Sawit dan Automotif Topang Perekonomian Nasional

Jum'at, 16 Agustus 2019 - 15:05 WIB
Sawit dan Automotif Topang Perekonomian Nasional
Sawit dan Automotif Topang Perekonomian Nasional
A A A
SAWIT dan automotif merupakan merupakan komoditas unggulan Indonesia. Keduanya terbukti berkontribusi mendatangkan devisa, menyerap jutaan tenaga kerja, dan mengentaskan kemiskinan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai ekspor produk sawit pada 2018 sebesar USD17,89 miliar dan berkontribusi hingga 3,5% terhadap produk domestik bruto (PDB). Dalam sektor ketahanan energi, penerapan kebijakan mandatori biodiesel B20 dalam kurun waktu Januari hingga Juli 2019 mencapai USD1,66 miliar atau setara dengan Rp23,5 triliun.

Penghematan tersebut lantaran berkurangnya impor solar. Sebagai industri padat karya, jutaan masyarakat pun bergantung pada sektor kelapa sawit. Industri perkebunan sawit mampu menyerap hingga 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 14,3 juta tenaga kerja tidak langsung.

Sementara kebun sawit yang dikelola petani swadaya mampu menyerap 4,6 juta orang. Selain itu, sejak 2000, sektor kelapa sawit Indonesia membantu 10 juta orang keluar dari garis kemiskinan karena faktor-faktor yang terkait dengan ekspansi kelapa sawit.

Setidaknya 1,3 juta orang yang hidup di pedesaan keluar dari garis kemiskinan secara langsung berkat kelapa sawit. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan daerah-daerah yang dominan kelapa sawitnya memiliki tingkat kemiskinan yang lebih rendah dibanding daerah lain.

Konteks ini menunjukkan bahwa industri kelapa sawit berkontribusi terhadap pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals ) 2030. “Artinya, kita sejalan dengan dengan program PBB untuk menyejahterakan masyarakat,” terang Menko Darmin.

Kemudian dari sisi produktivitas, kelapa sawit mampu memproduksi 6- 10 kali dibandingkan minyak nabati lainnya. Sebagai perbandingan, soybean memiliki produktivitas 0,4 ton/ha, sunflower 0,6 ton/ha, rapseed oil 0,7 ton/ha, sementara kelapa sawit 4 ton/ha.

Darmin menerangkan, Indonesia telah menerapkan Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) sejak 2011. ISPO dirancang untuk memastikan bahwa kelapa sawit Indonesia dikelola dengan Good Agricultural Practices /GAP sesuai dengan prinsip sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan.

“Saat ini kita sedang melakukan proses penguatan ISPO dengan menyiapkan perpres baru. ISPO yang lama kurang tegas memberikan dukungan ke perkebunan kecil,” katanya.

Rancangan Perpres Penguatan ISPO tersebut saat ini sedang dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM, untuk kemudian diusulkan pengesahannya ke presiden. Dengan adanya aturan baru ini, perkebunan kecil bisa benarbenar memenuhi standar keberlanjutan.

Menyikapi dampak positif ini, Menko Darmin memastikan keberlanjutan industri sawit di Indonesia. Meski saat ini banyak tantangan terutama dari sisi eksternal, sejumlah langkah telah dan akan terus dilakukan untuk mempertahankan komoditas yang memiliki peran penting bagi perekonomian Tanah Air ini.

“Sektor kelapa sawit telah terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan,” tegas Menko Darmin. Sementara di sektor industri automotif, Indonesia pada 2018 telah mengekspor mobil utuh (completely built up /CBU) mencapai 250.000 unit.

Pada 2019, ekspor kendaraan CBU ditargetkan mencapai 400.000 unit dan diharapkan terus meningkat setiap tahunnya. “Jadi, industri automotif sebagai penghasil devisa yang cukup signifikan.

Apalagi, industri ini sudah semakin kuat dengan ditopang sektor pendukung seperti industri baja, industri kimia untuk produk plastik, industri karet, termasuk kita sudah membangun industri karet sintetis di Indonesia,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto.

Oleh karena itu, industri automotif mendapat prioritas pengembangan, terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0, yang telah tertuang pada peta jalan Making Indonesia 4.0. Apalagi, produksi dan penjualan automotif nasional yang sejak 2013 mencapai rata-rata di atas 1,2 juta unit per tahun.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat produksi kendaraan roda empat atau lebih pada periode Januari- Mei 2019 tercatat 522.000 unit. Sementara itu, penjualan domestik berkisar di angka 422.000 unit, yang berasal dari produksi lokal maupun impor, sedangkan ekspor CBU sekitar 115.000 unit.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan saat ini industri automotif sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan domestik.

Berdasarkan data yang dirangkum Gaikindo, impor automotif Indonesia pada 2018 sekitar 90.000 unit, terus menurun dari catatan tahun sebelumnya. Selain itu, ekspor mobil utuh atau CBU sepanjang 2018 tumbuh 14,4% atau mencapai 264.500 unit.

Pencapaian tersebut adalah yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kendaraan-kendaraan dari produksi Indonesia itu telah diekspor ke-80 negara yang mencakup ASEAN, Asia, Afrika, negara-negara Amerika bahkan Jepang.

Berikutnya, pada 2019, Gaikindo akan mengupayakan angka ekspor dapat mencapai 300.000 unit. “Dimulai pada 2019 ini dan ke depannya, Gaikindo dengan dukungan dari pemerintah, agen pemegang merek, dan prinsip merek akan terus mendorong dan mengembangkan ekspor automotif,” jelasnya. (Oktiani Endarwati)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1966 seconds (0.1#10.140)