Reynold Wijaya, Modalku Menjangkau Lebih Banyak UKM

Minggu, 08 April 2018 - 08:29 WIB
Reynold Wijaya, Modalku Menjangkau Lebih Banyak UKM
Reynold Wijaya, Modalku Menjangkau Lebih Banyak UKM
A A A
STARTUP yang didirikan Reynold Wijaya menjadi angin segar bagi para pelaku usaha kecil-menengah (UKM) karena bisa membantu memberikan pinjaman modal.

Namanya Modalku. Startup ini berkembang pesat hingga menembus Malaysia dan Singapura. Bahkan belum lama ini, nama Reynold masuk dalam 30 Under 30 Asia versi Forbes bersama Iwan Kurniawan, co-founder Modalku. Mereka menjadi satu dari 30 anak muda berpengaruh di Asia. Modalku berbentuk financial technology (fintech).

Pemilik usaha mempunyai satu tambahan sumber pinjaman modal usaha, selain bank dan institusi keuangan. Platform peer-to-peer (P2P) lending atau crowdfunding menjadi pilihan terbaik pengganti pinjaman dari bank. Sebelum dinobatkan sebagai satu dari 30 anak muda berpengaruh di Asia versi Forbes, apa sebenarnya yang Modalku lakukan bagi para pelaku UKM di Tanah Air? Seperti apa pula Reynold melihat keberhasilannya kini? Inilah cerita lelaki 29 tahun itu kepada KORAN SINDO.

Apa kesan Anda setelah dimasukkan Forbes ke dalam 30 Under 30?
Sangat bangga karena kerja kita diakui di kancah global, khususnya di kawasan Asia. Tetapi sebenarnya ini bukan tujuan akhir. Semoga ini membuat kami lebih dikenal dan bermanfaat bagi UKM di Indonesia.

Bagaimana awal mula Modalku berdiri?
Diawali saat saya masih kuliah S-2 di Amerika Serikat (AS), tahun 2015. Saya bersama teman saya, Kevin dan Iwan Kurniawan, ingin membangun suatu perusahaan teknologi. Kami percaya, masa depan Indonesia penuh dengan teknologi. Kita bicara revolusi. Saya dan Kevin masih di AS, sementara Iwan sudah di Indonesia.

Kami membangun ini dari jarak jauh. Bisnis ini berdiri bukan karena faktor uang. Kami ingin membuat sesuatu yang baru, juga bukan karena teknologi semata, tapi ada impact-nya. Kami percaya, kalau ingin memiliki bisnis yang berimpact di bidang keuangan harus fintech, seperti alternatif baru. Fintech pun banyak jenisnya.

Kami cari yang paling oke, yang paling dibutuhkan dan tentu dapat bekerja de ngan baik ke depannya. Kami melihat di Indonesia masalah besar adalah di bidang pembiayaan. Kalau kita lihat di OJK, gap kita Rp1.000 triliun pertahun.

Jumlah ini lebih besar daripada supply. Ditambah Indonesia negara kepulauan yang luas, sehingga membuat infrastrukturnya mahal. Masyarakatnya pun melakukan pembayaran masih mengandalkan cash,jadi tidak efisien. Transaksi men jadi mahal. Modalku mulai launching pada 2016 saat saya lulus dan kembali ke Indonesia.

Bagaimana perkembangan Modalku saat ini?
Perkembangan Modalku cukup bagus. Kami masuk empat besar di Asia Tenggara. Modalku punya lisensi di tiga negara yaitu Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Di Indonesia sendiri sudah terdaftar di OJK. Sebanyak 3.000 usaha yang kami bantu dan hampir Rp1,4 triliun dikeluarkan. Intinya para pelaku UKM harus melihat lingkungan bisnis.

Kalau ingin bisnis berkembang harus memiliki modal lagi. Tapi ketika ingin meminjam modal pasti ditanya kolateral. Jadi, jika ingin berkembang harus tambah modal, tapi juga harus punya agunan. Ya kalau tidak punya agunan bagaimana bisa tambah modal? Nah, tujuan kami memutus itu semua.

Sebenarnya pelihara agunan pun mahal, tempat untuk menyimpan surat-surat tersebut, bukan lantas ada agunan makin murah. Tapi, kalau pinjamannya Rp10 miliar, ngeri juga tanpa agunan. Cuma ini kan beda, hanya sekitar Rp200 juta. Hal tersebut adalah area di mana kita bisa meminjamkan tanpa agunan. Kalau memang menggunakan agunan, agunan seperti apa yang senilai Rp200 juta.

Bagaimana sistem di Modalku untuk meminjam modal?
Usahanya harus sudah berjalan setahun, bukan startup. Kalau baru mulai itu namanya investasi dari Ventura. Di UKM memang tidak terlalu besar, tapi mereka sangat profitable. Kami melayani bidang usaha apa saja dan di lakukan masih di kota-kota besar. Berhubung masih baru, sudah beberapa juga di luar Jawa dan cukup besar nilainya. Ke depan kami akan meluaskan jangkauan hingga daerah-daerah lain di Indonesia.

Untuk promosi, apa yang dilakukan Modalku, mengingat tidak semua masyarakat menggunakan internet?
Bagi para peminjam kami memiliki komunitas, ada sales team sendiri. Kombinasi antara offline dan online. Memang karena tidak semua orang berada di dunia maya, jadi kami juga harus secara nyata berhubungan langsung kepada UKM. Kalau yang kami kasih pinjam rata-rata memang via online.

Karena bergerak di bidang pembiayaan, apakah ada kesulitan saat meminta izin dari pemerintah, dalam hal ini OJK?
Kami bersyukur, OJK membantu sejak awal. Jadi sangat mendukung apa yang kami lakukan, sehingga izin dan semuanya mudah saja dilakukan.

Apa tantangan yang Anda hadapi saat membangun Modalku?
Bagaimana membuat sesuatu dari yang tidak ada men jadi ada, karena bisnis ini tidak pernah ada sebelumnya. Jadi kami harus belajar sendiri, tidak bisa belajar dari pengalaman orang lain. Kalau punya pengalaman, ini seharusnya sudah ada dari dulu.

Mungkin pengalaman lain yang kami punya untuk menyelesaikan solusi yang berbeda. Pengalaman finansial kami mungkin saja bisa kami pelajari untuk Modalku. Tantangan selanjutnya, bagaimana mengenalkan ini kepada orang-orang yang ingin meminjam. Mereka memang banyak, tapi orang yang kasih pinjam tidak banyak.

Hanya, kami punya orang-orang yang kasih kepercayaan kepada kami dan harus dijaga. Kami juga harus pintar mengedukasi masyarakat dan menjaga kepercayaan dengan transparansi. Ditambah lagi, Modalku sudah mendapatkan ISO. Itu menjadi bukti bahwa kami sudah diakui.

Tantangan lagi dari pihak intern ialah talent war. Start up itu asetnya sumber daya manusia. Alat-alat lain seperti gedung atau aset lain tidak terlalu penting. Kami saja bekerja tidak di kantor, bisa di mana saja. Jadi, start - up dibangun oleh banyak orang bertalenta dan layak berada dalam tim kami.

Apa harapan Anda untuk Modalku?
Harapan kami ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia. Kadang teman saya bercanda bahwa kami seperti artis atau sejenisnya yang diakui di luar, tapi di dalam negeri kurang. Semoga media serta regulator bisa lebih memperkenalkan kami kepada masyarakat agar ada lebih banyak pihak yang dapat kami bantu.

Apa pendapat Anda tentang startup digital yang kian digemari entrepreneur muda Indonesia?
Di Indonesia memang baru mulai startup digital dan sebenarnya sangat memiliki kesempatan yang besar. Tetapi, harus disadari startup itu dunia yang kejam. Dari 100 cuma lima yang bertahan. Namun, jika seseorang yakin mampu bertahan di dunia ini, ya follow your passion. Banyak belajar bagaimana mencapai kesuksesan.

Selain itu, butuh keberuntungan juga. Kita buat startup pada waktu yang tepat dan butuh produk atau jasa kita. Dulu seyakin-yakinnya dengan Modalku, kalau saya memulainya setelah lulus kuliah, kemungkinan tidak akan seperti sekarang. Ada bisnis yang bisa ditunda sebentar, ada juga yang tidak bisa ditunda lagi.

Apa pesan yang ingin Anda sampaikan kepada generasi muda atau pelaku startup muda?
Yakini kalau produk yang akan dibuat memberikan solusi atau tidak. Tahu siapa yang akan memakai produk atau layanan jasa kita. Jangan membuat sesuatu yang tidak ada user-nya. Entrepreneur itu sesuatu yang panjang dan melelahkan. Jadi kalau sudah tahu jatuh bangunnya memang harus dijalani sungguh-sungguh. Lebih baik melakukan yang kita suka agar lebih menyenangkan saat menjalankannya.

Memetik Nilai Kehidupan dari Bisnis Rintisan

Reynold merupakan putra pasangan Harsono Pangjaya dan Susylia Sukana, pendiri Grup Unifam. Baginya, mudah saja untuk berkarier tanpa harus bersusah payah mem bangun sebuah perusahaan dari nol. Impian Reynold pun dulu begitu, menerus kan perusahaan keluarga. Sampai setelah lulus kuliah S-2 semuanya berubah. Ada hal lain yang ingin dicapainya.

“Dulu saya ambil magister teknik karena beranggapan bisnis bisa saya pelajari sendiri tanpa seko lah. Tapi, niat saya berubah. Akhirnya saya sekolah bisnis dan berniat ingin membuat sesuatu dengan ilmu kedua saya di program magister ini,” ujar Reynold.

Jiwa entrepreneur sepertinya memang sudah menyatu dalam diri Reynold. Bukan hanya profit yang dikejar, tapi harus ada manfaat lain bagi orang banyak.

“Saya ingin punya bisnis yang beda. Bukan hanya tantangannya, tapi saya ingin punya nilai dan memberi impact dalam bisnis,” ungkap alumnus Harvard Business School itu.

Reynold menambahkan, sebenarnya bisa saja dia bekerja di perusahaan keluarga. Namun, baginya hal itu baru akan terlaksana jika terlebih dulu bisa membuat komunitas. Di Modalku, memang itulah tujuan dia, yakni memberikan impact, membantu UKM untuk menemukan solusi modal yang selama ini sulit didapat.

Walaupun sifatnya membantu, tetapi tidak melupakan unsur bisnis dari sebuah perusahaan. Keputusan Reynold untuk tidak melanjutkan kepemimpinan di perusahaan keluarga dan memilih merintis Modalku didukung oleh kedua orang tuanya.

“Pikiran mereka terbuka, tidak membebani pilihan kepada anak. Lagipula, perusahaan itu tidak murni milik keluarga, sudah diisi oleh para profesional. Ada atau tidak adanya saya tak jadi masalah,” tuturnya.

Hal lain yang membuat Reynold senang mendirikan startup ialah bisa menjalani konsep kepemimpinan yang dipikirkannya selama ini.

Menurut dia, pemimpin bukan berarti paling hebat. Terlebih anak muda zaman sekarang semakin pintar. Ketika memiliki bawahan anak muda yang pintar, kata Reynold, harus diberi keleluasaan untuk memutuskan sesuatu atau membuat isu baru.

“Istilah one man show sudah kuno. Semua berhak memutuskan dan anak muda harus diberi kepercayaan untuk mengambil keputusan. Mereka tidak boleh asal terima, asal setuju,” katanya. Maka, konsep santai namun serius diterapkan Reynold dalam sistem kerja Modalku. Karya wan tidak memiliki jam kerja dan punya waktu yang fleksibel.

“Mereka boleh pulang cepat kalau ada kerabat yang sakit, atau masuk siang karena harus mengantar anak ke sekolah. Semua tidak ada aturan ketat, asal pekerjaan dikerjakan dengan baik,” ujar Reynold. Suasana kantor Modalku juga sangat nyaman, tanpa kubikel layaknya kantor pada umumnya.

Hal tersebut membuat mereka bisa berbaur satu sama lain. Reynold pun tidak punya ruangan khusus. Meja kerjanya berada dalam satu tempat dengan karyawan lain. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 7.0011 seconds (0.1#10.140)