Deflasi 4 Bulan Beruntun, Berpotensi Timbulkan Lingkaran Setan Perlambatan ekonomi

Selasa, 03 September 2024 - 19:51 WIB
loading...
Deflasi 4 Bulan Beruntun, Berpotensi...
Menurunnya daya beli masyarakat menyebabkan deflasi secara 4 bulan beruntun. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi terjadi selama empat bulan berturut-turut di sepanjang 2024. Hal ini terjadi utamanya disebabkan oleh suplai yang berlimpah.

Berdasarkan data BPS, deflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) Agustus 2024 sebesar 0,03 persen. Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 2,12 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,06.

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan deflasi empat bulan berturut-turut memang merupakan berita buruk bagi ekonomi Indonesia, ini merupakan indikasi terjadinya penurunan daya beli.



"Hal ini sejalan dengan fenomena turunnya penerimaan PPN, Deindustrialisasi dini, peningkatan kasus PHK, dan penurunan penjualan sektor retail," Kata Wijayanto kepada SINDONews, Selasa (3/9/2024)

Ia menuturkan, penjelasan bahwa deflasi terjadi akibat produksi meningkat tidak mempunyai justifikasi yang kuat. Deflasi justru berpotensi menimbulkan lingkaran setan perlambatan ekonomi.

"ia membuat masyarakat semakin menunda konsumsi dan investasi karena menunggu harga agar semakin rendah atau return yang lebih tinggi; yang pada gilirannya akan membuat ekonomi semakin melambat,"terangnya

Ia menilai, pemerintah mengakhiri lingkaran setan ini dengan menstimulasi daya beli melalui berbagai kebijakan ekspansif, walau defisit APBN akan melebar. Kebijakan tersebut bisa dilaksanakan diantaranya melalui: memberikan insentif pajak misalnya dengan memperpanjang penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) atas rumah tapak dan rumah susun. Kemudian mengekspansi dan memaksimalkan peran rakyat/UMKM dalam Program Makan Bergizi Gratis. Lalu, memastikan belanja pemerintah memprioritaskan pada UMKM sebagai vendor.

"Kemudian, menunda proyek besar yang capital intensive dan memprioritaskan proyek-proyek menengah yang lebih labor intensive dan memperbaiki ketepatan sasaran bansos. terakhir, berbagai program sosial memastikan ketersedian pinjaman/kredit bagi riil sektor yang akan berinvestasi, dll," ujarnya

Sementara itu, Direktur Kebijakan Publik dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar menilai penurunan harga yang disebabkan oleh suplai berlebih biasanya tidak mencerminkan adanya masalah di sisi permintaan, tetapi lebih pada ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan yang sementara.

"Beberapa indikator makroekonomi dapat digunakan untuk mengukur daya beli. Peningkatan tingkat pengangguran, atau stagnasi dalam pertumbuhan upah dapat menunjukkan bahwa konsumen merasa kurang optimis terhadap kondisi ekonomi dan mengurangi pengeluaran mereka. Saat ini, pertumbuhan upah di Indonesia sangat kecil," jelasnya dalam Celios Biweekly Brief,

Menurut Media, penurunan dalam kredit konsumsi juga menjadi tanda bahwa masyarakat cenderung menahan belanja, yang mengindikasikan penurunan daya beli.



"Meskipun faktor kelebihan suplai penting, analisis terhadap indikator-indikator ini jauh lebih relevan," kata dia.

Adapun Celios menilai, banyak masyarakat akhirnya mencari jalan lain diluar keuangan formal seperti judi online.

"BPS juga bisa menggunakan indikator persentase masyarakat menggunakan pinjol illegal untuk menunjukkan penurunan daya beli masyarakat (Keuangan informal)," pungkasnya.
(fch)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Jaga Daya Beli, Pemerintah...
Jaga Daya Beli, Pemerintah Pastikan Tarif Listrik Triwulan II Tidak Naik
Berharap THR Jadi Pendongkrak...
Berharap THR Jadi Pendongkrak Ekonomi Nasional
Deflasi RI 0,48 Persen...
Deflasi RI 0,48 Persen di Februari 2025, BPS Ungkap Penyumbang Terbesarnya
Daya Beli Masyarakat...
Daya Beli Masyarakat Tetap Kuat, BI: Tidak Turun-turun Amat
Tulang Punggung Ekonomi...
Tulang Punggung Ekonomi RI, Kelas Menengah Bertahan Hidup dari Makan Tabungan
Alarm Daya Beli Menyala:...
Alarm Daya Beli Menyala: Kelas Menengah Tergerus, Stabilitas Ekonomi Terancam
China Terperangkap dalam...
China Terperangkap dalam Deflasi Terpanjang Sejak Era Mao Zedong, Apa Dampaknya?
PPN 12% Makin Menggerus...
PPN 12% Makin Menggerus Daya Beli, Mampukah Industri Otomotif Bertahan?
Ekonomi China Tertatih-tatih,...
Ekonomi China Tertatih-tatih, Xi Jinping: Apa yang Buruk dari Deflasi?
Rekomendasi
Pantauan Jalur Mudik...
Pantauan Jalur Mudik Arteri Kalimalang Arah Pantura, Pemudik Mulai Berkurang Didominasi Pemotor
Oknum Polisi di Sukabumi...
Oknum Polisi di Sukabumi Digerebek saat Bersama Istri Orang, Kini Ditahan Propam
Wisuda Akbar Hafiz Indonesia...
Wisuda Akbar Hafiz Indonesia 2025: Generasi Qur'ani Menginspirasi Melalui Ketekunan dan Keberanian
Berita Terkini
LPDB Perkuat Ekonomi...
LPDB Perkuat Ekonomi Syariah Berbasis Koperasi melalui Pembiayaan Dana Bergulir
2 jam yang lalu
Cara Pelopor Cat Pelapis...
Cara Pelopor Cat Pelapis Anti Bocor Pererat Tali Silaturahmi di Bulan Ramadan
2 jam yang lalu
Mudik Aman Sampai Tujuan,...
Mudik Aman Sampai Tujuan, BKI Berangkatkan Pemudik ke 6 Rute
2 jam yang lalu
Khawatir ART mudik?...
Khawatir ART mudik? Tenang Saja! Toko Ini Tetap Buka Selama Libur Lebaran
3 jam yang lalu
BRI Peduli, Tebar Kebaikan...
BRI Peduli, Tebar Kebaikan di Hari Nyepi dengan Bantu Sembako dan Renovasi Pura
4 jam yang lalu
THR Lancar dan Aman,...
THR Lancar dan Aman, Kirim Pakai BRImo Aja!
4 jam yang lalu
Infografis
Keistimewaan dan Amalan...
Keistimewaan dan Amalan 10 Hari Pertama Bulan Ramadan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved