IHSG Melemah, Reksa Dana Bisa Jadi Pilihan Investor

Kamis, 05 Juli 2018 - 14:28 WIB
IHSG Melemah, Reksa Dana Bisa Jadi Pilihan Investor
IHSG Melemah, Reksa Dana Bisa Jadi Pilihan Investor
A A A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin mencatatkan level terendahnya secara year to date (ytd). IHSG sempat mencatatkan pelemahan hingga ke level 5.593. Associate Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI) Lanjar Nafi mengatakan, sentimen utama yang mempengaruhi IHSG dari eksternal seperti perang dagang. Selain itu, pelemahan rupiah menjadi salah satu sentimen negatif lainnya.

Lanjar pun menyarankan agar investor semakin cermat melihat arah pergerakan bursa sekaligus selalu update dengan perkembangan pasar. Saham-saham emiten yang memiliki banyak hutang dalam bentuk dolar Amerika Serikat (USD) akan terkena imbas utama.

"Namun sebaliknya saham-saham emiten eksportir akan diuntungkan dengan terdepresiasinya rupiah. Guna meminimalisir resiko, di tengah volatilitas harga saham akan lebih bijak jika investor dapat membagi porsi saham dan masuk ke investasi reksa dana," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/7/2018).

Di tengah pelemahan indeks dan penguatan dolar terhadap rupiah, investor harus lebih memperhatikan dan mengurangi portofolio saham atau asset beresiko tinggi. "Dimana asset tersebut sangat rentan dengan pelemahan nilai tukar yang mengakibatkan investor asing melakukan pengurangan porsi portofolio dan merealisasikan asetnya kembali pada mata uang USD guna menyelamatkan nilai asset mereka," kata Lanjar.

Dia menyarankan investor bisa memperbesar porsi investasi di reksa dana pendapatan tetap atau campuran. Menurut Lanjar, cukup bijak dengan pemantauan dan pengelolaan dari manager investasi yang handal. Di sisi lain, agar imbal hasil investor lebih optimal, pemerintah juga harus melakukan evaluasi kebijakan fiskal dan moneter. Dengan begitu, pasar akan kembali tenang dan investor semakin leluasa menanamkan dana.

"Di tengah IHSG yang terus tertekan akibat terdepresiasi rupiah yaitu dengan mengadakan terus evaluasi kebijakan moneter lebih agresif lagi pada suku bunga, kebijakan perbankan hingga intervensi nilai tukar," pungkas Lanjar.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.8955 seconds (0.1#10.140)