Transisi Energi Perlu demi Genjot Daya Saing Produk Nasional

Sabtu, 13 Januari 2024 - 11:28 WIB
loading...
Transisi Energi Perlu...
Diskusi Transisi Energi di Indonesia: Perspektif dan Peluang Bagi Pengelolaan Sektor ESDM yang Berkeadilan di Jakarta, Jumat (12/1/2023). Foto/M Faizal
A A A
JAKARTA - Transisi energi yang tengah berlangsung di dalam negeri tak hanya bertujuan memenuhi tuntutan masyarakat demi lingkungan lebih baik, namun juga bertujuan menjaga daya saing Indonesia di dunia. Pasalnya, dalam era perdagangan global saat ini, aspek energi bersih dan berkelanjutan menjadi salah persyaratan terkait produk yang dipasarkan.

"Saya dengar, Eropa itu akan mulai menerapkan carbon border tax-nya dua tahun lagi. Kan tidak lama, 2026 itu tidak lama untuk sebuah industri untuk memastikan bahwa nanti produknya akan bisa masuk ke sana," ujar kata Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana, dalam sambutannya di acara E2S Award 2023 dan diskusi bertema "Transisi Energi di Indonesia: Perspektif dan Peluang Bagi Pengelolaan Sektor ESDM yang Berkeadilan" di Jakarta, Jumat (12/1/2023).



Selain itu, lanjut Dadan, program transisi energi juga sejalan dan medukung program pemerintah yang lain, seperti hilirisasi yang terus didorong pemerintah saat ini. Mendorong hilirisasi di era ini menurutnya sangat penting kaitannya dengan daya saing dari produk yang dihasilkan.

Jika perusahaan di Indonesia tidak mampu menunjukkan produknya dihasilkan dengan cara-cara hijau, tegas dia, maka akan dikenakan pajak karbon yang membuat harga produknya semakin tinggi dan kurang kompetitif. "Jadi ke depan produk akan ditanya proses energinya seperti apa? Misalkan ada barang yang sama dari Vietnam, tapi mereka sudah terapkan prinsip-prinsip ESG dan green, sementara dari kita belum, maka akan sudah tahu yang mana yang akan dipilih, ini kaitannya tadi dengan daya saing," tandasnya.

Dadan menambahkan, transisi energi sejatinya juga menjadi peluang bagi industri di dlaam negeri. Di tahap awal, kata dia, memang akan banyak impor dilakukan untuk membangun pembangkit energi bersih. Namun, sambung dia, hal itu semata untuk menciptakan pasar. "Ketika market-nya sudah terbentuk, industri kita bisa masuk," tegasnya.

Transisi energi pun disebut akan mendorong pemerataan pembangunan di dalam negeri. Sebab, pengembangan energi terbarukan akan menggunakan poptensi di masing-masing daerah. "Papua misalnya, memiliki potensi hidro terbesar, Merauke potensi anginnya luar biasa, tapi ini belum digarap. Tapi jika nanti industrinya yang berkembang adalah industri rendah emisi, maka mereka akan menuju ke sana, dan ini menjadi peluang untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut," jelasnya.

Terkait dengan itu, Direktur PT Adaro Power Dharma Djojonegoro mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah mengembangkan kawasan industri hijau terbesar di Kalimantan Utara, di lahan seluas 16.000 hektare. Pihaknya juga akan membangun pembangkit listrik tenaga baterai di Kalimantan Selatan. "Singapura perlu renewable power, ini bagus untuk Indonesia. Kita pakai kesempatan ini," tegasnya.



Bergeraknya industri menuju era rendah emisi juga diamini oleh VP Corporate Communication PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) Kartika Octaviani. Menurut ida, AMNT sudah melakukan transisi energi untuk kegiatan operasional tambang. "Salah satunya di Tambang Batu Hijau sudah menggunakan solar PV. Kami juga sudah melakukan pembangunan combined cycle power plant," tuturnya.

Hal senada dikatakan Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Rokan Rudi Ariffianto. Dia menyampaikan bahwa pengembangan energi terbarukan memberikan manfaat bagi industri perminyakan. Dia mencontohkan peran PLTS di Rokan yang tak hanya mendukung operasional, tapi juga menghasilkan penghematan. Menurut dia, hal ini membuktikan bahwa industri ekstraktif seperti industri migas bisa bersanding dengan energi terbarukan. "Intinya adalah bagaimana afirmatif action bisa meningkatkan keekonomian industri migas maupun EBT," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi mengatakan, Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan. Salah satunya yang terbesar adalah panas bumi yang dalam dua tahun terakhir berkembang pesat. "Indonesia punya the biggest reserve. Terbesar adanya di Jawa dan Sumatera. Dan geothemal bisa memainkan peran strategis di transisi energi. Harganya bisa berkompetisi," cetusnya.

Terlebih, imbuh dia, energi panas bumi juga dapat menjadi sumber energi pembangkit listrik baseload yang bisa menggantikan peran batu bara. Menurut dia, pemerintah sudah berupaya menciptakan ekosistem yang baik untuk pengembangan panas bumi. Saat ini, kata dia, yang diperlukan adalah upaya untuk mengganti bisnis model agar pengembangan energi panas bumi bisa lebih optimal.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2257 seconds (0.1#10.140)