GOTO dan Grab Dikabarkan Mau Merger, Valuasi Tembus Rp312 Triliun

Jum'at, 09 Februari 2024 - 19:46 WIB
loading...
GOTO dan Grab Dikabarkan...
Grab dan GOTO dikabarkan akan melaksanakan merger. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Perusahaan pemesanan kendaraan terbesar di Asia Tenggara, Grab Holdings Ltd. dan GoTo Group ( GOTO ) telah memulai kembali pembicaraan untuk melakukan merger. Langkah itu disebut sebagai sebuah kombinasi potensial yang bertujuan untuk mengatasi kerugian yang telah dialami oleh kedua perusahaan selama bertahun-tahun, akibat persaingan yang ketat di antara keduanya.

Melansir Bloomberg, kedua perusahaan yang juga merupakan pemimpin layanan pesan-antar makanan di wilayah berpenduduk lebih dari 650 juta orang itu sedang melakukan diskusi awal tentang berbagai skenario terkait merger.

Salah satu opsi potensial yakni, Grab yang berbasis di Singapura mengakuisisi GOTO dengan menggunakan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya. Sumber Bloomberg menambahkan bahwa, perusahaan Indonesia lebih terbuka terhadap kesepakatan setelah Patrick Walujo mengambil alih posisi chief executive officer (CEO) tahun lalu.

“Diskusi telah berlangsung, pemegang saham utama kedua perusahaan mendukung kesepakatan, dan telah mendorong pembicaraan,” kata sumber yang tidak ingin disebut namanya, dikutip dari Bloomberg, Jumat (9/2/2024).



Pembicaraan itu mungkin tidak akan mengarah pada merger besar-besaran atau kesepakatan apapun. Adapun, opsi-opsi yang telah dieksplorasi oleh kedua perusahaan juga mencakup pemisahan pasar utama mereka, dengan Grab mendapatkan kendali atas basis di Singapura dan beberapa pasar lainnya, sementara GOTO tetap memegang kendali di Indonesia.

Di satu sisi, valuasi akan tetap menjadi rintangan utama dalam setiap kesepakatan, karena saham GOTO telah turun sekitar 30% dalam 12 bulan terakhir. Kekhawatiran lainnya terkait merger ini yakni struktur dan tata kelola kesepakatan

Meski demikian, seorang perwakilan GOTO mengatakan bahwa tidak ada diskusi seperti itu (merger) yang terjadi antara perusahaan dengan Grab. Sementara itu, perwakilan Grab menolak berkomentar terkait berita ini.

Sebagaimana diketahui, masing-masing perusahaan memiliki puluhan juta pengguna layanan transportasi online, dan merger dapat membantu mereka menaikkan tarif dan menemukan sinergi di pasar-pasar besar seperti Indonesia di mana persaingan telah membuat harga tetap rendah. Ukuran yang lebih besar juga dapat membantu entitas gabungan menjadi lebih kuat dalam layanan dengan margin yang lebih tinggi seperti pembayaran digital dan perbankan.

Kesepakatan antara perusahaan-perusahaan internet paling bernilai di Asia Tenggara, yang bernilai hampir USD20 miliar atau Rp312 triliun ini akan menghadapi pengawasan ketat dari para regulator. Perusahaan-perusahaan ini jelas merupakan Nomor 1 dan Nomor 2 di negara-negara seperti Indonesia dan Singapura. Dengan melakukan merger, diyakini dapat memberi keduanya posisi dominan di beberapa pasar.

Sebelumnya, Uber Technologies Inc. meninggalkan kawasan ini pada tahun 2018 dengan imbalan saham di Grab, dan pesaing yang lebih kecil belum membuat perubahan besar pada duopoli Grab dan GoTo di pasar-pasar utama mereka.

Namun, kedua perusahaan sedang mempertimbangkan solusi untuk masalah tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut melihat kombinasi sebagai langkah besar menuju profitabilitas, dengan saham mereka yang merana di tengah kerugian yang meningkat. Saham masing-masing perusahaan turun sekitar 70% sejak debutnya masing-masing beberapa tahun yang lalu.

Persaingan antara Grab dan GoTo telah membuat harga yang ditawarkan kepada konsumen menjadi sangat rendah di negara-negara seperti Indonesia. Di pasar terbesar di Asia Tenggara di mana regulator juga secara aktif memastikan tarif yang terjangkau, biaya perjalanan dengan kendaraan roda dua bisa kurang dari USD1 dan perjalanan dengan mobil tidak lebih dari itu.

Hal tersebut membuat perusahaan-perusahaan transportasi memiliki tekanan untuk berekspansi ke layanan-layanan yang berdekatan seperti pengantaran dan pembayaran digital.

Lebih lanjut, Grab dan GoTo disebut-sebut telah mempertimbangkan potensi merger dalam beberapa tahun terakhir. Kali ini, diskusi dimulai kembali setelah GOTO melepaskan kendali atas unit e-commerce Tokopedia ke TikTok milik ByteDance Ltd. pada bulan Desember 2023 lalu.



Salah satu tantangan dalam negosiasi merger di masa lalu adalah kontrol. CEO Grab Anthony Tan, yang memegang sekitar 60% hak suara di perusahaannya, telah menganjurkan untuk memimpin entitas gabungan.

Sementara Patrick Walujo, yang mengambil alih pada bulan Juni 2023 lalu, berhasil mengarahkan GOTO menuju profitabilitas yang disesuaikan pada kuartal keempat. Hal itu menandai sebuah langkah maju dalam menunjukkan kepada para investor bahwa perusahaan memiliki potensi pendapatan jangka panjang.

Grab dan GOTO memang telah melakukan pembicaraan untuk menggabungkan bisnis mereka di masa lalu, namun tidak berhasil. Beberapa tahun yang lalu, keduanya membuat kemajuan substansial menuju kesepakatan, tetapi pembicaraan terkait merger keduanya kembali meredup karena perselisihan mengenai pengelolaan pasar utama Indonesia.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2226 seconds (0.1#10.140)