Syngenta Pasarkan NK Pendekar Sakti, Jagung Bioteknologi Pertama di Indonesia

Selasa, 27 Februari 2024 - 18:54 WIB
loading...
Syngenta Pasarkan NK Pendekar Sakti, Jagung Bioteknologi Pertama di Indonesia
Peluncuran jagung bioteknologi NK Pendekar Sakti di Kabupaten Lamongan, Selasa (27/2/2024). FOTO/Ist
A A A
JAKARTA - PT Syngenta Indonesia hari ini meluncurkan sekaligus memasarkan jagung bioteknologi pertama di Indonesia, NK Pendekar Sakti. Varietas baru ini diyakini bisa mendukung peningkatan produksi jagung untuk menunjang kedaulatan panganIndonesia.

Varietas ini disebut memiliki keunggulan ganda, yakni toleran terhadap herbisida glifosat dan sekaligus tahan terhadap ulat penggerek batang (Ostrinia furnacalis). Jagung bioteknologi NK Pendekar Sakti ini disebut memberikan tiga manfaat sekaligus bagi petani. Pertama, kemudahan dalam perawatan dari gulma dan serangan hama penggerek batang. Selanjutnya, biaya usaha yang lebih murah karena penggunaan pestisida dan juga tenaga kerja yang lebih sedikit. Terakhir, meningkatkan hasil karena kehilangan dari kompetisi nutrisi antara gulma dan jagung serta kerusakan dan penurunan hasil panen akibat serangan hama penggerek batang dapat dihindari secara bersamaan.

Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Yudi Sastro dalam sambutannya di acara peluncuran tersebut menegaskan bahwa benih unggul bermutu merupakan komponen utama dalam usaha budidaya tanaman. Benih unggul, kata dia, secara nyata akan memberikan kontribusi yang cukup dominan dalam peningkatan produksi dan produktivitas tanaman.



"Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung pada tahun 2024 dapat mencapai 16,56 juta ton atau meningkat jika dibandingkan 2023 yaitu sekitar 14,46 juta ton atau setara 1,15%. Untuk mendukung peningkatan produksi tersebut Pemerintah mendukung pengembangan benih jagung varietas unggul baru," tegas Yudi dalam siaran pers yang diterima, Selasa (27/2/2024).

Sejak tahun 2021 hingga kini, Kementerian Pertanian sudah melepas 8 varietas jagung hibrida bioteknologi yang telah melewati serangkaian sertifikasi ketahanan pangan, pakan, dan lingkungan sehingga dapat dipastikan keamanan produk tersebut. Jagung hibrida bioteknologi, kataYudi, memiliki potensi produksi berkisar 10,6-14,04 ton/ha. Varietas ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dengan pencapaian potensi hasil panen, tanaman yang tahan terhadap hama dan adaptif terhadap iklim di Indonesia.

Dengan diluncurkannya produk jagung hibrida bioteknologi terbaru NK Pendekar Sakti tersebut, Yudi berharap akan memberikan dampak nyata bagi peningkatan produksi jagung sehingga mendukung tercapainya swasembada jagung melalui penggunaan benih jagung hibrida unggul oleh petani di Indonesia.

Presiden Direktur Syngenta Indonesia Kazim Hasnain mengatakan, pihaknya mendukung penuh upaya pemerintah menjamin kemandirian pangan, kesejahteraan perdesaan dan efisiensi tenaga kerja di bidang pertanian. Selain grand launching di Kabupaten Lamongan, pada tanggal 29 Februari 2024, Syngenta juga menggelar kegiatan serupa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. "Kami senang dapat berperan dengan memperkenalkan benih jagung bioteknologi," tegas Kazim Hasnain.

Sementara itu, Seed Business Head Syngenta Indonesia Fauzi Tubat menjelaskan, Syngenta Indonesia sudah lebih dari 20 tahun menghasilkan benih berkualitas bagi petani di Indonesia. Syngenta, kata dia, juga terus melakukan inovasi berkelanjutan dalam memberikan solusi yang terbaik termasuk dalam penyediaan benih berkualitas.

Fauzi mengatakan, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 318 juta jiwa pada tahun 2045. Seiring dengan itu, kebutuhan pakan untuk menghasilkan protein hewani pun akan meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibutuhkan sekitar 62 juta ton jagung per tahun. Produksi jagung ditargetkan mencapai 70 juta ton sehingga diharapkan akan ada surplus 8 juta ton untuk diekspor. Untuk mencapai jumlah tersebut, luas panen minimal rata-rata produksi jagung nasional harus mencapai 7-8 ton/ha. Pada saat itu nilai uang yang berputar di industri ini diperkirakan akan mencapai Rp350 triliun.



"Industri jagung memiliki potensi pertumbuhan berkelanjutan yang sangat besar. Namun, di sisi lain, juga terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi seperti alih fungsi lahan, ketersediaan pupuk, ancaman penyakit dan perubahan iklim. Jagung bioteknologi adalah salah satu kunci menjawab tantangan sekaligus menjadi jalan meraih potensi besar tersebut," ujarnya.

Dia menambahkan, potensi peningkatan hasil panen dari jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda ini berkisar 10% dibandingkan benih nonbioteknologi. Dengan harga pipilan jagung saat ini yang cukup tinggi, hasil ini cukup signifikan bagi petani. Benih jagung unggul NK Pendekar Sakti, tegas dia, merupakan jawaban bagi para petani karena akan lebih meningkatkan hasil dan juga keuntungan yang didapat petani. Jagung bioteknologi ini juga mempermudah petani dalam bercocok tanam dengan biaya yang lebih murah.

Di bagian lain, Munip petani dari Tuban, Jawa Timur menyampaikan ketika tanaman jagung pada umumnya terserang ulat, akan sulit sekali dibasmi. Tapi, ketika benihnya sedari awal sudah tahan terhadap ulat, maka secara otomotis biaya untuk menanggulangi serangan hama bisa dikurangi karena tidak perlu melakukan penyemprotan. Hasil panen NK Pendekar Sakti pun menurutnya sangat bagus dengan warna jagung yang cerah dengan bulir yang penuh.

"Kami sudah buat hitung-hitungan dan kami yakin biaya untuk menanam jagung varietas baru dengan keunggulan ganda ini pasti lebih murah. Kami benar-benar senang dan berharap bisa segera menanam jagung ini di lahan yang lebih luas," tuturnya.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1240 seconds (0.1#10.140)