Trump Ancam Kenakan Tarif 100% ke Negara yang Tinggalkan Dolar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengumumkan strategi baru yang berani untuk menjaga dominasi dolar AS secara global selama kampanyenya di Wisconsin pada hari Sabtu. Trump berjanji untuk mengenakan tarif 100% pada barang-barang dari negara-negara yang tidak lagi menggunakan dolar dalam perdagangan internasional.
“Anda meninggalkan dolar dan Anda tidak berbisnis dengan Amerika Serikat karena kami akan mengenakan tarif 100 persen pada barang-barang Anda,” Trump menyatakan, menggarisbawahi sikap proteksionisnya
Pernyataan ini menyusul diskusi panjang antara Trump dan para penasihat ekonominya, yang telah mempertimbangkan berbagai tindakan untuk menghukum negara-negara yang memperdagangkan mata uang selain dolar. Ini termasuk kontrol ekspor, tuduhan manipulasi mata uang, dan tarif, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg News.
Mempertahankan dominasi dolar adalah isu utama bagi Trump. Seperti diketahui, aliansi ekonomi BRICS yaitu China, India, Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan sedang menjajaki de-dolarisasi.
Hal ini tentu menambah urgensi pada pesan ekonomi kampanye Trump. Meskipun dominasi dolar perlahan menurun, dolar masih menyumbang 59% dari cadangan devisa resmi pada awal 2024, menurut International Monetary Fund (IMF). Euro adalah mata uang terdekat berikutnya, yang menguasai hampir 20%, sebagaimana dilaporkan oleh TOI.
Dalam beberapa tahun terakhir, dari Brasil hingga Asia Tenggara, negara-negara telah menyerukan agar perdagangan dilakukan dalam mata uang selain dolar AS.
Sementara itu, Partner and Chief Economist at GROW Investment Hao Hong menilai penerapan tarif 100% itu akan sama-sama berdampak buruk bagi AS dan saingan ekonomi terbesarnya, China.
"Karena sektor ekspor Tiongkok sangat kompetitif, sektor ini menjadi kekuatan pendorong dalam menurunkan inflasi global," kata Hong dilansir dari CNBC
"Jika Anda mengenakan tarif 100% pada ekspor Tiongkok, misalnya, orang hanya dapat membayangkan seberapa tinggi inflasi AS nantinya," katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar defisit perdagangan AS akan beralih ke sekutu seperti Meksiko dan Kanada.
“Anda meninggalkan dolar dan Anda tidak berbisnis dengan Amerika Serikat karena kami akan mengenakan tarif 100 persen pada barang-barang Anda,” Trump menyatakan, menggarisbawahi sikap proteksionisnya
Pernyataan ini menyusul diskusi panjang antara Trump dan para penasihat ekonominya, yang telah mempertimbangkan berbagai tindakan untuk menghukum negara-negara yang memperdagangkan mata uang selain dolar. Ini termasuk kontrol ekspor, tuduhan manipulasi mata uang, dan tarif, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg News.
Mempertahankan dominasi dolar adalah isu utama bagi Trump. Seperti diketahui, aliansi ekonomi BRICS yaitu China, India, Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan sedang menjajaki de-dolarisasi.
Hal ini tentu menambah urgensi pada pesan ekonomi kampanye Trump. Meskipun dominasi dolar perlahan menurun, dolar masih menyumbang 59% dari cadangan devisa resmi pada awal 2024, menurut International Monetary Fund (IMF). Euro adalah mata uang terdekat berikutnya, yang menguasai hampir 20%, sebagaimana dilaporkan oleh TOI.
Dalam beberapa tahun terakhir, dari Brasil hingga Asia Tenggara, negara-negara telah menyerukan agar perdagangan dilakukan dalam mata uang selain dolar AS.
Sementara itu, Partner and Chief Economist at GROW Investment Hao Hong menilai penerapan tarif 100% itu akan sama-sama berdampak buruk bagi AS dan saingan ekonomi terbesarnya, China.
"Karena sektor ekspor Tiongkok sangat kompetitif, sektor ini menjadi kekuatan pendorong dalam menurunkan inflasi global," kata Hong dilansir dari CNBC
"Jika Anda mengenakan tarif 100% pada ekspor Tiongkok, misalnya, orang hanya dapat membayangkan seberapa tinggi inflasi AS nantinya," katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar defisit perdagangan AS akan beralih ke sekutu seperti Meksiko dan Kanada.