Perang Dagang China-Eropa Memanas, Pebisnis Barang Mewah Asal Prancis Teriak Jadi Korban
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penyelidikan anti-dumping China terhadap industri cognac Eropa diyakini sebagai respons atas tarif Uni Eropa (UE) sebelumnya untuk kendaraan listrik asal China. Hal ini diungkapkan oleh petinggi brand cognac Hennessy, LVMH yakni Chief Financial Officer LVMH, Jean-Jacques Guiony.
China pada pekan kemarin mengumumkan rencana persidangan terkait impor brendi Eropa, untuk meningkatkan tensi perdagangan setelah pada hari yang sama Uni Eropa menerapkan tarif sementara pada mobil listrik asal China.
"Anda bisa menjadi pemain regional dengan peran yang sangat khusus dalam globalisasi, seperti dalam kasus kami. Bagaimanapun kami tersandera oleh sejumlah konflik yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas Anda," ujar Jean-Jacques Guiony seperti dilansir Reuters.
"Setiap kali ada peluru nyasar dalam konflik perdagangan di suatu tempat, maka ada kemungkinan besar bahwa kami akhirnya harus bernegosiasi. Harus menjelaskan bahwa kita tidak melakukan dumping, bahwa harga cognac sudah sesuai ketentuan," kata Guiony.
Hal itu diutarakan dalam sebuah panel konferensi ekonomi tentang perdagangan pada konferensi ekonomi di kota Aix-en-Province, Prancis selatan. Untuk diketahui brand merek LVMH memproduksi produk dari kulit, pakaian, minuman keras, dan sampanye yang sebagian besar berada di Prancis dan Italia.
Adapun industri cognac, dengan Hennessy sebagai pemain kunci, menjadi sangat penting bagi China. Sebab, cognac Prancis menyumbang sebagian besar impor brendi China.
Hennessy dan produsen cognac Eropa lainnya dijadwalkan bakal menghadiri sidang tentang penyelidikan anti-dumping industri China di Beijing pada 18 Juli, mendatang seperti dilaporkan Reuters pada akhir pekan kemarin.
Penyelidikan tersebut dilakukan China pada Januari 2024, setelah adanya keluhan dari Asosiasi Minuman Beralkohol China, yang mewakili industri brendi domestik. Ada anggapan brendi dijual dengan harga rendah, pihak berwenang merespons dengan meluncurkan penyelidikan.
Guiony menambahkan, perang dagang memiliki efek knock-on negatif secara ekonomi dan politik. Akan tetapi Ia juga menekankan, bahwa Eropa harus bersatu, dengan mengatakan, China saat ini melihat kawasan itu lebih lemah daripada Amerika Serikat.
"Kita tidak boleh menjadi orang sakit di tengah globalisasi," jelasnya.
China pada pekan kemarin mengumumkan rencana persidangan terkait impor brendi Eropa, untuk meningkatkan tensi perdagangan setelah pada hari yang sama Uni Eropa menerapkan tarif sementara pada mobil listrik asal China.
"Anda bisa menjadi pemain regional dengan peran yang sangat khusus dalam globalisasi, seperti dalam kasus kami. Bagaimanapun kami tersandera oleh sejumlah konflik yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas Anda," ujar Jean-Jacques Guiony seperti dilansir Reuters.
"Setiap kali ada peluru nyasar dalam konflik perdagangan di suatu tempat, maka ada kemungkinan besar bahwa kami akhirnya harus bernegosiasi. Harus menjelaskan bahwa kita tidak melakukan dumping, bahwa harga cognac sudah sesuai ketentuan," kata Guiony.
Hal itu diutarakan dalam sebuah panel konferensi ekonomi tentang perdagangan pada konferensi ekonomi di kota Aix-en-Province, Prancis selatan. Untuk diketahui brand merek LVMH memproduksi produk dari kulit, pakaian, minuman keras, dan sampanye yang sebagian besar berada di Prancis dan Italia.
Adapun industri cognac, dengan Hennessy sebagai pemain kunci, menjadi sangat penting bagi China. Sebab, cognac Prancis menyumbang sebagian besar impor brendi China.
Hennessy dan produsen cognac Eropa lainnya dijadwalkan bakal menghadiri sidang tentang penyelidikan anti-dumping industri China di Beijing pada 18 Juli, mendatang seperti dilaporkan Reuters pada akhir pekan kemarin.
Penyelidikan tersebut dilakukan China pada Januari 2024, setelah adanya keluhan dari Asosiasi Minuman Beralkohol China, yang mewakili industri brendi domestik. Ada anggapan brendi dijual dengan harga rendah, pihak berwenang merespons dengan meluncurkan penyelidikan.
Guiony menambahkan, perang dagang memiliki efek knock-on negatif secara ekonomi dan politik. Akan tetapi Ia juga menekankan, bahwa Eropa harus bersatu, dengan mengatakan, China saat ini melihat kawasan itu lebih lemah daripada Amerika Serikat.
"Kita tidak boleh menjadi orang sakit di tengah globalisasi," jelasnya.
(akr)