Kehabisan Donor dari Barat, Ukraina Terlilit Utang Lebih Rp2.400 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ukraina diproyeksikan akan semakin terpuruk pada 2025 lantaran kehabisan pendonor dari negara-negara Barat. Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Sergey Marchenko. Ukraina saat ini sangat bergantung bantuan keuangan dari Barat. Kiev telah menerima paket bantuan Amerika Serikat (AS) senilai USD60 miliar tahun ini meski mengalami kebuntuan panjang di Kongres.
Tahun depan, bagaimanapun, Kiev tidak dapat mengharapkan suntikan dana yang sama, karena bantuan dari Barat sangat bergantung pada hasil pemilihan presiden di AS akhir tahun ini. "Tahun 2025 akan lebih sulit. Ini adalah tahun ketidakpastian, tahun keputusan yang mungkin tidak berhasil," ujar Marchenko kepada RBC Ukraina dilansir dari Russia Today, Rabu (31/7/2024).
Meskipun Ukraina siap mengambil keputusan yang paling sulit dan mengandalkan utang dari Barat, Marchenko mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan untuk dapat bertempur, Kiev akan membutuhkan tambahan dana penyangga sebesar USD12-15 miliar pada 2025.
Dia pun mendatangi koleganya negara-negara Barat: "Ada defisit sebesar USD500 miliar hryvnia atau USD12,1 miliar dan ada solusi untuk menutupinya. Namun, kami juga berharap untuk tahun 2025 Anda akan memberikan jaminan keuangan yang cukup sehingga kami dapat membiayai anggaran tersebut."
Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan Ukraina, utang publik negara ini melonjak lebih dari USD1 miliar di bulan Juni, dengan total volume utang sekarang melebihi USD152 miliar atau setara Rp2.479 triliun. Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juni lalu telah merevisi pertumbuhan ekonomi Ukraina dengan royeksi produk domestik bruto tahun ini menjadi 2,5% dari perkiraan bulan April sebesar 3,2%, dengan alasan memburuknya sentimen di kalangan konsumen dan bisnis selama konflik dengan Rusia.
Baca Juga:Hanya dalam 6 Bulan, Ekspor Minyak Rusia ke China Tembus Rp816 Triliun
Lembaga pemeringkat kredit yang berbasis di Amerika Serikat, Fitch, minggu lalu juga menurunkan peringkat Ukraina ke dalam zona gagal bayar atas utang senilai USD20 miliar. Menurut lembaga ini, proses gagal bayar telah dimulai di Ukraina. Fitch juga memperkirakan bahwa utang pemerintah negara ini akan melonjak menjadi 92% dari PDB Ukraina tahun ini.
Tahun depan, bagaimanapun, Kiev tidak dapat mengharapkan suntikan dana yang sama, karena bantuan dari Barat sangat bergantung pada hasil pemilihan presiden di AS akhir tahun ini. "Tahun 2025 akan lebih sulit. Ini adalah tahun ketidakpastian, tahun keputusan yang mungkin tidak berhasil," ujar Marchenko kepada RBC Ukraina dilansir dari Russia Today, Rabu (31/7/2024).
Meskipun Ukraina siap mengambil keputusan yang paling sulit dan mengandalkan utang dari Barat, Marchenko mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan untuk dapat bertempur, Kiev akan membutuhkan tambahan dana penyangga sebesar USD12-15 miliar pada 2025.
Dia pun mendatangi koleganya negara-negara Barat: "Ada defisit sebesar USD500 miliar hryvnia atau USD12,1 miliar dan ada solusi untuk menutupinya. Namun, kami juga berharap untuk tahun 2025 Anda akan memberikan jaminan keuangan yang cukup sehingga kami dapat membiayai anggaran tersebut."
Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan Ukraina, utang publik negara ini melonjak lebih dari USD1 miliar di bulan Juni, dengan total volume utang sekarang melebihi USD152 miliar atau setara Rp2.479 triliun. Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juni lalu telah merevisi pertumbuhan ekonomi Ukraina dengan royeksi produk domestik bruto tahun ini menjadi 2,5% dari perkiraan bulan April sebesar 3,2%, dengan alasan memburuknya sentimen di kalangan konsumen dan bisnis selama konflik dengan Rusia.
Baca Juga:Hanya dalam 6 Bulan, Ekspor Minyak Rusia ke China Tembus Rp816 Triliun
Lembaga pemeringkat kredit yang berbasis di Amerika Serikat, Fitch, minggu lalu juga menurunkan peringkat Ukraina ke dalam zona gagal bayar atas utang senilai USD20 miliar. Menurut lembaga ini, proses gagal bayar telah dimulai di Ukraina. Fitch juga memperkirakan bahwa utang pemerintah negara ini akan melonjak menjadi 92% dari PDB Ukraina tahun ini.
(nng)