Jadi Biang Kerok Harga Mahal, Mendagri Minta Pengusaha Tak Timbun Barang Jelang Puasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Dalam Negeri atau Mendagri Tito Karnavian meminta kepada para pelaku usaha di sektor pangan untuk tidak menahan-nahan barang jelang memasuki bulan Puasa . Hal tersebut bisa berdampak pada kenaikan harga pangan di pasar.
"Kalau ada barang ditahan, menyebabkan distribusi tidak jalan, dan langka, harga naik, masyarakat yang kasihan," ujar Tito dalam Rapat Koordinasi Pengamanan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri 2024 di Jakarta, Senin (4/3/2024).
Menurutnya para pelaku usaha masih tetap bisa meraih keuntungan tanpa merugikan masyarakat, ketika harga bahan pangan di pasar menjadi mahal akibat penimbunan.
"Ini mohon maaf dengan segala hormat rekan-rekan pengusaha, kita mohon dengan situasi seperti ini, kita tentu berharap rekan pengusaha untung," sambungnya.
Menurut Tito, kondisi yang saat ini tengah terjadi memang sektor pertanian baru mulai memasuki musim panen di Bulan Maret, sedangkan untuk puncaknya baru terjadi bulan April mendatang. Belum lagi, ada proyeksi dari menurunnya produksi padi pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan, jumlah produksi padi, gabah kering giling pada periode Januari - April 2024 mengalami penurunan sebesar 3,95 juta ton atau -17,54% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Habibullah menjelaskan, pada periode Januari - April 2023 total produksi GKG sebanyak 22,5 juta ton, sedangkan pada periode Januari - April 2024 ini diproyeksikan produksi GKG hanya sebesar 18,59 juta ton.
"Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh penurunan luas panen," ujar Habibullah dalam rilis BPS Maret, Jumat (1/3).
Menurutnya puncak panen raya diproyeksikan bakal terjadi pada bulan April 2024 dengan kapasitas produksi diperkirakan mencapai 8,55 juta ton, atau naik jika dibandingkan April 2023 sebesar 6,35 juta ton.
"Puncak produksi padi 2024 diperkirakan terjadi di bulan April dengan produksi sebesar 8,55 juta ton GKG," pungkas Habibullah.
"Kalau ada barang ditahan, menyebabkan distribusi tidak jalan, dan langka, harga naik, masyarakat yang kasihan," ujar Tito dalam Rapat Koordinasi Pengamanan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri 2024 di Jakarta, Senin (4/3/2024).
Menurutnya para pelaku usaha masih tetap bisa meraih keuntungan tanpa merugikan masyarakat, ketika harga bahan pangan di pasar menjadi mahal akibat penimbunan.
"Ini mohon maaf dengan segala hormat rekan-rekan pengusaha, kita mohon dengan situasi seperti ini, kita tentu berharap rekan pengusaha untung," sambungnya.
Menurut Tito, kondisi yang saat ini tengah terjadi memang sektor pertanian baru mulai memasuki musim panen di Bulan Maret, sedangkan untuk puncaknya baru terjadi bulan April mendatang. Belum lagi, ada proyeksi dari menurunnya produksi padi pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan, jumlah produksi padi, gabah kering giling pada periode Januari - April 2024 mengalami penurunan sebesar 3,95 juta ton atau -17,54% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Habibullah menjelaskan, pada periode Januari - April 2023 total produksi GKG sebanyak 22,5 juta ton, sedangkan pada periode Januari - April 2024 ini diproyeksikan produksi GKG hanya sebesar 18,59 juta ton.
"Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh penurunan luas panen," ujar Habibullah dalam rilis BPS Maret, Jumat (1/3).
Menurutnya puncak panen raya diproyeksikan bakal terjadi pada bulan April 2024 dengan kapasitas produksi diperkirakan mencapai 8,55 juta ton, atau naik jika dibandingkan April 2023 sebesar 6,35 juta ton.
"Puncak produksi padi 2024 diperkirakan terjadi di bulan April dengan produksi sebesar 8,55 juta ton GKG," pungkas Habibullah.
(akr)