Penyebab Muhammadiyah Tarik Dana Rp13 T dari BSI, Dikeker sejak 2020

Jum'at, 14 Juni 2024 - 21:25 WIB
loading...
Penyebab Muhammadiyah Tarik Dana Rp13 T dari BSI, Dikeker sejak 2020
Industri perbankan syariah baru saja dikejutkan dengan pengalihan dana Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dari PT Bank Syariah Indonesia (BSI). FOTO/PP Muhammadiyah
A A A
JAKARTA - Industri perbankan syariah baru saja dikejutkan dengan pengalihan dana Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sebesar Rp13 triliun dari PT Bank Syariah Indonesia (BSI). Bak petir di siang bolong, isu itupun kemudian menjadi perbincangan luas publik. Dana Muhammadiyah tersebut kemudian dialihkan ke sejumlah bank syariah di antaranya, Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat dan bank syariah lain yang selama ini kolaborasi bersama.

Pengalihan dana itu tertuang dalam Memo Muhammadiyah Nomor 320/1.0/A/2024 tentang Konsolidasi Dana yang dikeluarkan pada 30 Mei 2024 sebagai tindak lanjut pertemuan bersama pimpinan PP Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah terkait konsolidasi keuangan AUM di Yogyakarta 26 Mei lalu.

Memo tertuju untuk sejumlah pihak di antaranya;

1. Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah
2. Majelis Pembinaan Kesehatan Umum PP Muhammadiyah
3. Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah
4. Pimpinan Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah
5. Pimpinan Badan Usaha Milik Muhammadiyah

Rencana penarikan dana yang dilakukan Muhammadiyah dari BSI pada dasarnya telah muncul sejak 2020 lalu. Sebelum menarik dana, Muhammadiyah telah menerbitkan petunjuk teknis (juknis) terkait dengan dana amal usaha dan persyarikatan yang disimpan di tiga bank syariah pemerintah dan penempatan dana setelah BSI mulai beroperasi.



PP Muhammadiyah dalam keterangan resminya menyampaikan tujuan dari penarikan dana karena pemerataan ekonomi dan mengurangi risiko tidak sehat dengan menarik dananya agar tidak hanya terpusat di BSI. Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Industri Halal, Anwar Abbas mengatakan pengalihan dana ini dilakukan agar meminimalkan persaingan antara bank-bank syariah lainnya.

Pasalnya, selama ini pusat penyimpanan dana ormas tersebut terlalu terkonsentrasi di BSI, sedangkan di bank lain masih terbilang sedikit. Hal inilah yang dapat menimbulkan risiko konsentrasi (concentration risk) dan bisnis karena menaruh investasi dalam satu keranjang yang sama.

"Bila hal ini terus berlangsung tentu persaingan di antara perbankan syariah yang ada tidak akan sehat dan itu tentu jelas tidak kita inginkan," kata Anwar beberapa waktu lalu.

Sementara, Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar mengatakan bahwa BSI berkomitmen untuk terus menjadi mitra strategis dan siap berkolaborasi dengan seluruh stakeholder dalam upaya mengembangkan berbagai sektor ekonomi umat.

Baca Juga: Terungkap Alasan Muhammadiyah Pindahkan Dana dari BSI ke Bank Lain

Pihaknya terus berkomitmen menjadi lembaga perbankan yang melayani semua kalangan masyarakat, baik institusi maupun perorangan dan memberikan pelayanan terbaik sekaligus berkontribusi dalam pengembangan ekonomi Indonesia.

BSI juga berupaya menjadi bank modern dan inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip syariah.

Concentration Risk

Risiko konsentrasi adalah risiko keuangan yang muncul ketika suatu entitas seperti bank memiliki eksposur yang tinggi terhadap satu pihak. Bank yang memiliki banyak pinjaman kepada satu perusahaan apabila perusahaan tersebut bangkrut maka bank akan mengalami kerugian besar.

Menyitir dari Investopedia, risiko konsentrasi mengacu pada bahaya lain yang mungkin dihadapi pemberi pinjaman. Risiko ini mempertimbangkan seberapa besar portofolio pinjaman mereka terkonsentrasi pada peminjam tertentu atau pada sektor ekonomi tertentu.

Seperti kegagalan Silicon Valley Bank yang dipublikasikan secara luas pada Maret 2023 sebagian besar disebabkan oleh risiko konsentrasi karena investasi besar bank dalam satu jenis utang, yaitu obligasi negara jangka panjang.

Jika entitas tersebut diketahui memiliki concentration risk yang tinggi reputasi dapat tercoreng dan investor dapat kehilangan kepercayaan. Sebab itu, alasan ini menjadi penting untuk dipertimbangkan.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1361 seconds (0.1#10.140)