Rupiah Rontok ke Rp14.208 Jelang Kesepakatan Dagang AS-China

Senin, 29 April 2019 - 17:21 WIB
Rupiah Rontok ke Rp14.208 Jelang Kesepakatan Dagang AS-China
Rupiah Rontok ke Rp14.208 Jelang Kesepakatan Dagang AS-China
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Senin (29/4/2019) berbalik melemah setelah dibuka perkasa. Data Bloomberg mencatat rupiah terkoreksi 9 poin atau 0,06% ke level Rp14.208 per USD.

Sebelumnya, rupiah dibuka perkasa 9 poin atau 0,06% ke posisi Rp14.190 per USD, setelah Jumat pekan lalu berada di Rp14.199 per USD. Sepanjang Senin ini, mata uang kecintaan kita diperdagangkan di Rp14.181-Rp14.212 per USD.

Rupiah pun menjadi mata uang terlemah hari ini di Asia, disusul yuan China -0,05% ke 6,73 yuan per USD, ringgit Malaysia -0,05% menjadi 4,13 ringgit per USD, dan baht Thailand -0,03% menjadi 31,92 baht per USD.

Data Yahoo Finance mencatat rupiah melemah 8 poin atau 0,05% ke posisi Rp14.190 per USD, berbanding penutupan Jumat pekan lalu di Rp14.182. Hari ini, rupiah diperdagangkan di level Rp14.175-Rp14.212 per USD.

Rupiah melemah merespon jelang kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China pada 1 Mei mendatang. Melansir dari CNBC, Senin (29/4), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa pembicaraan dagang mendekati tahap final.

Sementara itu, laju dolar AS melemah menjelang kesepakatan dagang karena membuat selera investor berkurang. Greenback juga tertekan menjelang pertemuan The Fed, dimana investor menunggu arah kebijakan ekonomi dan bisnis setelah pertumbuhan ekonomi AS di kuartal I 2019 ciamik di 3,2%.

"Meski data ekonomi AS tumbuh kuat ini bukan minggu yang kita cari untuk posisi besar bagi dolar AS. Karena pasar tidak hanya melihat dari satu peristiwa ekonomi," kata Stephen Gallo, kepala strategi mata uang asing di BMO Capital Markets di London.

Mengutip dari Reuters, indeks USD terhadap enam mata uang utama sedikit lebih lembut ke level 97,970, setelah berada di level 98,330 di sesi sebelumnya. Dolar jatuh meski laporan pertumbuhan ekonomi menguat karena inflasi inti melambat tajam, membuat spekulan mempersempit peluang penurunan suku bunga di tahun ini.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5034 seconds (0.1#10.140)