Transformasi Pelabuhan Nonpetikemas Semakin Efisien dan Inovatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ribuan mobil berjajar rapih di lapangan penampungan di terminal yang dioperasikan PT Indonesia Kendaraan Terminal,Tbk. (IPCC) di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sebagian besar bermerek Toyota, terdiri dari Fortuner, Avanza, Innova, dan Raize. Ada juga kendaraan berat jenis truk yang berjejer rapih dan mobil sport utility vehicle (SUV) merek Suzuki XL7.
“Mobil-mobil ini menunggu kapal yang akan mengangkut ke negara tujuan,”ungkap Staff Corporate Secretary IPCC Mohamad Ilhamsyah saat mendampingi SINDOnews berkeliling pelabuhan yang melayani ekspor impor mobil itu pada Jumat (5/4/2024).
Negara-negara tujuan ekspor mobil asal Indonesia berada di kawasan Afrika Selatan,Timur Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara, hingga Australia. “Khusus untuk Australia ada penanganan khusus. Sehingga ada tempat penampungan tersendiri,” ujarnya sembari menunjukkan tempat penampungan seluas hangar pesawat udara.
Sebagai bagian dari ekosistem PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan anak Usaha PT Pelindo Multi Terminal (SPMT), IPCC terus melakukan transformasi sejalan dengan yang dilakukan SPMT Group dan Pelindo. Salah satunya dengan menghadirkan smart port dalam rangka menghadirkan efisiensi dan sebagai salah satu bentuk inovasi di era digital. Smart port diaplikasikan melalui digitalisasi di segala lini, juga penggunaan energi ramah lingkungan. “Kami terus melakukan inovasi pada sisi back office, operasional, dan customer experience,”tegas Direktur Utama IPCC Sugeng Mulyadi saat ditemui SINDOnews di kantor pusat IPCC.
IPCC mengimplementasikan sistem operasi terintegrasi bernama PTOS-C, yang merupakan hasil kolaborasi sinergis antara SPMT Group dengan ILCS sebagai IT Solution Provider Pelindo Group. PTOS-C merupakan sistem untuk mengelola kinerja operasional khususnya pada terminal kendaraan di lingkungan Pelindo Group. Adopsi teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan traffic kendaraan, dan efisiensi proses operasi.
“Kami juga melakukan transformasi dan standardisasi dari sisi terminal untuk menjaga kualitas, time delivery, sehingga terjadi integrasi dan terkoneksi di semua terminal,”kata Sugeng.
Tak hanya itu, IPCC juga mengembagkan bisnis Pre Delivery Center (PDC) menggandeng Hyundai Indonesia dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk menambah kapasitas terminal, IPCC siap membangun gedung 5 lantai dengan kapasitas 25.000-45.000 mobil di Tanjung Priok. “Kami juga ekspansi ke Belawan, Pontianak, Makassar dan Balikpapan,” ungkap Sugeng.
Sebagai bagian dari SPMT Group, IPCC terus melakukan ekspansi untuk mendorong peningkatan kinerja dan menghadirkan pelayanan yang terbaik. Selain melalui ekspansi perluasan lahan, anak usaha SPMT itu melakukan penjajakan kerja sama operasi dengan sejumlah pelabuhan yang dinilai potensial untuk dijadikan hub terminal kendaraan atau menjadi bagian dari terminal satelit. IPCC juga menjalin kerja sama dengan pabrikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang pengapalannya memerlukan penanganan khusus.
“Dari potensi bisnis ekspor, kami percaya layanan yang kami berikan bisa menghadirkan value yang lebih tinggi kepada pelanggan, ekosistem, dan negara,”tegasnya.
Dalam menangani unit kendaraan ekspor maupun impor, IPCC menerapkan standar yang ketat. Dalam hal handling dan storage, untuk unit CBU ekspor dan impor, saat kendaraan masuk ke dalam kawasan, dilakukan pengecekan unit di Central Inspection Facility (CIF), dimana jika terdapat temuan damage (kerusakan), scratch (goresan), dan dent (penyok), maka informasi tersebut akan dikonfirmasi kepada pabrikan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas kendaraan tetap terjaga.
Pabrikan juga bisa mengakses dan memonitor kendaraan mulai dari masuk pelabuhan (Port In), selama ada di pelabuhan (Yard Location), dan masuk kedalam kapal (Port Out). Layanan Auto Gate System yang dihadirkan IPCC dirasakan para pabrikan sangat membantu kelancaran proses pengiriman kendaraan. IPCC mengadopsi teknologi informasi yang menghadirkan efisiensi di segala lini.
Salah satunya yakni penerapan Radio Frequency Identification (RFID). RFID menggunakan verifikasi informasi digital dengan adopsi sistem autogate. Dengan penggunaan teknologi RFID yang terintegrasi, sistem pencatatan dari pemilik kargo hingga pencatatan di Bea Cukai menjadi terintegrasi.
Saat masuk gate terminal, spesifikasi unit mobil yang akan di ekspor telah terbaca RFID sehingga data-data kendaraan masuk ke dalam server RFID. Selanjutnya, data-data di dalam RFID bisa diakses oleh pemilik unit kendaraan dalam hal ini pabrikan, terkait dengan penempatan unit kendaraan di lahan penumpukan maupun gedung parkir, hingga dokumen-dokumen yang diterbitkan Bea Cukai. Dengan demikian, tercipta simplifikasi birokrasi yang selama ini dinilai sebagai salah satu penyebab biaya tinggi logistik nasional.
Dengan mengusung konsep Beyond The Gate, IPCC memberikan pelayanan terintegrasi mulai dari manufacturing sampai ke terminal. IPCC juga berkolaborasi dengan car carrier, dan menghadirkan value added service. Misalnya mini repair, pemasangan aksesori hingga menyediakan charging station untuk kendaraan listrik. Juga pengecekan kualitas kendaraan apabila kendaraan long stay di terminal penampungan. “Kami juga berkolaborasi dengan perusahaan pelayaran untuk pengiriman domestik,”kata Sugeng. Untuk mobil listrik, IPCC melayani pengiriman mobil dari Hyundai, Wuling, dan BYD.
Sugeng menyadari, dalam ekosistem kepelabuhanan ada kompetisi untuk menjadi yang terbaik dan menjadi pilihan pelanggan. “Pesaing kami bukan di domestik. Tetapi pelabuhan di Thailand dan India. Sedangkan Singapura hanya sebagai hub saja,”paparnya.
Karenanya, IPCC berharap di masa mendatang pemerintah menghadirkan kebijakan yang kondusif bagi dunia usaha khususnya di sektor otomotif. Sehingga para pabrikan berminat untuk memproduksi mobilnya di Indonesia. “Tentunya itu akan meningkatkan ekspor mobil dari Indonesia. Saat ini pabrikan besar berasal dari tiga negara yakni Jepang, Korea, dan China. Jika negara-negara itu banyak memproduksi mobil di Indonesia, ekspor asal Indonesia semakin banyak,” ungkapnya.
IPCC sendiri melakukan inovasi dalam hal pelayanan melalui kerjasama dengan pabrikan mobil untuk menghadapi persaingan. Salah satunya dengan membuat penampungan yang dekat dengan pelabuhan. Sehingga kendaraan yang akan di ekspor lebih cepat diangkut saat kapal bersandar. Dalam beberapa kesempatan Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menyatakan peran penting pelabuhan untuk menopang ekspor mobil nasional ke mancanegara.
Data Gaikindo menyebutkan, ekspor mobil secara utuh atau completely built up (CBU) asal Indonesia tercatat sebanyak 505.134 pada Januari-Desember 2023 atau meningkat 6,7% year on year (YoY) dibandingkan ekspor mobil pada tahun 2022 yakni 473.602 unit. Gaikindo pun optimistis ekspor mobil bakal melebih 600.000 unit tahun ini.
Menghadirkan Ekosistem Pelabuhan Terintegrasi
Pelabuhan memiliki peran penting untuk terus mengawal denyut nadi logistik nasional. Pelabuhan juga memiliki peran penting sebagai sarana vital penggerak perekonomian nasional. Tak sekadar sebagai simpul jaringan transportasi, tetapi juga sebagai penunjang kegiatan industri dan perdagangan.
Keberadaan pelabuhan sebagai terminal penghubung dan konektivitas antardaerah termasuk daerah tertinggal, terpencil, terdepan, dan perbatasan (3TP) ke daerah yang lebih maju, dapat melancarkan arus perdagangan dan memajukan perekonomian daerah. Tak hanya itu, pelabuhan juga menjadi gerbang utama peningkatan devisa negara melalui ekspor.
Pengamat Maritim DR Marcellus Jayawibawa menegaskan transformasi yang dijalankan Pelindo dan anak usahanya termasuk SPMT Group dan IPCC dinilai berhasil. Hal itu tercermin dari peningkatan kinerja. “Transformasi yang dilakukan sudah on track. Namun demikian mereka perlu melakukan ekspansi termasuk di domestik,”katanya. Hal itu lantaran di Tanah Air jumlah pelabuhan hanya mencapai 3.000 pelabuhan sementara jumlah pulau yang harus dilayani mencapai 6.000 pulau. “Untuk melakukan ekspansi tentunya perlu investasi. Disini butuh dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi maupun permodalan,”katanya. Dengan demikian akan terjadi akselerasi terhadap penurunan biaya logistik nasional.
Sedangkan Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Raja Oloan Saut Gurning mengatakan, transformasi yang dilakukan SPMT Group berhasil mendongkrak pendapatan dan keuntungan. “Jasa logistik, jada maritim, jada nonpetikemas meningkat,”katanya.
Untuk semakin meningkatkan kinerja, Saut menyarankan agar SPMT Group fokus dalam melakukan investasi dan inovasi. Inovasi tak hanya dilakukan di lini 1, dan lini 2 tapi juga masuk kepada layanan logistik. “Bisnis mereka positif dan memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di masa mendatang,”ujarnya.
Saut mengatakan, tantangan berupa birokrasi yang kini terpusat harus segera dicarikan solusinya. Mengingat dengan proses bisnis yang sudah terdigitalisasi, layanan kepelabuhanan harus lebih handal dan sederhana. “Dulu kan ada di masing-masing daerah birokrasinya, kini terpusat. Harus disederhanakan,”katanya. Dalam kaitan ekspansi bisnis kepelabuhanan SPMT Group dinilai memiliki peluang besar karena dikungan ekosistem yang handal. “Perkuat kolaborasi sehingga semakin kompetitif,” tuturnya.
SPMT Group sendiri berkomitmen meningkatkan pelayanan kepada para pengguna jasa di pelabuhan.
Direktur Operasi PT Pelindo Multi Terminal Arif Rusman Yulianto dalam keterangan tertulis menerangkan, SPMT terus melakukan proses transformasi dan standarisasi operasional dan komersial di seluruh pelabuhan yang dimulai dari pre-transformasi, standarisasi, sistemisasi, dan integrasi yang pelaksanaanya mengacu pada 6 pilar yakni, Proses, SDM, Teknologi, Peralatan, Infrastruktur dan HSSE.
SPMT Group telah menerapkan Pelindo Terminal Operating System Multipurpose (PTOS-M) yang memiliki arsitektur yang terintegrasi dengan sistem-sistem lain seperti customer portal, sistem layanan kapal, dan sistem layanan keuangan. Selain terintegrasi dengan beberapa sistem, PTOS-M memiliki fitur yang memberikan kemudahan layanan seperti online booking request, operation planning, storage inventory, serta control & monitoring.
PTOS-M menjadi bagian dari proses transformasi dan standarisasi yang juga berdampak pada peningkatan produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) serta penurunan port stay dan cargo stay yang signifikan.
SPMT terus melakukan transformasi yang progresif dan berkelanjutan dalam seluruh aspek operasional.
Sepanjang 2022-2023 sebanyak 25 pelabuhan telah melalui proses transformasi. Dari sisi kinerja, arus barang atau flow of goods yang dilayani oleh SPMT naik 28,8% dari sisi tonase per kapal per harinya. Selain itu, waktu bongkat muat harian juga semakin cepat 18,1%.
Waktu bongkar muat yang semakin efisien juga berimbas pada turunnya waktu sandar kapal di pelabuhan atau port stay sebesar 17,5%. Dari sisi dokumen juga durasi penerbitan nota kami meningkat 71,5% karena penyederhanaan proses administrasi dan menggunakan sistem PTOS-M.
Direktur SDM SPMT Edi Priyanto menambahkan dalam mendukung proses transformasi dan standarisasi pelabuhan, SPMT terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM melalui pelatihan, workshop, dan sertifikasi bagi pekerja SPMT.
Dalam dua tahun transformasi, SPMT juga gencar melakukan pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan, diwujudkan melalui berbagai ruang belajar dan diskusi virtual melalui komunitas seperti Community of Practice (COP) dan Community of Interest (COI) yang mengeksplor dunia kepelabuhanan serta sesi sharing session dengan membahas beragam tema untuk mendukung work life balance pekerja.
“Mobil-mobil ini menunggu kapal yang akan mengangkut ke negara tujuan,”ungkap Staff Corporate Secretary IPCC Mohamad Ilhamsyah saat mendampingi SINDOnews berkeliling pelabuhan yang melayani ekspor impor mobil itu pada Jumat (5/4/2024).
Negara-negara tujuan ekspor mobil asal Indonesia berada di kawasan Afrika Selatan,Timur Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara, hingga Australia. “Khusus untuk Australia ada penanganan khusus. Sehingga ada tempat penampungan tersendiri,” ujarnya sembari menunjukkan tempat penampungan seluas hangar pesawat udara.
Sebagai bagian dari ekosistem PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan anak Usaha PT Pelindo Multi Terminal (SPMT), IPCC terus melakukan transformasi sejalan dengan yang dilakukan SPMT Group dan Pelindo. Salah satunya dengan menghadirkan smart port dalam rangka menghadirkan efisiensi dan sebagai salah satu bentuk inovasi di era digital. Smart port diaplikasikan melalui digitalisasi di segala lini, juga penggunaan energi ramah lingkungan. “Kami terus melakukan inovasi pada sisi back office, operasional, dan customer experience,”tegas Direktur Utama IPCC Sugeng Mulyadi saat ditemui SINDOnews di kantor pusat IPCC.
IPCC mengimplementasikan sistem operasi terintegrasi bernama PTOS-C, yang merupakan hasil kolaborasi sinergis antara SPMT Group dengan ILCS sebagai IT Solution Provider Pelindo Group. PTOS-C merupakan sistem untuk mengelola kinerja operasional khususnya pada terminal kendaraan di lingkungan Pelindo Group. Adopsi teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan traffic kendaraan, dan efisiensi proses operasi.
“Kami juga melakukan transformasi dan standardisasi dari sisi terminal untuk menjaga kualitas, time delivery, sehingga terjadi integrasi dan terkoneksi di semua terminal,”kata Sugeng.
Tak hanya itu, IPCC juga mengembagkan bisnis Pre Delivery Center (PDC) menggandeng Hyundai Indonesia dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk menambah kapasitas terminal, IPCC siap membangun gedung 5 lantai dengan kapasitas 25.000-45.000 mobil di Tanjung Priok. “Kami juga ekspansi ke Belawan, Pontianak, Makassar dan Balikpapan,” ungkap Sugeng.
Sebagai bagian dari SPMT Group, IPCC terus melakukan ekspansi untuk mendorong peningkatan kinerja dan menghadirkan pelayanan yang terbaik. Selain melalui ekspansi perluasan lahan, anak usaha SPMT itu melakukan penjajakan kerja sama operasi dengan sejumlah pelabuhan yang dinilai potensial untuk dijadikan hub terminal kendaraan atau menjadi bagian dari terminal satelit. IPCC juga menjalin kerja sama dengan pabrikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang pengapalannya memerlukan penanganan khusus.
“Dari potensi bisnis ekspor, kami percaya layanan yang kami berikan bisa menghadirkan value yang lebih tinggi kepada pelanggan, ekosistem, dan negara,”tegasnya.
Dalam menangani unit kendaraan ekspor maupun impor, IPCC menerapkan standar yang ketat. Dalam hal handling dan storage, untuk unit CBU ekspor dan impor, saat kendaraan masuk ke dalam kawasan, dilakukan pengecekan unit di Central Inspection Facility (CIF), dimana jika terdapat temuan damage (kerusakan), scratch (goresan), dan dent (penyok), maka informasi tersebut akan dikonfirmasi kepada pabrikan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas kendaraan tetap terjaga.
Pabrikan juga bisa mengakses dan memonitor kendaraan mulai dari masuk pelabuhan (Port In), selama ada di pelabuhan (Yard Location), dan masuk kedalam kapal (Port Out). Layanan Auto Gate System yang dihadirkan IPCC dirasakan para pabrikan sangat membantu kelancaran proses pengiriman kendaraan. IPCC mengadopsi teknologi informasi yang menghadirkan efisiensi di segala lini.
Salah satunya yakni penerapan Radio Frequency Identification (RFID). RFID menggunakan verifikasi informasi digital dengan adopsi sistem autogate. Dengan penggunaan teknologi RFID yang terintegrasi, sistem pencatatan dari pemilik kargo hingga pencatatan di Bea Cukai menjadi terintegrasi.
Saat masuk gate terminal, spesifikasi unit mobil yang akan di ekspor telah terbaca RFID sehingga data-data kendaraan masuk ke dalam server RFID. Selanjutnya, data-data di dalam RFID bisa diakses oleh pemilik unit kendaraan dalam hal ini pabrikan, terkait dengan penempatan unit kendaraan di lahan penumpukan maupun gedung parkir, hingga dokumen-dokumen yang diterbitkan Bea Cukai. Dengan demikian, tercipta simplifikasi birokrasi yang selama ini dinilai sebagai salah satu penyebab biaya tinggi logistik nasional.
Dengan mengusung konsep Beyond The Gate, IPCC memberikan pelayanan terintegrasi mulai dari manufacturing sampai ke terminal. IPCC juga berkolaborasi dengan car carrier, dan menghadirkan value added service. Misalnya mini repair, pemasangan aksesori hingga menyediakan charging station untuk kendaraan listrik. Juga pengecekan kualitas kendaraan apabila kendaraan long stay di terminal penampungan. “Kami juga berkolaborasi dengan perusahaan pelayaran untuk pengiriman domestik,”kata Sugeng. Untuk mobil listrik, IPCC melayani pengiriman mobil dari Hyundai, Wuling, dan BYD.
Sugeng menyadari, dalam ekosistem kepelabuhanan ada kompetisi untuk menjadi yang terbaik dan menjadi pilihan pelanggan. “Pesaing kami bukan di domestik. Tetapi pelabuhan di Thailand dan India. Sedangkan Singapura hanya sebagai hub saja,”paparnya.
Karenanya, IPCC berharap di masa mendatang pemerintah menghadirkan kebijakan yang kondusif bagi dunia usaha khususnya di sektor otomotif. Sehingga para pabrikan berminat untuk memproduksi mobilnya di Indonesia. “Tentunya itu akan meningkatkan ekspor mobil dari Indonesia. Saat ini pabrikan besar berasal dari tiga negara yakni Jepang, Korea, dan China. Jika negara-negara itu banyak memproduksi mobil di Indonesia, ekspor asal Indonesia semakin banyak,” ungkapnya.
IPCC sendiri melakukan inovasi dalam hal pelayanan melalui kerjasama dengan pabrikan mobil untuk menghadapi persaingan. Salah satunya dengan membuat penampungan yang dekat dengan pelabuhan. Sehingga kendaraan yang akan di ekspor lebih cepat diangkut saat kapal bersandar. Dalam beberapa kesempatan Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menyatakan peran penting pelabuhan untuk menopang ekspor mobil nasional ke mancanegara.
Data Gaikindo menyebutkan, ekspor mobil secara utuh atau completely built up (CBU) asal Indonesia tercatat sebanyak 505.134 pada Januari-Desember 2023 atau meningkat 6,7% year on year (YoY) dibandingkan ekspor mobil pada tahun 2022 yakni 473.602 unit. Gaikindo pun optimistis ekspor mobil bakal melebih 600.000 unit tahun ini.
Menghadirkan Ekosistem Pelabuhan Terintegrasi
Pelabuhan memiliki peran penting untuk terus mengawal denyut nadi logistik nasional. Pelabuhan juga memiliki peran penting sebagai sarana vital penggerak perekonomian nasional. Tak sekadar sebagai simpul jaringan transportasi, tetapi juga sebagai penunjang kegiatan industri dan perdagangan.
Keberadaan pelabuhan sebagai terminal penghubung dan konektivitas antardaerah termasuk daerah tertinggal, terpencil, terdepan, dan perbatasan (3TP) ke daerah yang lebih maju, dapat melancarkan arus perdagangan dan memajukan perekonomian daerah. Tak hanya itu, pelabuhan juga menjadi gerbang utama peningkatan devisa negara melalui ekspor.
Pengamat Maritim DR Marcellus Jayawibawa menegaskan transformasi yang dijalankan Pelindo dan anak usahanya termasuk SPMT Group dan IPCC dinilai berhasil. Hal itu tercermin dari peningkatan kinerja. “Transformasi yang dilakukan sudah on track. Namun demikian mereka perlu melakukan ekspansi termasuk di domestik,”katanya. Hal itu lantaran di Tanah Air jumlah pelabuhan hanya mencapai 3.000 pelabuhan sementara jumlah pulau yang harus dilayani mencapai 6.000 pulau. “Untuk melakukan ekspansi tentunya perlu investasi. Disini butuh dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi maupun permodalan,”katanya. Dengan demikian akan terjadi akselerasi terhadap penurunan biaya logistik nasional.
Sedangkan Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Raja Oloan Saut Gurning mengatakan, transformasi yang dilakukan SPMT Group berhasil mendongkrak pendapatan dan keuntungan. “Jasa logistik, jada maritim, jada nonpetikemas meningkat,”katanya.
Untuk semakin meningkatkan kinerja, Saut menyarankan agar SPMT Group fokus dalam melakukan investasi dan inovasi. Inovasi tak hanya dilakukan di lini 1, dan lini 2 tapi juga masuk kepada layanan logistik. “Bisnis mereka positif dan memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di masa mendatang,”ujarnya.
Saut mengatakan, tantangan berupa birokrasi yang kini terpusat harus segera dicarikan solusinya. Mengingat dengan proses bisnis yang sudah terdigitalisasi, layanan kepelabuhanan harus lebih handal dan sederhana. “Dulu kan ada di masing-masing daerah birokrasinya, kini terpusat. Harus disederhanakan,”katanya. Dalam kaitan ekspansi bisnis kepelabuhanan SPMT Group dinilai memiliki peluang besar karena dikungan ekosistem yang handal. “Perkuat kolaborasi sehingga semakin kompetitif,” tuturnya.
SPMT Group sendiri berkomitmen meningkatkan pelayanan kepada para pengguna jasa di pelabuhan.
Direktur Operasi PT Pelindo Multi Terminal Arif Rusman Yulianto dalam keterangan tertulis menerangkan, SPMT terus melakukan proses transformasi dan standarisasi operasional dan komersial di seluruh pelabuhan yang dimulai dari pre-transformasi, standarisasi, sistemisasi, dan integrasi yang pelaksanaanya mengacu pada 6 pilar yakni, Proses, SDM, Teknologi, Peralatan, Infrastruktur dan HSSE.
SPMT Group telah menerapkan Pelindo Terminal Operating System Multipurpose (PTOS-M) yang memiliki arsitektur yang terintegrasi dengan sistem-sistem lain seperti customer portal, sistem layanan kapal, dan sistem layanan keuangan. Selain terintegrasi dengan beberapa sistem, PTOS-M memiliki fitur yang memberikan kemudahan layanan seperti online booking request, operation planning, storage inventory, serta control & monitoring.
PTOS-M menjadi bagian dari proses transformasi dan standarisasi yang juga berdampak pada peningkatan produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) serta penurunan port stay dan cargo stay yang signifikan.
SPMT terus melakukan transformasi yang progresif dan berkelanjutan dalam seluruh aspek operasional.
Sepanjang 2022-2023 sebanyak 25 pelabuhan telah melalui proses transformasi. Dari sisi kinerja, arus barang atau flow of goods yang dilayani oleh SPMT naik 28,8% dari sisi tonase per kapal per harinya. Selain itu, waktu bongkat muat harian juga semakin cepat 18,1%.
Waktu bongkar muat yang semakin efisien juga berimbas pada turunnya waktu sandar kapal di pelabuhan atau port stay sebesar 17,5%. Dari sisi dokumen juga durasi penerbitan nota kami meningkat 71,5% karena penyederhanaan proses administrasi dan menggunakan sistem PTOS-M.
Direktur SDM SPMT Edi Priyanto menambahkan dalam mendukung proses transformasi dan standarisasi pelabuhan, SPMT terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM melalui pelatihan, workshop, dan sertifikasi bagi pekerja SPMT.
Dalam dua tahun transformasi, SPMT juga gencar melakukan pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan, diwujudkan melalui berbagai ruang belajar dan diskusi virtual melalui komunitas seperti Community of Practice (COP) dan Community of Interest (COI) yang mengeksplor dunia kepelabuhanan serta sesi sharing session dengan membahas beragam tema untuk mendukung work life balance pekerja.
(nng)