Tiga Strategi Terobosan Pengendalian Polusi Udara di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selain berdampak pada kesehatan, polusi udara juga telah menjadi ancaman serius terhadap kualitas hidup dan
ekonomi di Indonesia. Studi oleh ITB, IIASA, dan Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa jika tidak ada
tindakan lebih lanjut untuk mengatasi polusi udara, biaya kesehatan yang ditimbulkan bisa mencapai sekitar 1,6%
dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, atau sekitar USD27 miliar per tahun pada 2030.
"Kolaborasi yang kuat dapat mendorong perubahan nyata dalam kualitas udara di Indonesia sambil tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Partner Systemiq and Head of APAC Sustainable Finance, Masyita Crystallin dalam diskusi bertajuk "Aksi Kolektif untuk Mengatasi Polusi Udara" dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 dikutip, Selasa (10/9/2024).
Baca Juga: ISF 2024, Presiden Terpilih Prabowo Diminta Jadikan Polusi Udara Isu Prioritas
Sebagai langkah konkret, Systemiq akan meluncurkan white paper bersama Kemenkomarves dan didukung oleh ClimateWorks Foundation, akhir tahun ini berjudul 'Better Air, Better Indonesia: The Economic And Political Case For Urgent And Coordinated Action For Indonesia’s Clean Air', yang diharapkan dapat menjadi panduan oleh pemerintahan yang baru dalam menetapkan kebijakan pengendalian polusi udara."
Dalam acara tersebut juga diluncurkan Jakarta Initiative for Sustainable and Intelligent Urban Mobility (JI4SIUM),
yang diprakarsai oleh Intelligent Transport System (ITS) Indonesia, KADIN Indonesia, dan 5P Global Movement, serta didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Kementerian Perhubungan. Inisiatif ini didukung oleh 17 organisasi, termasuk Systemiq, yang berkomitmen untuk merealisasikan proses implementasinya.
JI4SIUM bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong kemitraan dalam mempercepat transisi menuju mobilitas listrik di wilayah perkotaan melalui berbagai program. Salah satu upayanya adalah bekerja sama dengan pemerintah, sektor swasta, dan investor untuk menyusun roadmap transisi ke kendaraan listrik, serta mendukung pengembangan proyek kendaraan
listrik di kota-kota besar di Indonesia.
Presiden Intelligent Transport System (ITS) Indonesia, William Sabandar, mengungkapkan, "Melalui inisiatif ini
kami berharap pada 2035, setidaknya 10 kota di Indonesia telah beralih ke kendaraan listrik, dengan penetrasi
lebih dari 50% dari total populasi kendaraan."
Lebih lanjut William menyampaikan sektor swasta memegang peran penting dalam mendorong aksi kolektif untuk udara bersih. Dengan berinvestasi dalam praktik berkelanjutan dan teknologi inovatif, bisnis tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi polusi udara tetapi juga membuka manfaat ekonomi yang signifikan. Adapun inisiatif peluncuran JI4SIUM ini sejalan dengan visi besar pemerintah baru untuk menciptakan Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Baca Juga: Polusi Udara Meningkatkan Serangan Asma, Kemenkes Fokus Perkuat Layanan Primer
Dalam kesempatan yang sama, Bicara Udara memperkuat pandangan ini dengan menekankan pentingnya integrasi data dan inventarisasi sumber emisi. Saat ini, inventarisasi sumber emisi baru dilakukan di Jakarta, padahal polusi udara bersifat lintas batas dan mempengaruhi kawasan aglomerasi Jakarta yang meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Kondisi ini mendorong perlunya proyek percontohan untuk inventarisasi sumber emisi di kawasan tersebut.
Berikut tiga strategi terobosan pengendalian polusi udara di Indonesia;
1. Kebijakan Berbasis Data dan Sains
Data yang akurat, komprehensif, dan terintegrasi sangat penting untuk mengidentifikasi sumber polusi serta
merumuskan kebijakan dan langkah-langkah mitigasi yang paling efektif dalam pengendalian udara bersih.
Selain itu, sains berperan sebagai alat utama dalam menyusun kebijakan yang tepat. Untuk memastikan
kualitas udara di Indonesia yang sejalan dengan rekomendasi kesehatan global, diperlukan basis data yang
akurat dengan tolok ukur berdasarkan standar nasional dan internasional, serta pedoman kesehatan yang
mencakup kuantifikasi dampak polusi.
2. Aksi Kolektif untuk Masa Depan Indonesia
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam mempercepat
implementasi solusi untuk mengurangi polusi udara. Masalah ini harus ditangani secara bersama-sama
melalui pembentukan koalisi yang kuat di antara semua pemangku kepentingan untuk mempercepat
tindakan mitigasi dan mencapai hasil yang berkelanjutan.
3. Mobilisasi Pendanaan untuk Pengendalian Polusi Udara
Pendanaan dari sektor publik, swasta, serta bank pembangunan multilateral memainkan peran yang sangat
krusial dalam mendukung investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas udara di kawasan Asia dan Pasifik.
ekonomi di Indonesia. Studi oleh ITB, IIASA, dan Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa jika tidak ada
tindakan lebih lanjut untuk mengatasi polusi udara, biaya kesehatan yang ditimbulkan bisa mencapai sekitar 1,6%
dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, atau sekitar USD27 miliar per tahun pada 2030.
"Kolaborasi yang kuat dapat mendorong perubahan nyata dalam kualitas udara di Indonesia sambil tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Partner Systemiq and Head of APAC Sustainable Finance, Masyita Crystallin dalam diskusi bertajuk "Aksi Kolektif untuk Mengatasi Polusi Udara" dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 dikutip, Selasa (10/9/2024).
Baca Juga: ISF 2024, Presiden Terpilih Prabowo Diminta Jadikan Polusi Udara Isu Prioritas
Sebagai langkah konkret, Systemiq akan meluncurkan white paper bersama Kemenkomarves dan didukung oleh ClimateWorks Foundation, akhir tahun ini berjudul 'Better Air, Better Indonesia: The Economic And Political Case For Urgent And Coordinated Action For Indonesia’s Clean Air', yang diharapkan dapat menjadi panduan oleh pemerintahan yang baru dalam menetapkan kebijakan pengendalian polusi udara."
Dalam acara tersebut juga diluncurkan Jakarta Initiative for Sustainable and Intelligent Urban Mobility (JI4SIUM),
yang diprakarsai oleh Intelligent Transport System (ITS) Indonesia, KADIN Indonesia, dan 5P Global Movement, serta didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Kementerian Perhubungan. Inisiatif ini didukung oleh 17 organisasi, termasuk Systemiq, yang berkomitmen untuk merealisasikan proses implementasinya.
JI4SIUM bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong kemitraan dalam mempercepat transisi menuju mobilitas listrik di wilayah perkotaan melalui berbagai program. Salah satu upayanya adalah bekerja sama dengan pemerintah, sektor swasta, dan investor untuk menyusun roadmap transisi ke kendaraan listrik, serta mendukung pengembangan proyek kendaraan
listrik di kota-kota besar di Indonesia.
Presiden Intelligent Transport System (ITS) Indonesia, William Sabandar, mengungkapkan, "Melalui inisiatif ini
kami berharap pada 2035, setidaknya 10 kota di Indonesia telah beralih ke kendaraan listrik, dengan penetrasi
lebih dari 50% dari total populasi kendaraan."
Lebih lanjut William menyampaikan sektor swasta memegang peran penting dalam mendorong aksi kolektif untuk udara bersih. Dengan berinvestasi dalam praktik berkelanjutan dan teknologi inovatif, bisnis tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi polusi udara tetapi juga membuka manfaat ekonomi yang signifikan. Adapun inisiatif peluncuran JI4SIUM ini sejalan dengan visi besar pemerintah baru untuk menciptakan Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Baca Juga: Polusi Udara Meningkatkan Serangan Asma, Kemenkes Fokus Perkuat Layanan Primer
Dalam kesempatan yang sama, Bicara Udara memperkuat pandangan ini dengan menekankan pentingnya integrasi data dan inventarisasi sumber emisi. Saat ini, inventarisasi sumber emisi baru dilakukan di Jakarta, padahal polusi udara bersifat lintas batas dan mempengaruhi kawasan aglomerasi Jakarta yang meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Kondisi ini mendorong perlunya proyek percontohan untuk inventarisasi sumber emisi di kawasan tersebut.
Berikut tiga strategi terobosan pengendalian polusi udara di Indonesia;
1. Kebijakan Berbasis Data dan Sains
Data yang akurat, komprehensif, dan terintegrasi sangat penting untuk mengidentifikasi sumber polusi serta
merumuskan kebijakan dan langkah-langkah mitigasi yang paling efektif dalam pengendalian udara bersih.
Selain itu, sains berperan sebagai alat utama dalam menyusun kebijakan yang tepat. Untuk memastikan
kualitas udara di Indonesia yang sejalan dengan rekomendasi kesehatan global, diperlukan basis data yang
akurat dengan tolok ukur berdasarkan standar nasional dan internasional, serta pedoman kesehatan yang
mencakup kuantifikasi dampak polusi.
2. Aksi Kolektif untuk Masa Depan Indonesia
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam mempercepat
implementasi solusi untuk mengurangi polusi udara. Masalah ini harus ditangani secara bersama-sama
melalui pembentukan koalisi yang kuat di antara semua pemangku kepentingan untuk mempercepat
tindakan mitigasi dan mencapai hasil yang berkelanjutan.
3. Mobilisasi Pendanaan untuk Pengendalian Polusi Udara
Pendanaan dari sektor publik, swasta, serta bank pembangunan multilateral memainkan peran yang sangat
krusial dalam mendukung investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas udara di kawasan Asia dan Pasifik.
(nng)