Dianaktirikan, Pengusaha Minta Pemerintah Kampanyekan Naik Bus Aman

Minggu, 16 Agustus 2020 - 14:13 WIB
loading...
Dianaktirikan, Pengusaha Minta Pemerintah Kampanyekan Naik Bus Aman
Ilustrasi penumpang memasuki bus. Foto/Dok SINDOphoto/Ramadhan Adiputra
A A A
JAKARTA - Sektor transportasi darat menjadi salah satu yang paling terdampak pandemi virus corona (Covid-19). Meskipun begitu, angkutan darat seperti bus seperti dianaktirikan oleh pemerintah dibandingkan angkutan lainya seperti pesawat.

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengatakan, bus menjadi salah satu darah untuk sektor transportasi darat. Oleh karena itu, bus Antarkota Antarprovinsi (AKAP) pariwisata butuh dikampanyekan untuk kembali bergairah.

"Kami juga butuh dikampanyekan bus aman dan nyaman di masa new normal. Justru urat nadi itu ada di jalan raya dimana angkutan bus menjadi darahnya," ujarnya dalam sebuah diskusi, Minggu (16/8/2020). (Baca juga: Pelaku UMKM Perlu Mengetahui Lima Hal Ini di Masa New Normal )

Menurut dia, angkutan bus juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam operasinya. Namun, di lapangan bus seringkali menerima tindakan diskriminatif.

Sebagai salah satu contohnya, penumpang bus AKAP dengan jurusan Jakarta-Yogakarta sudah tiba di daerah Wates malah dilarang masuk dan diperiksa macam-macam. Padahal, sebelumnya tidak ada pemeriksaan apapun yang dilakukan petugas.

Justru sebaliknya, banyak kendaraan pribadi bisa masuk kemana-mana tanpa ada pemeriksaan apapun. Hal ini lah yang membuat penumpang bus enggan naik kendaraan ini dan memilih menggunakan transportasi pribadi ataupun angkutan ilegal dengan plat hitam

"Pemerintah harus tegas. Jangan main petak umpet. Kalau ada kasus dibilang kewenangan daerah lah, Kemendagri bilang tidak, polisi sebagai penegak hukum harus bertindak tegas dan adil," pungkas Kurnia. (Baca juga: PKK, Ponpes, dan KNPI Dukung Gebrak Masker di Kuningan )

Sementara Ketua Umum Perkumpulan Transportasi Wisata Indonesia (PTWI) Yuli Sayuti mengatakan, dari semua operator bus yang terdampak, operator bus pariwisata adalah yang paling terpuruk.

Menurut dia, untuk operator bus AKAP masih bisa beroperasi meski operasional di bawah 50%. “Tapi kami di bus pariwisata ini sangat terpengaruh oleh dua hal. Pertama stigma masyarakat, dan kedua ketegasan pemerintah daerah mengenai kepastian terbukanya dan beroperasinya objek wisata di daerah,” ujarnya. (Baca juga: 5 Destinasi Terbaik Dunia 2020 Pilihan Wisatawan, Bali Salah Satunya )

Meski pemerintah sudah memberikan stimulus pada angkutan transportasi, namun masih dibutuhkan perhatian yang lebih. “Kita sudah dapat keringanan enam bulan untuk cicilan, meski belum semua. Tapi ini masih perlu ditambah mengingat sektor ini juga punya ribuan tenaga kerja lepas,” pungkasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1775 seconds (0.1#10.140)