Tensi Geopolitik Memanas, IHSG Diprediksi Lanjutkan Koreksi

Minggu, 21 April 2024 - 11:00 WIB
loading...
Tensi Geopolitik Memanas, IHSG Diprediksi Lanjutkan Koreksi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan koreksi pada Senin (22/4/2024). FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) berpeluang melanjutkan koreksi pada Senin (22/4). Krisis geopolitik masih membebani psikologis pasar, sehingga dikhawatirkan akan mengalihkan dana investor dari saham kepada aset safe-haven seperti emas. Riset Phintraco Sekuritas menilai dalam indikator Stochastic RSI dan Moving Average Convergence Divergence (MACD) mendukung pelemahan itu.

“Secara teknikal, Peluang downside masih terbuka di kisaran 7,035 atau di MA200 pada Senin (22/4). Hal tersebut sejalan dengan death cross pada Stochastic RSI serta pelebaran negative slope pada MACD,” terangnya, ditulis Minggu (21/4/2024).

Baca Juga: 10 Saham Paling Boncos Sepekan, No Wahid Melemah hingga 45,19 Persen

Secara fundamental pasar juga mengamati sejumlah data makro baik dari dalam negeri maupun regional. Pada Senin depan, terdapat rilis data Neraca Perdagangan periodfe Maret. Phintraco memperkirakan balance of trade RI akan naik tipis, setelah sebelum susut menjadi USD0,87 miliar, yang notabene jauh dari konsensus sebesar USD2,32 miliar. “Diperkirakan akan naik tipis seiring dengan meningkatnya kinerja ekspor komoditas,” paparnya.

Di tingkat mancanegara, China akan melaporkan data Loan Prime Rate 1Y dan Loan Prime Rate 5Y. Pada Maret 2024, PBOC mempertahankan suku bunga pinjaman acuan tidak berubah yakni Loan Prime Rate 1Y sebesar 3,45%, sedangkan Loan Prime Rate 5Y sebesar 3.95%.



Kedua suku bunga tersebut, terang Phintraco, masih berada pada rekor terendah seiring dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan perekonomian dari krisis properti dan rendahnya consumer confidence. Sementara itu di Amerika Serikat, data klaim pengangguran akan menjadi perhatian pasar pada pekan depan, ditambah rilis survey terkait kinerja manufaktur. Sejumlah pejabat Federal Reserve sebelumnya menerangkan bahwa suku bunga tinggi saat ini dapat bertahan lama apabila inflasi tak kunjung mereda.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1685 seconds (0.1#10.140)