Badai Resesi Akan Mencekik Investasi di Sektor Properti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Core Piter Abdullah menilai minat berinvestasi pada sektor properti akan menurun. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) telah merilis kenaikan harga properti residensial di pasar primer yang melambat.
Pelambatan itu tecermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2020 sebesar 1,59% (yoy), lebih rendah 1,68% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
"Walaupun masih punya daya beli, mereka menunda investasi di properti," ujar Piter saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (12/8/2020). ( Baca juga:Survei BI: Kenaikan Harga Properti Residensial Melambat )
Dia melanjutkan, wabah kondisi industri properti memang sudang menurun, terutama akibat melambatnya ekonomi di tengah jatuhnya harga komoditas. Wabah yg mengakibatkan resesi di global dan domestik semakin memukul industri properti.
"Kita tahu berapa banyak masyarakat yang terkena PHK atau kehilangan pendapatan. Itu artinya tidak banyak yang bisa berinvestasi di properti. Demikian juga kelompok menengah atas," tandasnya.
Sebagai informasi, volume penjualan properti residensial pada triwulan II 2020 masih tercatat menurun. Hasil survei mengindikasikan bahwa penjualan properti residensial mengalami kontraksi 25,60% (yoy), meski tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 43,19%.
Pelambatan itu tecermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2020 sebesar 1,59% (yoy), lebih rendah 1,68% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
"Walaupun masih punya daya beli, mereka menunda investasi di properti," ujar Piter saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (12/8/2020). ( Baca juga:Survei BI: Kenaikan Harga Properti Residensial Melambat )
Dia melanjutkan, wabah kondisi industri properti memang sudang menurun, terutama akibat melambatnya ekonomi di tengah jatuhnya harga komoditas. Wabah yg mengakibatkan resesi di global dan domestik semakin memukul industri properti.
"Kita tahu berapa banyak masyarakat yang terkena PHK atau kehilangan pendapatan. Itu artinya tidak banyak yang bisa berinvestasi di properti. Demikian juga kelompok menengah atas," tandasnya.
Sebagai informasi, volume penjualan properti residensial pada triwulan II 2020 masih tercatat menurun. Hasil survei mengindikasikan bahwa penjualan properti residensial mengalami kontraksi 25,60% (yoy), meski tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 43,19%.
(uka)