Arab Saudi Cs Diam-diam Bantu Rusia Jual Minyak ke Barat, Nilainya Tembus Rp30 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rusia melakukan pencucian minyak mentah ke Barat dengan bantuan para perantara meskipun dihujani sanksi Amerika Serikat (AS). Sebuah laporan terbaru dari CERA menunjukkan bahwa Rusia telah menjual minyak senilai USD2 miliar atau setara Rp30 triliun kepada negara-negara Barat melalui perantara.
Pemerintahan Vladimir Putin telah mengabaikan sanksi-sanksi AS untuk menjaga ekonominya tetap bertahan dan bisnis-bisnis milik negara tetap berjalan normal. Rusia telah menggunakan bantuan rekan-rekan BRICS-nya, India dan China, untuk menghindari sanksi AS. Selain itu, Rusia telah menjual sebagian besar minyak mentahnya ke Turki, yang kemudian mencuci komoditas tersebut ke Barat.
Baca Juga: Rusia Rilis Daftar 47 Negara yang Berstatus Musuh, Siapa Saja?
Penelitian CERA menemukan bahwa negara-negara Barat, sebagian besar dari Eropa, telah meningkatkan pembelian mereka dari penyulingan Turki. Menurut analisis Kpler, India, mitra BRICS, menyalurkan sekitar 89.000 barel minyak Rusia.
Tahun lalu saja, Arab Saudi juga membeli minyak Rusia dengan harga diskon dan menyalurkannya ke seluruh Eropa. Langkah ini membantu negara-negara lain untuk membeli minyak dengan harga yang lebih murah karena sanksi AS.
Jika Turki dan Arab Saudi bergabung dengan BRICS, pergerakan minyak Rusia ke Eropa dapat menjadi hal yang luar biasa. Selain BRICS, Dewan Kerjasama Teluk (GCC) juga memberikan dukungan kepada Rusia untuk mengamankan kesepakatan minyak di tengah sanksi AS.
Baca Juga: Munafik, Diam-diam Mayoritas Perusahaan Eropa Tetap Berbisnis dengan Rusia
Negara-negara GCC meliputi Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Bahrain, dan Oman. Melansir dari WatcherGuru, semua negara GCC, yang kaya akan minyak mengekspor jutaan barel minyak ke AS dan Eropa setiap tahun.
Timur Tengah saat ini terbuka menerima yuan China untuk transaksi minyak bersama dengan dolar AS. Hal ini mendorong anggota-anggota BRICS, yaitu Rusia, China, dan India, untuk mengedepankan mata uang lokal mereka untuk transaksi lintas batas. BRICS ingin memutuskan hubungan dengan dolar AS untuk transaksi minyak dan perdagangan mata uang lokal.
Pemerintahan Vladimir Putin telah mengabaikan sanksi-sanksi AS untuk menjaga ekonominya tetap bertahan dan bisnis-bisnis milik negara tetap berjalan normal. Rusia telah menggunakan bantuan rekan-rekan BRICS-nya, India dan China, untuk menghindari sanksi AS. Selain itu, Rusia telah menjual sebagian besar minyak mentahnya ke Turki, yang kemudian mencuci komoditas tersebut ke Barat.
Baca Juga: Rusia Rilis Daftar 47 Negara yang Berstatus Musuh, Siapa Saja?
Penelitian CERA menemukan bahwa negara-negara Barat, sebagian besar dari Eropa, telah meningkatkan pembelian mereka dari penyulingan Turki. Menurut analisis Kpler, India, mitra BRICS, menyalurkan sekitar 89.000 barel minyak Rusia.
Tahun lalu saja, Arab Saudi juga membeli minyak Rusia dengan harga diskon dan menyalurkannya ke seluruh Eropa. Langkah ini membantu negara-negara lain untuk membeli minyak dengan harga yang lebih murah karena sanksi AS.
Jika Turki dan Arab Saudi bergabung dengan BRICS, pergerakan minyak Rusia ke Eropa dapat menjadi hal yang luar biasa. Selain BRICS, Dewan Kerjasama Teluk (GCC) juga memberikan dukungan kepada Rusia untuk mengamankan kesepakatan minyak di tengah sanksi AS.
Baca Juga: Munafik, Diam-diam Mayoritas Perusahaan Eropa Tetap Berbisnis dengan Rusia
Negara-negara GCC meliputi Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Bahrain, dan Oman. Melansir dari WatcherGuru, semua negara GCC, yang kaya akan minyak mengekspor jutaan barel minyak ke AS dan Eropa setiap tahun.
Timur Tengah saat ini terbuka menerima yuan China untuk transaksi minyak bersama dengan dolar AS. Hal ini mendorong anggota-anggota BRICS, yaitu Rusia, China, dan India, untuk mengedepankan mata uang lokal mereka untuk transaksi lintas batas. BRICS ingin memutuskan hubungan dengan dolar AS untuk transaksi minyak dan perdagangan mata uang lokal.
(nng)