UE Menghukum Perusahaan China, Terseret Sanksi Barat Usai Diklaim Dukung Rusia
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Uni Eropa (UE) telah memberlakukan pembatasan perdagangan yang lebih ketat kepada perusahaan- perusahaan China yang diklaimnya mendukung Rusia. Hal ini disampaikan Dewan Eropa mengatakan dalam siaran pers pada hari Jumat, lalu.
Pembatasan tersebut merupakan bagian dari sanksi putaran ke-13 yang diberlakukan akhir pekan kemarin, sehari sebelum peringatan tahun kedua perang Rusia Ukraina .
Sebanyak 27 entitas baru yang diduga memberikan dukungan langsung ke sektor militer dan industri Rusia telah menjadi sasaran sanksi Barat , menurut rilis tersebut. Entitas tersebut berlokasi di beberapa negara-negara, termasuk China, India, Sri Lanka, Serbia, Kazakhstan, Thailand, dan TĂĽrkiye, dan telah terlibat dalam menghindari pembatasan perdagangan, kata dokumen itu.
Ditambah bahwa perusahaan diminta tunduk pada pembatasan ekspor yang lebih ketat untuk barang dan teknologi penggunaan ganda yang dapat membantu sektor pertahanan dan keamanan Rusia.
Amerika Serikat atau AS dan Eropa telah berulang kali menuduh China membantu Moskow untuk menghindari sanksi Barat dan memasoknya dengan teknologi kunci dan bantuan, seperti helm dan pelindung tubuh.
Sementara itu seperti dilansir RT, China menegaskan kembali pekan lalu bahwa mereka tetap netral dalam konflik Rusia-Ukraina dan tidak akan menjual senjata ke kedua belah pihak.
Sejak pecahnya konflik pada Februari 2022, China secara konsisten menyerukan resolusi politik, dan mengusulkan rencana perdamaiannya sendiri tahun lalu, menuntut gencatan senjata dan pembicaraan di antara Rusia dan Ukraina.
Pembatasan tersebut merupakan bagian dari sanksi putaran ke-13 yang diberlakukan akhir pekan kemarin, sehari sebelum peringatan tahun kedua perang Rusia Ukraina .
Baca Juga
Sebanyak 27 entitas baru yang diduga memberikan dukungan langsung ke sektor militer dan industri Rusia telah menjadi sasaran sanksi Barat , menurut rilis tersebut. Entitas tersebut berlokasi di beberapa negara-negara, termasuk China, India, Sri Lanka, Serbia, Kazakhstan, Thailand, dan TĂĽrkiye, dan telah terlibat dalam menghindari pembatasan perdagangan, kata dokumen itu.
Ditambah bahwa perusahaan diminta tunduk pada pembatasan ekspor yang lebih ketat untuk barang dan teknologi penggunaan ganda yang dapat membantu sektor pertahanan dan keamanan Rusia.
Amerika Serikat atau AS dan Eropa telah berulang kali menuduh China membantu Moskow untuk menghindari sanksi Barat dan memasoknya dengan teknologi kunci dan bantuan, seperti helm dan pelindung tubuh.
Sementara itu seperti dilansir RT, China menegaskan kembali pekan lalu bahwa mereka tetap netral dalam konflik Rusia-Ukraina dan tidak akan menjual senjata ke kedua belah pihak.
Sejak pecahnya konflik pada Februari 2022, China secara konsisten menyerukan resolusi politik, dan mengusulkan rencana perdamaiannya sendiri tahun lalu, menuntut gencatan senjata dan pembicaraan di antara Rusia dan Ukraina.
(akr)