Singapura Kota Paling Prospektif untuk Investasi Properti

Rabu, 13 November 2019 - 07:21 WIB
Singapura Kota Paling Prospektif untuk Investasi Properti
Singapura Kota Paling Prospektif untuk Investasi Properti
A A A
LONDON - Singapura diprediksi menjadi pasar properti terpanas pada 2020. Nasib berbeda terjadi pada Hong Kong yang terpukul aksi protes berkepanjangan selama beberapa bulan terakhir.

Hasil survei terbaru yang dirilis Urban Land Institute dan PricewaterhouseCoopers LLP menyebutkan tren properti di kawasan Asia, terutama Singapura, diuntungkan oleh meningkatnya minat di kalangan investor. Sementara di bagian lain banyak investor menghindari China dan Hong Kong karena dianggap memiliki masalah geopolitik.

Di dalam negeri Kota Jakarta masih dianggap stabil sehingga tetap mendapat kepercayaan dari investor sektor real estate. Sayangnya, dari sisi peringkat Jakarta berada di urutan ke-18 dalam hal prospek investasi tahun depan. Peringkat itu turun tiga level bila dibuang kaderibanding tahun ini yang ada di urutan ke-15.

PwC menyatakan, masih ada masih sejumlah isu yang memengaruhi pemeringkatan prospek investasi kota terbesar di Tanah Air itu. “Jakarta yang merupakan ibu kota negara menjadi perhatian para investor sejak beberapa tahun terakhir,” ungkap PwC.

Laporan PwC juga mengungkapkan, harga properti di Jakarta sempat jatuh akibat melimpahnya jumlah perkantoran dan perumahan. Meski demikian investor mendapatkan hal menarik lainnya karena Jakarta juga menjadi pusat logistik dengan fasilitas modern berskala besar.

Sektor lainnya yang dapat diambil positifnya oleh investor ialah ekuitas swasta seperti non-performing loan (NPL) dan pembelian unit langsung dari pengembang. Bagaimanapun, menurut PwC, kekosongan perkantoran di Jakarta mendekati 35% pada pertengahan 2018. Akibatnya, nilai modal dan sewa menurun signifikan tahun ini.

“Jakarta menjadi satu-satunya kota besar di Asia Pasifik yang mengalami penurunan. Aktivitas perdagangan aset di Jakarta sangat rendah. Selain pasar secara umum digenggam terlalu erat, pemilik juga tidak mau memotong harga, sekalipun mereka memahami terjadi penurunan nilai modal dan sewa,” ungkap PwC.

Pada laporan tersebut, PwC juga menyatakan bahwa pasar perumahan menderita akibat kelebihan pasokan dan rendahnya transaksi, terutama kelas atas seperti apartemen. Menurut firma tersebut, konsumen Indonesia lebih banyak menuntut perumahan terjangkau di daerah sekitar Jakarta. Sehingga, investor direkomendasikan membeli apartemen tersebut untuk disewakan kepada konsumen.

“Kesepakatan seperti ini sudah pernah dipraktikan sejak 2018,” ungkap PwC. Pembangunan di kawasan industri juga rendah akibat terlalu tingginya harga tanah sehingga minat investor menurun. Makelar Cushman & Wakefield menyatakan penjualan tanah di Jakarta turun sebesar 60% pada kuartal pertama (Q1) 2018.

Pukulan Terhadap Hong Kong


Dalam daftar kota dengan pasar properti terpanas, Singapura mendapat kehormatan di urutan teratas. Adapun Hong Kong yang biasanya menjadi salah satu kota favorit investor untuk investasi real estate harus rela kehilangan gensinya karena demo yang terus menerus dalam beberapa bulan terakhir. Hong Kong diprediksi jatuh dari posisi 14 ke posisi 22 pada tahun depan.

Kenaikkan investasi di Singapura tidak terlepas dari kaburnya investor dari China dan Hong Kong menyusul adanya ketegangan geopolitik. Imigrasi modal itu memberikan perubahan signifikan. Pada 2017, Singapura dikalahkan Tokyo, Bangalore, dan Syndey dan berada di urutan ke-21 dari 22 kota daftar PwC.

Selama beberapa kuartal terakhir, harga apartemen kembali pulih di Singapura. Hal itu menandakan ketahanan pasar perumahan. Menurut CEO Urband Land Institute (ULI) Ed Walter, perjuangan Hong Kong mempertahankan kepercayaan diri investor menjadi pertanda baik bagi Singapura dalam jangka pendek.

“Teori investasi tidak pernah berbicara masa lalu, tapi masa depan,” ujar Walter, dikutip SCMP. Singapura juga menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Pasifik yang mengalami kenaikkan transaksi properti pada kuartal 1/2019. Mayoritas aktivitas didorong modal lintas batas yang mencapai USD4,9 miliar, naik 73%.

Australia juga mengalami kenaikkan dengan peningkatan kesepakatan investasi sekita 3% atau hampir mencapai USD12 miliar. Namun, secara keseluruhan, aliran modal dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa menuju Asia Pasifik dalam bisnis properti anjlok menyusul terjadinya perang degang, bahkan terendah sejak 2012.

Hong Kong sedang mengalami krisis. Selain mengalami penurunan investasi real estate, angka pariwisata dan ritel Hong Kong juga mencapai titik terendah sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut PwC, investor yang mencoba menekan kesepakatan di Hong Kong pada saat ini diprediksi bakal kecewa.

“Pemilik properti perumahan dan komersial di Hong Kong mungkin hanya akan duduk sampai badai berlalu,” ungkap PwC. Kendati demikian Walter mengatakan Hong Kong masih menjadi pasar real estate yang amat tangguh karena mampu mempertahankan harga properti yang sangat tinggi di tingkat global.

Sektor ritel kemungkinan akan kembali pulih dalam waktu relatif cepat jika situasi sudah kondusif, sedangkan sektor lain akan pulih secara bertahap. “Masalah terbesarnya ialah kita tidak tahu apa yang terjadi, terutama dalam bidang politik, mengingat Hong Kong merupakan pusat keuangan dunia,” kata Walter.

Dari segi prospek pengembangan kota, Ho Chi Minh memiliki masa depan cerah. Pada tahun depan Ho Chi Minh diperkirakan berada di urutan teratas sebagai kota paling menjanjikan untuk dikembangkan mengalahkan Singapura, Sydney, dan Tokyo. Sementara Jakarta berada di urutan ke-17 sebagai kota paling prospektif dalam hal pengembangannya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5157 seconds (0.1#10.140)