Era Keemasan BRICS Dimulai, China Buang Obligasi AS Rp860 Triliun

Jum'at, 12 Juli 2024 - 15:40 WIB
loading...
Era Keemasan BRICS Dimulai,...
Bank-bank sentral BRICS dan negara-negara berkembang sedang melakukan aksi beli emas dan secara bersamaan melepas dolar AS dari cadangan mereka. FOTO/iStock
A A A
JAKARTA - Bank-bank sentral BRICS dan negara-negara berkembang sedang melakukan aksi beli emas dan secara bersamaan melepas dolar AS dari cadangan mereka. World Gold Council melaporkan bahwa BRICS adalah pembeli emas terbesar di 2022 dan 2023, dan akan melanjutkan pembelian emas di tahun 2024. Sambil mengumpulkan emas, anggota BRICS, Rusia dan China, melepas obligasi treasury AS dan aset-aset lainnya.

China memilih melepas obligasi pemerintah AS senilai USD53,3 miliar atau setara Rp860 triliun dan mengakumulasi miliaran emas. Negara-negara BRICS lainnya juga mengikuti langkah tersebut meskipun jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan pelepasan obligasi pemerintah AS oleh China.



Emas kini menjadi aset yang paling digemari oleh bank sentral, sementara dolar AS mulai dijauhi. Pendiri Matterhorn Asset Management, Egon von Greyerz mengatakan bahwa ini adalah "era keemasan BRICS".

Greyerz menjelaskan bahwa negara-negara BRICS semakin banyak membeli emas sementara Bank Sentral mereka membuang Treasury AS di pasar. Ia memprediksi bahwa akan tiba saatnya bank sentral memegang lebih sedikit dolar AS dan memiliki lebih banyak emas untuk melindungi ekonomi mereka.

"Saat kita memasuki era keemasan dengan negara-negara BRICS yang meningkatkan pembelian mereka secara terus menerus dan bank-bank sentral menjual Treasury AS untuk membeli emas. Tidak ada negara dan Bank Sentral yang akan menyimpan dolar di masa depan sebagai aset cadangan. Emas fisik adalah satu-satunya aset cadangan yang tepat, seperti yang telah terjadi sepanjang sejarah," kata Greyerz dikutip dari Watcher Guru, Jumat (12/7/2024).

Baca Juga: Dikerjai Rusia, Senjata Canggih Barat Menjadi Tak Berguna dalam Perang Rusia

Langkah tersebut akan berdampak drastis pada perdagangan global dan memperkuat mata uang lokal dan ekonomi asli negara-negara berkembang. Di sisi lain, ekonomi AS akan terpukul pertama kali dan berusaha keras untuk melindungi kepentingannya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1467 seconds (0.1#10.140)