IMF Waswas Soal Keamanan Energi Eropa Diterpa Perang Rusia-Ukraina Berkepanjangan

Minggu, 02 Juni 2024 - 10:28 WIB
loading...
IMF Waswas Soal Keamanan...
Perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan ditambah sanksi Barat terhadap Moskow dapat membahayakan keamanan energi dan pembangunan ekonomi di seluruh Eropa barat dan tengah. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Perang Rusia Ukraina yang berkepanjangan ditambah sanksi Barat terhadap Moskow dapat membahayakan keamanan energi dan pembangunan ekonomi di seluruh Eropa barat dan tengah. Peringatan ini disampaikan oleh analis dari Dana Moneter Internasional (IMF) .



Temuan tersebut muncul ketika Uni Eropa mempertimbangkan pembatasan impor gas alam cair (LNG) dari Rusia. Menurut penelitian IMF yang diterbitkan tengah pekan kemarin, terlepas dari serangkaian kebijakan untuk memperkuat keamanan energi sejak pecahnya perang Ukraina dan pembatasan perdagangan di Moskow, biaya energi tetap tinggi.

Dokumen tersebut mengacu pada kondisi yang terjadi di Uni Eropa, Inggris, Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss. Simulasi yang dilakukan oleh penulis laporan menunjukkan, bahwa perang Ukraina dan tindakan yang dihasilkan terhadap Rusia akan memiliki "efek campuran" pada sektor energi dalam jangka menengah.



Mengurangi ketergantungan energi pada Moskow dengan mendiversifikasi pasokan mungkin telah membuat benua itu lebih siap menghadapi guncangan pasokan energi di masa depan, kata makalah tersebut. Uni Eropa telah meningkatkan pembelian bahan bakar dari Amerika Serikat atau AS dan Afrika, seiring upaya untuk terus meningkatkan produksi energinya sendiri.

Namun, meskipun ada peningkatan sumber pasokan energi dan beberapa pengurangan konsumsi, harga energi di Eropa tetap lebih tinggi daripada yang seharusnya dalam skenario tanpa konflik seperti dilansir RT.

Konflik berkepanjangan "dapat terus-menerus meningkatkan harga energi di Eropa, yang akan melemahkan keamanan energi dengan meningkatkan pengeluaran energi dalam PDB dan dengan demikian membuat kegiatan ekonomi lebih sensitif terhadap gangguan energi," bunyi dokumen itu.

Pada 2022, Eropa mengalami krisis energi terburuk sejak 1970-an, dipicu oleh sanksi Barat terhadap Rusia. Harga listrik melonjak dari 45 euro menjadi 598 euro per megawatt jam pada bulan Agustus tahun itu. Uni Eropa menghapus penggunaan batu bara Rusia dan memberlakukan embargo minyak lintas laut dari negara itu, mengurangi impor hingga 90%.

Sementara itu, pangsa Rusia dalam impor gas UE turun dari 41% pada 2021 menjadi 15% pada 2023. Uni Eropa telah menetapkan, kebijakan untuk menghapus semua impor bahan bakar fosil Rusia yang tersisa pada tahun 2030.

Moskow, bagaimanapun merupakan pemasok utama gas alam cair (LNG) ke blok tersebut, terhitung 16% dari impornya tahun lalu. Uni Eropa saat ini sedang mempertimbangkan larangan impor LNG Rusia sebagai bagian dari serangkaian sanksi terbaru yang memasuki putaran ke-14.

Kebijakan yang tengah disusun itu bakal mencegah negara-negara Uni Eropa mengekspor kembali LNG Rusia, tetapi tidak akan secara langsung. Moskow mengatakan pembatasan terhadap LNG Rusia - bersama dengan upaya untuk "memeras" negara itu keluar dari pasar energi - hanya akan menyebabkan harga gas menjadi jauh lebih tinggi bagi konsumen UE.

Sejak peluncuran sanksi besar-besaran Barat pada tahun 2022, Moskow telah mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke Asia, terutama ke China dan India.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Moskow-Washington Kian...
Moskow-Washington Kian Mesra, AS Siap Hubungkan Kembali Rusia ke SWIFT
Dulu Kabur, Kini Perusahaan...
Dulu Kabur, Kini Perusahaan Asing Antri untuk Kembali ke Rusia
Rusia Tuntut Raksasa...
Rusia Tuntut Raksasa Energi Inggris Bayar Ganti Rugi Rp26,3 Triliun
Sinyal Kuat AS Cabut...
Sinyal Kuat AS Cabut Sanksi Rusia demi Hidupkan Ekspor Biji-bijian Laut Hitam
India Terang-terangan...
India Terang-terangan ke BRICS: Kami Tidak Akan Campakkan Dolar AS
4 Tokoh Rusia Bebas...
4 Tokoh Rusia Bebas dari Sanksi Uni Eropa, Ada Pengusaha hingga Menteri
Beri Sanksi ke Rusia,...
Beri Sanksi ke Rusia, Uni Eropa Menusuk Sendiri Jantung Ekonominya
Raksasa Gas Rusia Gazprom...
Raksasa Gas Rusia Gazprom Berjuang Bangkit usai Menelan Kerugian Rp210,5 Triliun
Rusia Kantongi Rp470,1...
Rusia Kantongi Rp470,1 Triliun usai Caplok Aset Properti Perusahaan Asing
Rekomendasi
Serangan Rudal AS Hancurkan...
Serangan Rudal AS Hancurkan Masjid di Yaman
Bus Mogok, Puluhan Jemaah...
Bus Mogok, Puluhan Jemaah Umrah asal Subang Terdampar di GT Cikatama
8 Cara Cegah Asam Urat...
8 Cara Cegah Asam Urat dan Kolesterol Tinggi Kambuh saat Lebaran, Jangan Kalap Makan!
Berita Terkini
Sepanjang Arus Mudik...
Sepanjang Arus Mudik Lebaran 2025, Tercatat Ada 1,7 Juta Kendaraan Keluar Jabotabek
58 menit yang lalu
Orang Terkaya di Thailand...
Orang Terkaya di Thailand Borong Saham Perbankan Rp6,1 Triliun
1 jam yang lalu
BRI Dorong UMKM Kota...
BRI Dorong UMKM Kota Depok Naik Kelas Lewat Program Klasterku, Pelaku Usaha Beri Apresiasi
3 jam yang lalu
Sri Mulyani Pede Mudik...
Sri Mulyani Pede Mudik dan Lebaran Angkat Ekonomi Daerah, Ini 2 Pendorongnya
4 jam yang lalu
Bagi-bagi Takjil dan...
Bagi-bagi Takjil dan Layanan Kesehatan, BNI Hadir di Posko Mudik Malang
4 jam yang lalu
Bukan Gimmick, Pertamina...
Bukan Gimmick, Pertamina Hadirkan Antar Gratis Bright Gas & Promo Refill Berhadiah Cashback
5 jam yang lalu
Infografis
4 Amalan Idulfitri yang...
4 Amalan Idulfitri yang Setara Pahala Perang Badar
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved