Rupiah Makin Merana, Sore Ini Ditutup Melemah ke Rp16.265 per USD
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 105 poin atau 0,65% ke level Rp16.265 setelah sebelumnya menguat di level Rp16.160 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.230 per USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat karena sebagian besar pelaku usaha tetap bias terhadap greenback akibat serangkaian sinyal hawkish dari Federal Reserve. Beberapa pejabat juga menandai kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, jika inflasi tetap stabil.
"Revisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama akan dirilis pada hari Kamis, dan diperkirakan akan menunjukkan ketahanan ekonomi AS yang berkelanjutan. Kekuatan perekonomian memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama," ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (30/5/2024).
Namun fokus utama minggu ini adalah data indeks harga PCE, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi yang tetap stabil hingga bulan April yang akan dirilis pada hari Jumat. Beberapa pejabat Fed juga akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang.
Selain itu, tensi geopolitik di Timur Tengah terus meningkat paska pasukan Israel menguasai zona penyangga di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Dengan demikian, Israel memiliki otoritas efektif atas seluruh perbatasan darat wilayah Palestina.
Israel juga terus melakukan serangan mematikan di Rafah, meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional untuk mengakhirinya. Rafah merupakan tempat setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza sebelumnya mengungsi.
Dari data domestik, pasar merespon negatif terhadap posisi utang pemerintah pada April 2024 mencapai Rp8.338,43 triliun atau setara dengan 38,64% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Posisi utang tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8.262,10 triliun atau setara dengan 38,79% dari PDB.
Berdasarkan Buku APBN Kita Edisi Mei 2024, dijelaskan bahwa mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,18%, sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang yang mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat karena sebagian besar pelaku usaha tetap bias terhadap greenback akibat serangkaian sinyal hawkish dari Federal Reserve. Beberapa pejabat juga menandai kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, jika inflasi tetap stabil.
"Revisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama akan dirilis pada hari Kamis, dan diperkirakan akan menunjukkan ketahanan ekonomi AS yang berkelanjutan. Kekuatan perekonomian memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama," ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (30/5/2024).
Namun fokus utama minggu ini adalah data indeks harga PCE, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi yang tetap stabil hingga bulan April yang akan dirilis pada hari Jumat. Beberapa pejabat Fed juga akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang.
Selain itu, tensi geopolitik di Timur Tengah terus meningkat paska pasukan Israel menguasai zona penyangga di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Dengan demikian, Israel memiliki otoritas efektif atas seluruh perbatasan darat wilayah Palestina.
Israel juga terus melakukan serangan mematikan di Rafah, meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional untuk mengakhirinya. Rafah merupakan tempat setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza sebelumnya mengungsi.
Dari data domestik, pasar merespon negatif terhadap posisi utang pemerintah pada April 2024 mencapai Rp8.338,43 triliun atau setara dengan 38,64% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Posisi utang tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8.262,10 triliun atau setara dengan 38,79% dari PDB.
Berdasarkan Buku APBN Kita Edisi Mei 2024, dijelaskan bahwa mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,18%, sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang yang mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap.