2020, Perlambatan Global Akan Tekan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Jum'at, 08 November 2019 - 03:21 WIB
2020, Perlambatan Global Akan Tekan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2020, Perlambatan Global Akan Tekan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat bahkan menurun di bawah 5% di tahun 2020. Hal ini karena perlambatan ekonomi global yang akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ekonom sekaligus Lead Adviser Prospera, Anton Gunawan, mengatakan arah pertumbuhan ekonomi global cenderung masih flat atau sedikit melambat. Kondisi ini memengaruhi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.

"Tapi itu tergantung dari daya dorong di dalam negeri, apa yang bisa dilakukan untuk menahan supaya ekonomi tidak tertekan," ujarnya di Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Anton melanjutkan, beberapa sektor yang masih mengalami kontraksi adalah industri manufaktur dan pertambangan. Untuk industri manufaktur masih didorong oleh industri makanan dan minuman karena terbantu oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO). Sementara pertambangan dan hasil tambang masih berat. Begitu juga pada kelompok perdagangan besar dan retail.

Menurut dia, investasi bisa menjadi salah satu penentu jika pemerintah ingin menahan laju perlambatan ekonomi. Di sisi lain, stabilitas politik juga perlu dijaga jika ingin menarik investasi masuk.

"Sekarang fokus Presiden Jokowi di kabinet kedua adalah menjaga stabilitas politik. Sebelumnya, faktor itu membuat investor agak ragu-ragu untuk berinvestasi karena kondisi politik saat pemilu yang bertentangan membuat investor dan pelaku bisnis wait and see," jelasnya.

Anton menuturkan, pemerintah juga perlu melakukan reformasi kebijakan untuk menarik investor. Peningkatan investasi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

"Misalkan naik 8%, itu bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga menjadi 5,1%-5,2%. Ini yang belum ter-capture perubahan sentimen investasi," ungkapnya.

Meski begitu, lanjut Anton, perlambatan ekonomi global tidak akan menurunkan pertumbuhan ekonomi terlalu tajam. "Walaupun dilihat dari situasi sekarang agak berat bahkan flat atau turun sedikit, saya ngga percaya kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia akan 4% atau 4,5%. Karena pasti ada beberapa indikator atau policy pemerintah yang mencoba mendorong atau menahan agar tidak turun cukup besar," tuturnya.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Sri Soelistyowati, mengatakan investasi hanya mampu tumbuh 4,21% pada kuartal III 2019, melambat dibandingkan kuartal III 2018 sebesar 6,96%.

"Investasi mengalami penurunan signifikan, bahkan lebih rendah dari kuartal II 2019 yang mana hari kerja lebih pendek karena libur puasa dan lebaran. Banyak buruh yang sudah libur duluan," ujarnya.

Pertumbuhan barang modal jenis mesin yang berasal dari impor tumbuh melambat, sementara yang berasal dari domestik mengalami kontraksi. Barang modal jenis kendaraan baik yang berasal dari domestik maupun impor mengalami kontraksi. Meski demikian, impor kendaraan jenis lokomotif dan kapal terbang masih meningkat.

"Produk kekayaan intelektual juga menurun. Itu terkait software meningkat tetapi film yang lolos sensor mengalami pertumbuhan negatif, turun 45%," ungkapnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5588 seconds (0.1#10.140)