Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah ke Rp14.983, Khawatir Kenaikan Suku Bunga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 6 poin di level Rp 14.983 atas dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan sore ini, Selasa (20/9/9). Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, salah satu faktor internal pemicu mata uang garuda ini melemah karena kebijakan subsidi energi yang diresmikan tahun ini.
"Tahun ini dinilai momentum yang paling tepat dengan pertimbangannya adalah masih adanya ruang diskresi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2022 terkait defisit dan soal ongkos politik yang akan makin besar jika ditunda," jelasnya melalui keterangan resmi yang dikutip oleh MPI, Selasa (20/9/22).
Lihat SINDOgrafis: Uang Rupiah Tahun 1995 Ditarik Bank Indonesia dari Peredaran
Dia melanjutkan bahwa kebijakan tersebut akan menimbulkan beberapa implikasi, seperti inflasi meski sifatnya temporer, serta resistensi dan pro kontra dari masyarakat terhadap kebijakan baru.
Dia menambahkan ruang diskresi terkait defisit pada APBN 2022 dan kondisi APBN semester I 2022 yang surplus juga menjadi semakin menguatkan bahwa momentum reformasi kebijakan subsidi yang tepat adalah tahun ini. Dengan demikian, jika terjadi risiko akibat reformasi tersebut masih dapat diredam dengan fleksibilitas APBN.
Selain itu, survei pemantauan harga yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada minggu III September 2022 menunjukkan, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ketiga September 2022 diperkirakan inflasi sebesar 1,09% (mtm). Sedangkan penyumbang inflasi, yaitu bensin sebesar 0,91% (mtm), angkutan dalam kota sebesar 0,04% (mtm).
Kemudian, lanjutnya, angkutan antar kota, telur ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta rokok kretek filter dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
"Ke depan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," ucapnya.
Sementara itu, pengaruh eksternal adalah dolar AS tetap berada dibawah level tertingginya karena investor bersiap atas kemungkinan kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed untuk mengendalikan inflasi yang semakin memanas.
"Bank Sentral secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bps pada hari Rabu," tambahnya.
"Tahun ini dinilai momentum yang paling tepat dengan pertimbangannya adalah masih adanya ruang diskresi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2022 terkait defisit dan soal ongkos politik yang akan makin besar jika ditunda," jelasnya melalui keterangan resmi yang dikutip oleh MPI, Selasa (20/9/22).
Lihat SINDOgrafis: Uang Rupiah Tahun 1995 Ditarik Bank Indonesia dari Peredaran
Dia melanjutkan bahwa kebijakan tersebut akan menimbulkan beberapa implikasi, seperti inflasi meski sifatnya temporer, serta resistensi dan pro kontra dari masyarakat terhadap kebijakan baru.
Dia menambahkan ruang diskresi terkait defisit pada APBN 2022 dan kondisi APBN semester I 2022 yang surplus juga menjadi semakin menguatkan bahwa momentum reformasi kebijakan subsidi yang tepat adalah tahun ini. Dengan demikian, jika terjadi risiko akibat reformasi tersebut masih dapat diredam dengan fleksibilitas APBN.
Selain itu, survei pemantauan harga yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada minggu III September 2022 menunjukkan, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ketiga September 2022 diperkirakan inflasi sebesar 1,09% (mtm). Sedangkan penyumbang inflasi, yaitu bensin sebesar 0,91% (mtm), angkutan dalam kota sebesar 0,04% (mtm).
Kemudian, lanjutnya, angkutan antar kota, telur ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta rokok kretek filter dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
"Ke depan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," ucapnya.
Sementara itu, pengaruh eksternal adalah dolar AS tetap berada dibawah level tertingginya karena investor bersiap atas kemungkinan kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed untuk mengendalikan inflasi yang semakin memanas.
"Bank Sentral secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bps pada hari Rabu," tambahnya.