3 Faktor Ekonomi Rusia Tetap Tangguh Meski Dihujani Sanksi Barat

Rabu, 08 Mei 2024 - 13:31 WIB
loading...
3 Faktor Ekonomi Rusia...
Ekonomi Rusia baik-baik saja meski dihujani sanksi oleh Amerika dan sekutunya. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Terdapat sejumlah faktor yang membuat ekonomi Rusia tetap tangguh meski dihujani sanksi negara-negara Barat. Salah satunya berkaitan dengan taktik Moskow yang beralih menuju sekutu Timur.

Sejak operasi militernya ke Ukraina, Rusia telah dibombardir sanksi oleh negara-negara Barat. Namun, upaya dari Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya untuk menekan Moskow secara ekonomi seolah tak bertaji. Bukannya tersendat, ekonomi Rusia berjalan baik-baik saja bahkan tumbuh lebih baik ketimbang AS dan banyak negara Eropa.



Sebagai contoh, Kepala Departemen Eropa IMF Alfred Kammer memprediksi ekonomi Rusia bakal terus tumbuh pada 2024 ini. Menurutnya, Moskow telah menikmati rebound dalam konsumsi, pertumbuhan upah riil hingga pasar tenaga kerja yang kuat.

Lebih jauh, apa sebenarnya faktor yang menjadikan ekonomi Rusia tetap tangguh meski dihujani sanksi Barat?

Faktor Ekonomi Rusia Tetap Tangguh Meski Disanksi Barat

1. Ekspor Minyak

Terlepas dari rentetan sanksi yang diberikan Barat, Rusia tetap menjadi salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Mereka pun menikmati keuntungan dari keputusan Arab Saudi yang sebelumnya sempat mengurangi ekspor minyak mentahnya.

Di satu sisi, Presiden AS Joe Biden memang sudah merancang mekanisme pembatasan harga untuk menarik minyak Rusia dari pasar internasional. Namun, kenyataan yang tidak menyenangkan adalah bahwa Moskow secara pasti sudah belajar untuk menghindari pembatasan tersebut.

Sebagai contoh, Rusia membangun armada kapal tanker ‘bayangan’ guna menghindari pembatasan harga minyak. Hal ini sudah dilakukannya sejak awal pemberlakuan sanksi atas invasinya ke Ukraina.

Mengutip laman Carnegie Endowment, Rabu (8/5/2024), Kementerian Keuangan Rusia bahkan memperkirakan pada 2024 ini pendapatan minyak dan gas akan meningkat menjadi 11,5 triliun rubel (USD124 miliar). Angka itu sekitar 30% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

2. Bergerak ke Sekutu Timur

Sebelum jatuhnya sanksi Barat, Rusia telah bergerak menuju arah Timur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Presiden Vladimir Putin dalam hal ini menemukan mitra dagang dan investasi yang tampaknya tidak terpengaruh ancaman sanksi.

Salah satu negara yang dimaksud di atas adalah China. Mengutip EuroNews, Rusia terus mengkonsolidasikan pasar keuangan dan energinya ke sekutu Timur seperti Beijing.



Perdagangan antara Rusia dan China pun mengalami peningkatan signifikan sejak tahun lalu. Pada 2023, setengah dari ekspor minyak Moskow dikirim ke Beijing.

Selain China, ada juga India. Secara keseluruhan, perdagangan bilateral India-Rusia meningkat dua kali lipat antara Januari-Oktober 2023. Salah satu bentuknya adalah 40 persen ekspor minyak.

3. Strategi Pemerintah

Rusia sepertinya cukup memiliki pengalaman ketika dihadapkan sebuah situasi sulit seperti dihujani sanksi ekonomi oleh Barat. Salah satu trik yang dilakukan adalah menaikkan upah para pekerja di negaranya.

Sebagai informasi, upah telah meningkat tajam selama setahun terakhir di Rusia. Hal ini berlaku pula bagi mereka yang berpenghasilan terendah dengan menerima kenaikan sebesar 20% berkat uang yang disuntikkan negara.

Jika ditanya efeknya, hal tersebut dirasa mampu untuk mengimbangi dampak inflasi yang masih di atas target. Kebijakan tersebut juga mendorong pemulihan di sektor konsumen dan membuat kepercayaan bahwa masyarakat mempunyai uang untuk dibelanjakan.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0916 seconds (0.1#10.140)