Era Suku Bunga Acuan Tinggi Upaya Jaga Penguatan Rupiah

Jum'at, 16 November 2018 - 20:36 WIB
Era Suku Bunga Acuan Tinggi Upaya Jaga Penguatan Rupiah
Era Suku Bunga Acuan Tinggi Upaya Jaga Penguatan Rupiah
A A A
JAKARTA - Kenaikan suku bunga BI 7 day repo rate menjadi 6% dinilai sebagai upaya untuk menenangkan pasar dan mempertahankan momentum menguatnya rupiah. Selain itu, jika memungkinkan, bisa digunakan untuk menarik kembali investasi portfolio yang sebelumnya sebagian sempat keluar dari pasar uang Indonesia.

"Kenaikan BI 7DRR ini meskipun tidak akan mendorong penetrasi pasar kredit, namun mestinya akan memberikan attractiveness yang lebih tinggi kepada pasar uang di dalam negeri dan terhadap rupiah per USD cenderung memantapkan kestabilan," kata Pengamat Ekonomi dari UGM Muhammad Edhie Purnawan saat dihubungi.

Menurutnya, Bank Indonesia masih melakukan kebijakan yang konsisten, preemptive, ahead of the curve, dan front-loading. "Kebijakan seperti ini dimaklumi," imbuhnya.

Sementara itu, dilihat dari aspek linkage antara perekonomian Indonesia dan Amerika yang jadi pemicu utama global shock, via trade-war yang diciptakan oleh Trump, dan normalisasi kebijakan moneter oleh Jerome Powell.

Dengan demikian, maka Bank Indonesia memang harus mewaspadai ujung kebijakan The Fed yang masih akan panjang, karena gelagatnya, Jay (Jerome Powell) sebagai Gubernur The Fed terlihat masih punya keinginan menaikkan suku bunga acuan The Fed (FFR). Hal itu untuk menyeimbangkan inflasi dan pengangguran (unemployment).

"Lalu, kalau membaca yang terjadi di Amerika, maka kita bisa mengevalusi Jay. Sebagai Gubernurnur The Fed yang sedang menyetir roda perekonokian Amerika, Jay sebenernya berusaha untuk mencapai dua hal secara simultan," jelasnya.

Pertama adalah mencapai target natural rate of unemployment. Secara teori, kalau unemployment atau tingkat pengangguran di bawah natural rate of unemployment, maka tekanan terhadap inflasi akan makin tinggi.

Sebaliknya kalau data unemployment lebih tinggi dari nilai natural-nya, maka laju inflasi akan menurun atau kemungkinan besar akan menyebabkan inflasi lebih rendah daripada target inflasi yang diharapkan, yaitu 2%. "Namun terlihat saat ini inflasi di Amerika masih lebih tinggi dari targetnya, sehingga antisipasi BI menaikkan suku bunga acuan BI 7DRR menjadi masuk akal," ungkapnya.

Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM Jameel Ahmad mengungkapkan, saat ini momentum beli Rupiah menguat setelah Bank Indonesia memberi kejutan dengan meningkatkan suku bunga untuk keenam kalinya di tahun 2018.

Saat ini rupiah meningkat di atas 0.9%, namun mata uang Indonesia berpotensi untuk semakin menguat di saat investor mencerna langkah terbaru BI. "Penurunan Dolar AS selama tiga hari terakhir berturut-turut juga membantu sentimen pasar berkembang," kata Jameel.

Ini adalah kenaikan suku bunga ke-6 kali yang dilakukan BI tahun ini. BI juga layak mendapatkan pujian atas keberanian untuk bertindak fleksibel dalam upaya membantu pasar Indonesia. Menurutnya, kenaikan suku bunga ini akan membantu mengundang masuknya modal ke Indonesia. Selain itu, dapat menolong defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) serta mencegah tekanan inflasi setelah Rupiah melemah lebih dari 10% tahun ini.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai, BI sebenarnya tidak perlu kembali menaikkan bunga acuan dalam RDG bulan ini. Pasalnya saat ini, kondisi market cukup tenang, bahkan sempat menguat.

"Jadi, suku bunga belum perlu naik. Justru yang perlu diantisipasi adalah rencana kenaikan FFR di Desember mendatang. Jika memang terjadi kenaikan suku bunga The Fed, maka BI pun perlu menyesuaikan," katanya.

Namun, jika BI menyesuaikan kembali bunga acuannya, BCA pun akan memperimbangkan untuk menaikkan bunga deposito. “Kalau kami rasakan perlu naik ya deposito kami naikkan. Kalau funding cukup, likuiditas masih banyak ya tidak perlu naik juga,” jelas dia.

Menurutnya, ketika BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 150 basis poin (bps), BCA juga turut menyesuaikan suku bunga deposito hingga 125 bps dan suku bunga kredit 50 bps. BCA pun masih mengantisipasi kenaikan suku bunga tahun depan.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, keputusan kenaikan BI 7 day repo rate merupakan kebijakan yang sangat tepat, untuk frontloading kenaikan suku bunga. Sehingga BI selalu tanggap dan prudent dalam menyikapi perubahan cuaca ekonomi global.

"Likuiditas cukup memadai, dan bank saat ini mempunyai trend peningkatan pertumbuhan kredit, dan penurunan Non Performing Loan (NPL)," ujar Tiko saat dihubungi wartawan. Menurutnya, Net Interest Marjin atau NIM perbankan akan berangsur angsur turun. Namun, secara rata-rata masih akan berada di kisaran 5%.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4360 seconds (0.1#10.140)