Kisah Pendiri Mixue Berharta Rp18,6 Triliun, Mulai Bisnis dari Pinjaman Nenek, Kini Jadi Miliarder

Senin, 11 Maret 2024 - 06:37 WIB
loading...
Kisah Pendiri Mixue Berharta Rp18,6 Triliun, Mulai Bisnis dari Pinjaman Nenek, Kini Jadi Miliarder
Kisah sukses pendiri es krim Mixue. Seorang remaja 21 tahun, Zhang Hongchao asal China itu mulai menjajakan es sejak muda, hingga seperempat abad kemudian, Ia dan adik laki-lakinya Hongfu kini menjadi miliarder. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Di balik menjamurnya gerai es krim Mixue di Indonesia, tahukah kamu? bisnis tersebutdimulai oleh seorang remaja berusia 21 tahun, Zhang Hongchao. Pria asal China itu mulai menjajakan es sejak muda, hingga seperempat abad kemudian, Ia dan adik laki-lakinya Hongfu kini menjadi seorang miliarder .



Dua bersaudara asal China itu menghasilkan banyak uang dari menjual es krim, minuman kopi, Bubble Tea dan minuman boba yang kini sangat populer. Hongchao muda mengawali bisninya dengan meminjam uang dari neneknya untuk membuka sebuah kios kecil yang menjual es di kota Zhengzhou, China.

Ternyata toko pertama Toko pertama Zhang Hongchao itu tidak berhasil, tetapi dua tahun kemudian dia mencoba lagi dengan kedai es kedua, kali ini bernama Mixue Bingcheng, yang berarti "istana salju yang manis." Seiring waktu, bisnis tersebut mulai lepas landas saat ia beralih dengan menjual es krim dan kemudian bubble tea, limun, hingga minuman kopi dengan harga murah.



Saat ini Mixue Bingcheng tercatat memiliki sekitar 36.000 toko dan merupakan pembuat bubble tea terbesar di China, yang sedang bersiap go public. Zhang (47 tahun) dan adik laki-lakinya Hongfu yang kini berusia 39 tahun, masuk dalam jajaran miliarder versi Forbes.

Produsen minuman hits asal China, Mixue Bingcheng dan Guming pada awal tahun 2024 mengungkap rencana mereka untuk melakukan pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Hong Kong. Pihak perusahaan menerangkan rincian kepemilikan perusahaan saat ini yakni Zhang dan Hongfu masing-masing memegang 42,8% saham dalam bisnis ini.

Forbes secara konservatif memperkirakan bahwa Mixue —yang pendapatan dan laba bersihnya melonjak 46% dan 48% dalam sembilan bulan pertama tahun 2023 mendapatkan pemasukan USD2,2 miliar serta USD338 juta, dan kini bernilai USD2,9 miliar.

Hal itu menempatkan kekayaan bersih Zhang diperkirakan sekitar USD1,2 miliar setara dengan Rp18,6 triliun (Kurs Rp15.518 per USD), begitu dengan adiknya. Pembuat minuman bubble tea itu sempat mendapatkan dana segar pada Januari 2021, usai menarik pendanaan USD329 juta yang berasal dari investor termasuk Hillhouse Capital milik miliarder Lei Zhang dan Dragonball Capital, cabang usaha Meituan milik miliarder Wang Xing.

DMixue sempat mengajukan permohonan untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Shenzhen pada tahun 2022. Pada kala itu, Mixue menyasar untuk mengumpulkan sekitar USD915 juta. Namun, belum ada pengumuman resmi mengenai kemungkinan pencatatan tersebut sehingga belum terwujud hingga saat ini.

Mixue, yang memiliki 32.000 toko waralaba di China dan 4.000 lainnya di 11 negara Asia lainnya, tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari penilaian perusahaan atau kekayaan bersih sang pemilik seperti dilansir Forbes.

Menurut prospektus, toko-tokonya menjual sekitar 5,8 miliar minuman di seluruh dunia selama sembilan bulan pertama tahun 2023, menjadikannya penjual minuman terbesar kedua secara global berdasarkan cangkir yang terjual, menurut China Insights Industry Consultancy. (Penjual nomor satu ditempati oleh Starbucks).

Kiprah Mixue di pasar bubble tea terbilang menonjol, lantaran harganya yang lebih murah dari kompetitor. Bahkan Ia mendapatkan julukan "Pinduoduo of bubble tea," oleh platform e-commerce diskon China yang populer kepunyaan miliarder Colin Huang (situs belanja Pinduoduo AS Temu diluncurkan pada tahun 2022).

Produk Mixue, yang juga termasuk limun, es krim lembut, teh dan kopi, harganya berkisar tiga sen (kira-kira seharga sekaleng Coke di China) atau USD1. Harga tersebut jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan harga rata-rata USD3,80 seperti yang ditawarkan Nayuki, produsen bubble tea lainnya yang juga populer di China.

Mixue menerangkan, kenapa mereka mampu menjaga harganya tetap murah, lantaran rantai pasokan end-to-end yang mencakup segala hal mulai dari pengadaan, produksi bahan, hingga logistik, penelitian dan pengembangan, serta kontrol kualitas.

Sementara itu hampir semua pendapatan dan keuntungannya, berasal dari penjualan persediaan seperti peralatan dapur dan bahan makanan kepada pewaralaba.

Semuanya bermula saat Hongchao menjadi seorang mahasiswa di Henan Economics and Finance College (sekarang dikenal sebagai Henan University of Economics and Law) pada tahun 1997. Pada suatu waktu di musim panas, Ia mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah kios minuman.

Saat bekerja di sana, dia memiliki ide untuk membuat mesin es buatan tangannya sendiri dan membuka toko yang menjual es serut, sesuatu yang populer di negara tetangga Shangqiu, tetapi belum mencapai Zhengzhou. Menurut laporan media lokal China, ia meminjam 3.000 yuan (USD422) dari neneknya untuk membuka Coldsnap Shaved Ice, pendahulu Mixue.

Hongchao dengan cepat belajar bisnis ketika dia berjuang untuk menjual es selama musim dingin, memaksanya untuk menjual jeruk mandarin demi mendapatkan penghasilan tambahan, menurut media China. Namun dia harus menutup bisnisnya tersebut, namun Hongchao pantang menyerah untuk mencoba lagi pada tahun 1999 dengan produk-produk baru seperti minuman manis dan kemudian es krim lembut.

Adik laki-lakinya Hongfu, yang sekarang menjabat sebagai CEO Mixue, bergabung dengan perusahaan pada tahun 2007 untuk menstandarisasi operasi dan manajemen. (Hongchao menjabat sebagai chairman Mixue.) Semua itu kemudian menjadi model waralaba perusahaan yang sukses.

Saat ini 99,8% dari 36.000 tokonya dioperasikan oleh 16.000 pewaralaba, menjadikannya salah satu operator waralaba terbesar di dunia. (Mixue memiliki lebih dari dua kali lipat jumlah lokasi Dunkin dan hampir dua kali lipat total Burger Kings.)

Mixue yang memiliki 84 paten China dan mengoperasikan pabriknya sendiri, menjual segalanya mulai dari peralatan dapur hingga bahan-bahan termasuk sirup, susu, teh, kopi, dan buah kepada pewaralabanya.

Kedua bersaudara itu terus berinovasi selama bertahun-tahun. Dimana mereka membuka kedai kopi Lucky Cup pertama mereka pada tahun 2017 yang saat ini memiliki 2.900 lokasi.

Mereka mengekspor brand Mixue ke Hanoi, Vietnam pada tahun 2018; hari ini ada juga toko-toko di negara-negara seperti Kanada, Indonesia, Jepang dan Korea Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka memperkenalkan maskot "Snow King" yang sekarang sangat terkenal dan mulai memperkenalkan video musik dan audio yang ditampilkan di toko-tokonya.

Lagu tema Mixue, "I Love You, You Love Me, Mixue Ice Cream & Tea," yang menampilkan Raja Salju, telah ditonton 24 juta di Bilibili, setara dengan YouTube di China. Snow King juga menjadi serial TV animasi dan memainkan peran kunci di festival Ice Cream Music perusahaan.

Keluarga Zhang masuk dalam jajaran miliarder yang mendapatkan kekayaan mereka dari menjual minuman boba yang populer di kalangan milenium dan Gen Z di Asia dan AS. Miliarder bubble tea lainnya termasuk Wang Xiaokun, pendiri dan ketua Cha Panda.

Lalu ada Peng Xin dan Zhao Lin, tim suami-istri yang menjadi saingan Mixue, dengan brandnya Nayuki, menjadi miliarder setelah melakukan IPO perusahaan di Hong Kong pada tahun 2021. Tetapi pasangan ini telah keluar dari jajaran miliarder menyusul penurunan 80% dalam harga saham yang dipicu oleh masalah keamanan pangan.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1977 seconds (0.1#10.140)