Ekonomi India Meroket, Selangkah Lagi Terbesar Ketiga di Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - India berada di jalur yang tepat untuk menjadi ekonomi terbesar ketiga dunia , yang menurut proyeksi S & P Global bakal terjadi pada tahun 2031. Saat ini ekonomi India berada di belakang AS (Amerika Serikat), China, Jepang, dan Jerman, jika diukur dalam greenback atau dolar AS.
Namun secara paritas daya beli, India sudah duduk di tempat ketiga. Analis memperkirakan, nilai ekonomi India bakal mencapai USD10 triliun setara Rp150.853 triliun (Kurs Rp15,085 per USD) pada akhir dekade ini.
S & P memperkirakan pertumbuhan PDB tahunan untuk India sebesar 6,7% dalam laporan terbarunya. Semantara menurut data pemerintah, PDB meningkat sebesar 8,2% pada tahun fiskal 2023-2024 dan 7,2% pada tahun fiskal sebelumnya, memperkuat posisi India sebagai ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Awal bulan ini, Bank Dunia (World Bank) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi India menjadi 7% untuk tahun fiskal saat ini, naik dari 6,6%. Revisi ini mencerminkan ekspektasi kinerja ekonomi yang lebih kuat, didukung oleh faktor-faktor termasuk konsumsi swasta dan investasi.
Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun ekonomi menunjukkan ketahanan, mencapai target ambisius ekspor barang dagangan sebesar USD1 triliun pada tahun 2030 akan membutuhkan diversifikasi strategis dan integrasi yang lebih besar ke dalam rantai pasokan global.
Pembaruan ini menggemakan optimisme serupa dari IMF, yang juga merevisi proyeksi pertumbuhan India untuk tahun fiskal saat ini menjadi 7% pada bulan Juli, hal itu meningkat 20 basis poin. IMF menyoroti peningkatan konsumsi swasta yang signifikan, sebagai faktor kunci yang mendorong penyesuaian tersebut.
Untuk mempertahankan pertumbuhan, India harus memperkenalkan reformasi demi meningkatkan transaksi bisnis dan logistik, meningkatkan investasi sektor swasta, dan mengurangi ketergantungan pada modal publik, tulis S&P. Ditambahkan juga bahwa India perlu fokus pada pengembangan infrastruktur pelabuhan dan garis pantai untuk mengakomodasi peningkatan ekspor.
Bulan lalu, New Delhi menyetujui proposal untuk membangun pelabuhan besar di pantai baratnya agar terhubung dengan jaringan perdagangan global utama, termasuk Rusia, Asia Tengah, dan Eropa. Pelabuhan, yang akan dibangun di Maharashtra, akan membantu arus perdagangan melalui Koridor Transportasi Utara-Selatan Internasional.
Rute tersebut melewati Iran, di mana India juga sedang mengembangkan proyek besar – Pelabuhan Chabahar di Teluk Oman. Hal itu menawarkan India pijakan strategis di kawasan ini, menyediakan rute langsung ke sejumlah pasar yang juga diincar oleh China melalui Belt and Road Initiative (BRI)-nya.
S&P mengatakan, untuk mendukung pertumbuhan yang cepat dan mengatasi polusi udara dan ancaman perubahan iklim, India perlu mempercepat transisi energinya. Untuk memenuhi tantangan ini, laporan S&P mencatat, India mendiversifikasi sumber energi dan meningkatkan infrastruktur jaringan, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas terbarukan lebih dari tiga kali lipat menjadi sekitar 500 GW pada tahun 2030.
Selain itu, India fokus pada teknologi rendah emisi seperti hidrogen hijau, amonia hijau, reaktor nuklir kecil, dan penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon untuk mencapai target iklimnya.
Sektor pertanian berkontribusi 18% terhadap PDB dan juga bertanggung jawab atas mata pencaharian 47% populasi di India, akan mengandalkan teknologi canggih dan kebijakan baru "untuk meningkatkan infrastruktur dan produktivitas."
Lembaga pemeringkat juga memperkirakan bahwa AI bakal memainkan peran penting di beberapa sektor utama di masa depan. Pasar AI di India diperkirakan akan tumbuh sebesar USD17 miliar-USD22 miliar pada tahun 2027, efeknya bakal menarik investasi sebesar USD4 miliar, menurut NASSCOM.
Namun secara paritas daya beli, India sudah duduk di tempat ketiga. Analis memperkirakan, nilai ekonomi India bakal mencapai USD10 triliun setara Rp150.853 triliun (Kurs Rp15,085 per USD) pada akhir dekade ini.
S & P memperkirakan pertumbuhan PDB tahunan untuk India sebesar 6,7% dalam laporan terbarunya. Semantara menurut data pemerintah, PDB meningkat sebesar 8,2% pada tahun fiskal 2023-2024 dan 7,2% pada tahun fiskal sebelumnya, memperkuat posisi India sebagai ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Awal bulan ini, Bank Dunia (World Bank) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi India menjadi 7% untuk tahun fiskal saat ini, naik dari 6,6%. Revisi ini mencerminkan ekspektasi kinerja ekonomi yang lebih kuat, didukung oleh faktor-faktor termasuk konsumsi swasta dan investasi.
Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun ekonomi menunjukkan ketahanan, mencapai target ambisius ekspor barang dagangan sebesar USD1 triliun pada tahun 2030 akan membutuhkan diversifikasi strategis dan integrasi yang lebih besar ke dalam rantai pasokan global.
Pembaruan ini menggemakan optimisme serupa dari IMF, yang juga merevisi proyeksi pertumbuhan India untuk tahun fiskal saat ini menjadi 7% pada bulan Juli, hal itu meningkat 20 basis poin. IMF menyoroti peningkatan konsumsi swasta yang signifikan, sebagai faktor kunci yang mendorong penyesuaian tersebut.
Untuk mempertahankan pertumbuhan, India harus memperkenalkan reformasi demi meningkatkan transaksi bisnis dan logistik, meningkatkan investasi sektor swasta, dan mengurangi ketergantungan pada modal publik, tulis S&P. Ditambahkan juga bahwa India perlu fokus pada pengembangan infrastruktur pelabuhan dan garis pantai untuk mengakomodasi peningkatan ekspor.
Bulan lalu, New Delhi menyetujui proposal untuk membangun pelabuhan besar di pantai baratnya agar terhubung dengan jaringan perdagangan global utama, termasuk Rusia, Asia Tengah, dan Eropa. Pelabuhan, yang akan dibangun di Maharashtra, akan membantu arus perdagangan melalui Koridor Transportasi Utara-Selatan Internasional.
Rute tersebut melewati Iran, di mana India juga sedang mengembangkan proyek besar – Pelabuhan Chabahar di Teluk Oman. Hal itu menawarkan India pijakan strategis di kawasan ini, menyediakan rute langsung ke sejumlah pasar yang juga diincar oleh China melalui Belt and Road Initiative (BRI)-nya.
S&P mengatakan, untuk mendukung pertumbuhan yang cepat dan mengatasi polusi udara dan ancaman perubahan iklim, India perlu mempercepat transisi energinya. Untuk memenuhi tantangan ini, laporan S&P mencatat, India mendiversifikasi sumber energi dan meningkatkan infrastruktur jaringan, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas terbarukan lebih dari tiga kali lipat menjadi sekitar 500 GW pada tahun 2030.
Selain itu, India fokus pada teknologi rendah emisi seperti hidrogen hijau, amonia hijau, reaktor nuklir kecil, dan penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon untuk mencapai target iklimnya.
Sektor pertanian berkontribusi 18% terhadap PDB dan juga bertanggung jawab atas mata pencaharian 47% populasi di India, akan mengandalkan teknologi canggih dan kebijakan baru "untuk meningkatkan infrastruktur dan produktivitas."
Lembaga pemeringkat juga memperkirakan bahwa AI bakal memainkan peran penting di beberapa sektor utama di masa depan. Pasar AI di India diperkirakan akan tumbuh sebesar USD17 miliar-USD22 miliar pada tahun 2027, efeknya bakal menarik investasi sebesar USD4 miliar, menurut NASSCOM.
(akr)