat videonya: Limbah Medis Rumah Sakit Mencemari Sungai Cisadane)

“Kami targetkan ada satu penurunan pangan beras kita dan itu harus diikuti dengan kenaikan konsumsi pangan lokalnya. Peluang diversifikasi besar karena masyarakat ingin hidup sehat dan terdapat peluang bisnis UMKM,” ujarnya.

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB University Sahara menuturkan, pandemi Covid-19 menjadi momentum tepat untuk mempercepat diversifikasi pangan. Karena itu, pola pandang harus diubah bahwa beras bukan satu-satunya sumber karbohidrat. Karena selama ini pemerintah masih terlalu fokus pada pengembangan pangan jenis beras. Padahal Indonesia memiliki ragam jenis pangan berlimpah. (Sudarsono)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1906 seconds (0.1#10.140)