Kebal Covid-19, Bisnis Karang Hias Bisa Datangkan Devisa

Kamis, 13 Agustus 2020 - 12:14 WIB
loading...
Kebal Covid-19, Bisnis...
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong nelayan membudidayakan karang hias yang bernilai tinggi. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong usaha budidaya yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dioptimalkan. Hal itu untuk meningkatkan devisa negara, menghasilkan lapangan pekerjaan serta menjaga keberlanjutan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengungkapkan, salah satu komoditas yang bisa digali potensinya adalah karang hias . "Karang kita banyak potensi, ada ratusan jenis di Indonesia. Tapi sejauh mana karang itu bermanfaat buat rakyat kita," kata Menteri Edhy di Jakarta, Kamis (13/8/2020).

Karenanya, Menteri Edhy mempersilakan para nelayan dan pelaku usaha untuk membudidayakan karang guna merasakan manfaat ekonomi kekayaan laut nusantara. Edhy mendorong agar budidaya karang dilakukan melalui teknik tissue culture lab atau teknologi kultur jaringan.

Kendati memperbolehkan, Edhy mengingatkan warga untuk tidak melakukan pengambilan karang dengan cara destruktif serta di kawasan konservasi. "Kalau bisa karang hias ini jangan main potek lagi. Dihasilkan melalui teknologi tissue culture," ujarnya.

Tingginya potensi budidaya karang diamini oleh Ketua Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara (KPKHN) Agus Joko Supriyatno. Usaha di bidang ini menurutnya tak terdampak pandemi Covid-19. Sebaliknya, permintaan karang hias cenderung meningkat, terutama dari pasar ekspor.

(Baca Juga: KKP Giatkan Pembangunan Coral Garden untuk Pulihkan Ekosistem)

"Kalau budidaya karang hias ini potensinya luar biasa. Seperti dikondisi Covid-19 permintaan pasar tidak terpengaruh. Bahkan lebih tinggi dan pasarnya ke Amerika," jelas Agus.

Agus memaparkan, harga per potong karang hias berkisar antara USD10-35. Khusus di Pantai Pandawa, terdapat 30 masyarakat nelayan yang terlibat dalam usaha budidaya karang hias. Per bulan, masing-masing pembudidaya bisa mengantongi penghasilan Rp3 juta dan saat panen, mereka juga mendapat bonus per potongnya. "Kalau dikasih lahan lebih luas lagi, pelibatan masyarakatnya bisa lebih banyak lagi," imbuhnya.

Adapun penanamannya, kata Agus, tidaklah sulit. Terlebih para pembudidaya bisa memanen karang tiga bulan usai penanaman untuk komoditas fast growing yang bisa seharga USD10 per potong. Dia pun mengungkapkan, pembudidaya karang sempat terpukul saat pelarangan ekspor diberlakukan. Bahkan, banyak para pelaku usaha yang akhirnya gulung tikar.

"Pada saat kita tidak diberikan pelayanan HC (health certificate), ekspor kita terhenti nelayan semua kolaps, itu sampai terjadi makan pun tidak bisa. Bahkan ada yang motornya ditarik leasing, rumah saya disita bank," kenangnya.

(Baca Juga: Sindir Susi, Edhy Prabowo: Jangan Hanya Sibuk Debat Soal Lobster!)

Tak hanya memikirkan persoalan ekonomi, budidaya karang juga dilakukan untuk menjaga kelestarian laut. Agus memastikan pengambilan indukan dilalukan melalui teknik stek dan para pembudidaya juga melakukan restocking untuk menjaga keberlanjutan usahanya.

"Yang kita lakukan jelas ketelusurannya. Ketika kita ambil indukan 1, balikin 5. Ini peluang (budidaya karang), tidak terpengaruh Covid-19," tandasnya.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1995 seconds (0.1#10.140)