Miris! Anak Muda Banyak Terjerat Pinjol Cuma Karena Gaya Hidup
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap sejumlah faktor yang membuat generasi Z terjerat pinjaman online (pinjol), salah satunya berkaitan seputar gaya hidup, saat literasi keuangan minim.
Survei Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat literasi keuangan penduduk RI berusia 15-17 tahun mencapai 51,70 persen, dengan inklusi (penggunaan) produk/jasa keuangan mencapai 57,96 persen.
Angka ini lebih rendah dari rata-rata literasi penduduk RI tahun 2023 yang mencapai 65,43 persen. Sementara anak muda berusia 26-35 tahun telah memiliki tingkat literasi 74,82 persen, dengan inklusi mencapai 84,28 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengakui bahwa usia 15 sampai 17 tahun rentan terhadap korban pinjol sekaligus judi online.
Kiki, sapaan akrabnya, menyinggung suatu gaya hidup YOLO yang digandrungi anak muda, yang dinilai justru menyengsarakan masa depan, saat diambil dengan rasa FOMO alias Fear of Missing Out (FOMO), yakni suatu perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi
YOLO atau You Only Live Once merupakan frasa populer yang menyatakan manusia harus menikmati hidup dengan maksimal karena ;hidup cuma sekali’, sehingga, keputusan berisiko tinggi diambil.
“Mereka (anak muda) ini butuh sesuatu untuk memenuhi FOMO dan YOLO, tetapi mereka tidak terliterasi dengan baik. Ini bahaya.” kata Kiki di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Jumat (1/8).
Kiki mengakui pihaknya mendapat informasi terkait sederet gaya hidup anak muda yang rela menuruti gengsi demi menutupi ketidakmampuan finansial mereka. Dirin
“Saya dapat info, mereka anak muda yang terjerat pinjol, itu karena ketika dia makan di cafe, nongkrong, dengan gaya hidupnya, tiba-tiba tahu tidak cukup uangnya. (Lalu) dengan jempol yang cepat langsung mengisi pinjam online yang cair dalam waktu 15 menit. Itu ternyata menggulung (pinjolnya), dan terjerat dalam utang," jelasnya.
Baginya, ini merupakan pekerjaan rumah bersama. Anak muda, terang Kiki, perlu mendapat bimbingan agar tidak terjerumus dalam pemahaman keuangan yang salah.
"OJK memasukkan data pinjol ke SLIK. Kalau tidak perform (SLIKnya), maka akan ter-capture, dan akan membahayakan dalam mereka daftar kerja atau melakukan hal hal lain," tegas Kiki.
Survei Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat literasi keuangan penduduk RI berusia 15-17 tahun mencapai 51,70 persen, dengan inklusi (penggunaan) produk/jasa keuangan mencapai 57,96 persen.
Angka ini lebih rendah dari rata-rata literasi penduduk RI tahun 2023 yang mencapai 65,43 persen. Sementara anak muda berusia 26-35 tahun telah memiliki tingkat literasi 74,82 persen, dengan inklusi mencapai 84,28 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengakui bahwa usia 15 sampai 17 tahun rentan terhadap korban pinjol sekaligus judi online.
Kiki, sapaan akrabnya, menyinggung suatu gaya hidup YOLO yang digandrungi anak muda, yang dinilai justru menyengsarakan masa depan, saat diambil dengan rasa FOMO alias Fear of Missing Out (FOMO), yakni suatu perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi
YOLO atau You Only Live Once merupakan frasa populer yang menyatakan manusia harus menikmati hidup dengan maksimal karena ;hidup cuma sekali’, sehingga, keputusan berisiko tinggi diambil.
“Mereka (anak muda) ini butuh sesuatu untuk memenuhi FOMO dan YOLO, tetapi mereka tidak terliterasi dengan baik. Ini bahaya.” kata Kiki di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Jumat (1/8).
Kiki mengakui pihaknya mendapat informasi terkait sederet gaya hidup anak muda yang rela menuruti gengsi demi menutupi ketidakmampuan finansial mereka. Dirin
“Saya dapat info, mereka anak muda yang terjerat pinjol, itu karena ketika dia makan di cafe, nongkrong, dengan gaya hidupnya, tiba-tiba tahu tidak cukup uangnya. (Lalu) dengan jempol yang cepat langsung mengisi pinjam online yang cair dalam waktu 15 menit. Itu ternyata menggulung (pinjolnya), dan terjerat dalam utang," jelasnya.
Baginya, ini merupakan pekerjaan rumah bersama. Anak muda, terang Kiki, perlu mendapat bimbingan agar tidak terjerumus dalam pemahaman keuangan yang salah.
"OJK memasukkan data pinjol ke SLIK. Kalau tidak perform (SLIKnya), maka akan ter-capture, dan akan membahayakan dalam mereka daftar kerja atau melakukan hal hal lain," tegas Kiki.
(fch)