BEI: Perang Israel-Iran Bikin Bursa Saham Asia Ambruk Berjamaah

Jum'at, 19 April 2024 - 20:35 WIB
loading...
BEI: Perang Israel-Iran...
Eskalasi militer antara Iran dan Israel turut menjadi perhatian dari Bursa Efek Indonesia. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Eskalasi militer antara Iran dan Israel turut menjadi perhatian dari PT Bursa Efek Indonesia ( BEI ) selaku penyelenggara pasar modal. Pasalnya sentimen ini dikhawatirkan dapat berdampak terhadap psikologis pasar.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) Irvan Susandy mengatakan pihaknya memantau setiap perkembangan global, sekaligus berkoordinasi dengan regulator pasar modal lainnya. Pihaknya meminta investor untuk tidak panik dan menyikapi kondisi global dengan positif dan optimis.

"Kita harus selalu optimistis menyikapi fenomena yang ada. Kami berharap tidak sampai menimbulkan perang terbuka antara ke dua negara, karena efeknya bisa dirasakan oleh banyak negara lain juga," kata Irvan kepada wartawan pasar modal, Jumat (19/4/2024).



Irvan mengakui bahwa peningkatan tensi geopolitik kedua negara Timur Tengah itu mendapat respons negatif beberapa bursa di kawasan Asia. Indonesia adalah salah satunya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 1,11% di 7.087, sekaligus menyentuh level terendah dalam tiga bulan terakhir di 7.036,26.

“Ada beberapa bursa yang turun lebih dalam dari Indonesia seperti Filipina (-1,71%), Vietnam (-1,93%), Thailand (-1,81%) dan Jepang (-2,54%),” terang Irvan.

Hingga Februari 2024, eksposur Lembaga Jasa Keuangan (LJK) secara langsung terhadap Kawasan Timur Tengah relatif terbatas. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah yang dimiliki perbankan domestik hanya sebesar Rp1,3 triliun atau 0,06 persen dari total surat berharga yang dimiliki perbankan, sementara asuransi dan Perusahaan Pembiayaan tidak memiliki surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah.



Di pasar saham, nilai kepemilikan saham investor dari Timur Tengah tercatat sebesar Rp65,73 triliun atau sekitar 2 persen dari total nilai kepemilikan saham investor non-residen. Kepemilikan LJK (pengendali) oleh investor di Timur Tengah tercatat hanya di perbankan dengan asset share sebesar 0,1 persen dari total aset perbankan.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1196 seconds (0.1#10.140)