Investasi Pangan di Kamboja, Bulog Diingatkan Tetap Utamakan Serapan Beras Petani Lokal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rencana Perum Badan Urusan Logistik ( Bulog ) untuk mengakuisisi perusahaan beras di Kamboja mendapatkan respons positif. Menurut Rektor Universitas Triguna Bogor sekaligus Pemerhati Pangan Nasional, Octaria Vadilla Supratman bahwa, rencana itu dapat menambah cadangan pangan nasional serta memperluas peluang pasar ekspor ke luar negeri.
"Saya kira ini merupakan rencana yang baik dan patut didukung. Karena hal tersebut akan memberikan kepastian mengenai ketersediaan pasokan beras nasional dan memberikan potensi pasar luar negeri," kata Octa dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (18/6/2024).
Meski demikian, Octa meminta Bulog tetap memprioritaskan produksi dalam negeri dengan memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal. Sebab hal ini dinilai dapat memberikan kepastian harga pascapanen bagi para petani. Sehingga hal ini dapat menjaga stabilitas harga beras nasional.
Di sisi lain, Ia menambahkan, peran G to G sangat diperlukan dalam upaya B to B untuk mendukung hilirisasi pada komoditas beras tersebut. Pasalnya, dengan mengakuisisi perusahaan Kamboja, potensi pasar ekspor akan terbuka.
"Walaupun ada rencana bisnis Bulog tersebut, saya juga meminta agar Bulog lebih mengutamakan serapan beras dari petani lokal. Sehingga stabilitas harga pascapanen dapat terjaga," ujar dia.
Sebelumnya, Perum Bulog menyatakan siap untuk melakukan kerja sama ekonomi dan investasi pangan dengan Kamboja. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, dalam keterangan tertulis pada Jumat (14/6) lalu menyampaikan penugasan pemerintah untuk melakukan investasi pangan ke Kamboja.
Bukan hanya tentang memperluas jangkauan geografis, tetapi juga tentang mewujudkan keunggulan kompetitif rantai pasok beras sehingga ketahanan pangan di Indonesia dapat terwujud.
“Kami siap melaksanakan penugasan tersebut, termasuk melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku usaha beras di sana. Kerjasama perdagangan beras yang baik dan telah terjalin dengan Kamboja selama ini, diharapkan dapat meningkat sejalan dengan rencana kerja sama ekonomi dan investasi pangan Perum Bulog di sana,” katanya.
"Saya kira ini merupakan rencana yang baik dan patut didukung. Karena hal tersebut akan memberikan kepastian mengenai ketersediaan pasokan beras nasional dan memberikan potensi pasar luar negeri," kata Octa dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (18/6/2024).
Meski demikian, Octa meminta Bulog tetap memprioritaskan produksi dalam negeri dengan memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal. Sebab hal ini dinilai dapat memberikan kepastian harga pascapanen bagi para petani. Sehingga hal ini dapat menjaga stabilitas harga beras nasional.
Di sisi lain, Ia menambahkan, peran G to G sangat diperlukan dalam upaya B to B untuk mendukung hilirisasi pada komoditas beras tersebut. Pasalnya, dengan mengakuisisi perusahaan Kamboja, potensi pasar ekspor akan terbuka.
"Walaupun ada rencana bisnis Bulog tersebut, saya juga meminta agar Bulog lebih mengutamakan serapan beras dari petani lokal. Sehingga stabilitas harga pascapanen dapat terjaga," ujar dia.
Sebelumnya, Perum Bulog menyatakan siap untuk melakukan kerja sama ekonomi dan investasi pangan dengan Kamboja. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, dalam keterangan tertulis pada Jumat (14/6) lalu menyampaikan penugasan pemerintah untuk melakukan investasi pangan ke Kamboja.
Bukan hanya tentang memperluas jangkauan geografis, tetapi juga tentang mewujudkan keunggulan kompetitif rantai pasok beras sehingga ketahanan pangan di Indonesia dapat terwujud.
“Kami siap melaksanakan penugasan tersebut, termasuk melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku usaha beras di sana. Kerjasama perdagangan beras yang baik dan telah terjalin dengan Kamboja selama ini, diharapkan dapat meningkat sejalan dengan rencana kerja sama ekonomi dan investasi pangan Perum Bulog di sana,” katanya.
(akr)