Dolar Perkasa, Rupiah Terjungkal ke Level Rp15.439
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 37 poin atau 0,24 persen ke level Rp15.439 setelah sebelumnya di Rp15.401 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat dipengaruhi data inflasi indeks harga konsumen inti terbaca lebih tinggi dari yang diharapkan untuk bulan Agustus. Sementara inflasi IHK utama masih mereda, pembacaan inti menunjukkan bahwa inflasi mungkin terbukti lebih kuat dari yang diharapkan sebelumnya, yang mengharuskan pemotongan suku bunga yang lebih kecil dari Fed.
"Taruhan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga hanya sebesar 25 basis poin ketika bertemu minggu depan tumbuh secara substansial setelah data Rabu, sementara taruhan pada pemotongan 50 bps berkurang lebih dari setengahnya, CME Fedwatch menunjukkan," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (12/9/2024).
Namun sebelum pertemuan Fed minggu depan, fokusnya adalah pada data inflasi indeks harga produsen yang akan dirilis pada Kamis malam, untuk isyarat lebih lanjut tentang inflasi. Prospek pemotongan suku bunga yang lebih kecil menjadi pertanda buruk bagi mata uang yang melawan dolar AS, mengingat skenario seperti itu menandakan kondisi moneter AS yang lebih ketat untuk waktu yang lebih lama.
Selain itu, investor menunggu keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa yang akan diumumkan hari ini. ECB akan bertemu pada pukul 12.15 GMT pada hari Kamis, di mana secara luas diharapkan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.
Pasar akan lebih fokus pada komentar Presiden ECB Christine Lagarde, yang akan dirilis pada pukul 12.45 GMT, untuk mengonfirmasi apakah suku bunga lebih lanjut akan menyusul pada bulan Oktober dan Desember.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.340 - Rp15.450 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat dipengaruhi data inflasi indeks harga konsumen inti terbaca lebih tinggi dari yang diharapkan untuk bulan Agustus. Sementara inflasi IHK utama masih mereda, pembacaan inti menunjukkan bahwa inflasi mungkin terbukti lebih kuat dari yang diharapkan sebelumnya, yang mengharuskan pemotongan suku bunga yang lebih kecil dari Fed.
"Taruhan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga hanya sebesar 25 basis poin ketika bertemu minggu depan tumbuh secara substansial setelah data Rabu, sementara taruhan pada pemotongan 50 bps berkurang lebih dari setengahnya, CME Fedwatch menunjukkan," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (12/9/2024).
Namun sebelum pertemuan Fed minggu depan, fokusnya adalah pada data inflasi indeks harga produsen yang akan dirilis pada Kamis malam, untuk isyarat lebih lanjut tentang inflasi. Prospek pemotongan suku bunga yang lebih kecil menjadi pertanda buruk bagi mata uang yang melawan dolar AS, mengingat skenario seperti itu menandakan kondisi moneter AS yang lebih ketat untuk waktu yang lebih lama.
Selain itu, investor menunggu keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa yang akan diumumkan hari ini. ECB akan bertemu pada pukul 12.15 GMT pada hari Kamis, di mana secara luas diharapkan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.
Pasar akan lebih fokus pada komentar Presiden ECB Christine Lagarde, yang akan dirilis pada pukul 12.45 GMT, untuk mengonfirmasi apakah suku bunga lebih lanjut akan menyusul pada bulan Oktober dan Desember.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.340 - Rp15.450 per dolar AS.
(fch)