Harga Minyak Ambruk Buntut Penembakan Trump dan Melemahnya Ekonomi China

Jum'at, 19 Juli 2024 - 08:36 WIB
loading...
Harga Minyak Ambruk...
Harga minyak turun akibat lemahnya data ekonomi China menyebabkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi. FOTO/iStock
A A A
JAKARTA - Harga minyak turun akibat lemahnya data ekonomi China menyebabkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang menekan permintaan di negara importir minyak mentah terbesar dunia ini. West Texas Intermediate turun menuju USUSD82 per barel setelah berakhir sedikit berubah pada hari Kamis, sementara harga minyak Brent ditutup di atas USD85.

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional perekonomian negara ini berekspansi sebesar 5,3% di kuartal I-2024 dan perkiraan pasar adalah tingkat pertumbuhan PDB sebesar 5,1% di kuartal II-2024. Hal ini terjadi setelah data minggu lalu menunjukkan pelemahan impor minyak, menurut Daniel Hynes, ahli strategi komoditas di Australia and New Zealand Banking Group.

"Selama enam bulan pertama tahun ini, importir utama dunia membeli lebih sedikit minyak mentah dibandingkan dengan tahun lalu. Impor minyak mentah bulan Juni turun baik secara bulanan maupun tahunan menjadi 46,45 juta ton," kata Hynes dikutip dari Anadolu Ajensi, Jumat (19/7/2024).



Hynes juga menambahkan bahwa dolar AS yang lebih kuat muncul karena para investor meningkatkan taruhan mereka bahwa mantan Presiden AS Trump akan memenangkan kembali Gedung Putih, yang mengurangi selera investor.

Imbas dolar AS yang lebih tinggi membatasi permintaan minyak dan mendukung penurunan harga. Trump menjadi target dalam sebuah upaya pembunuhan dalam sebuah rapat umum di Pennsylvania pada hari Sabtu, hanya beberapa hari sebelum ia akan menerima nominasi Partai Republik untuk masa jabatan ketiga.

Namun, meningkatnya ekspektasi bahwa penurunan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS akan segera dimulai membatasi penurunan harga lebih lanjut. Berbicara di Economic Club of Washington DC, Powell mengulangi komentarnya bahwa bank sentral AS sedang mencari keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan kembali ke target 2%.



Powell mencatat bahwa the Fed tidak perlu menunggu hingga inflasi mencapai target jangka panjang 2% untuk mulai menurunkan suku bunga karena efek pengetatan moneter yang lambat pada data inflasi. Para pelaku pasar menafsirkan pernyataan Powell sebagai kembalinya penurunan suku bunga mungkin tidak lama lagi.

Suku bunga yang lebih rendah ditetapkan untuk mengurangi biaya pinjaman konsumen dan memicu ekspektasi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1630 seconds (0.1#10.140)