Berkat 'Gas dan Rem' Jokowi, Indonesia Selamat dari Badai Krisis Ekonomi

Selasa, 15 Oktober 2024 - 15:25 WIB
loading...
Berkat Gas dan Rem Jokowi,...
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dipuji dunia karena kebijakan Gas dan Rem Indonesia selamat dari krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sejak ditetapkan sebagai pandemi Covid-19 pada 11 Maret 2020 oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) lalu, virus corona telah menyebar luas ke seluruh dunia. Tak hanya berdampak pada krisis kesehatan, pandemi Covid-19 juga menyebabkan perekonomian sebagian besar negara-negara di dunia tumbuh negatif bahkan resesi. Hanya sebagian kecil negara di dunia yang masih bertahan dan ekonominya tumbuh.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis ekonomi di seantero jagat. Tidak hanya dialami negara-negara berkembang dan miskin, negara-negara maju juga merasakan dampak negatif merebaknya Covid-19. Sebagian besar negara maju bahkan terperangkap dalam resesi ekonomi yang cukup dalam. Begitu pula negara berkembang.

Sejumlah lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 diprediksi akan turun lebih dalam dari tahun-tahun sebelumnya. Pada Januari 2021, IMF mengestimasi pertumbuhan ekonomi global di angka minus 3,5%. Sementara Bank Dunia pada Januari 2021 dan OECD pada Desember 2020 masing-masing memprediksi penurunan pertumbuhan ekonomi global lebih dalam menjadi minus 5,2% dan minus 4,2%.

Lesunya perekonomian global tersebut tak lepas dari efek pandemi Covid-19 yang menjalar hingga ke persoalan ekonomi dan keuangan dunia. Kedatangannya yang tiba-tiba memberikan tekanan yang besar dari sisi penawaran dan permintaan.

Rantai produksi dunia bukan hanya terganggu, bahkan terputus, karena banyak negara memilih karantina wilayah (lockdown) untuk menahan laju penyebaran Covid-19. Gangguan suplai juga menjalar ke sisi permintaan, konsumsi turun signifikan, investasi merosot drastis, dan perdagangan dunia sangat lesu.

Turunnya aktivitas perekonomian dan terbatasnya mobilitas barang dan jasa, serta pembatasan ruang gerak penduduk, pada akhirnya memukul pula pendapatan perusahaan dan masyarakat. Akibatnya, pemutusan hubungan kerja dan merumahkan karyawan terjadi di mana-mana di dunia.

Penerapan kebijakan pembatasan mobilitas untuk menekan penyebaran Covid-19 menimbulkan pula goncangan baik di pasar keuangan maupun sektor riil. Di sisi penanganan dampak ekonomi, berbagai kebijakan diarahkan pada tiga prioritas, yaitu menyediakan dana untuk penanganan kesehatan, menyalurkan bantuan jaringan pengaman sosial, dan memberikan stimulus/dukungan ekonomi kepada dunia usaha.

Indonesia menunjukkan kemampuan yang baik selama mengelola pandemi Covid-19 di bawah kepemipinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bukan hanya angka kematian per kapita yang rendah, tapi juga didukung kebijakan fiskal yang tepat.

"Kebijakan 'Gas dan Rem' waktu itu 90% sukses karena waktu korban pandemi dapat dikendalikan, daya beli masyarakat masih mampu dan bertahan," ujar Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, saat dihubungi SINDOnews baru-baru ini.

Senada, ekonom Muhammadiyah, yang juga Direktur Program Pascasarjana Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta, Mukhaer Pakkana mengamini bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tercepat dalam proses pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

"Indonesia sebagai salah satu negara yang tercepat dalam proses recovery bahkan tumbuh lebih cepat di atas rata-rata ekonomi dunia," ujarnya.



Keberhasilan melewati masa sulit ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari sedikit negara yang berhasil menangani krisis global akibat Covid-19 dengan cepat. Presiden Jokowi saat itu menerapkan strategi pendekatan 'Gas dan Rem' untuk menanggulangi krisis.

Keseimbangan antara penanganan kesehatan dan stabilitas ekonomi diupayakan, sehingga sekali waktu pembatasan ketat dilakukan namun juga diselingi pelonggaran bagi aktivitas masyarakat. Ada 3 roda penting dalam mengoperasikan 'Gas dan Rem'. Pertama, stimulus ekonomi yang menjamin masyarakat tidak kehilangan pekerjaan. Kedua, perlindungan sosial agar masyarakat tidak kelaparan dan ketiga penanganan kesehatan untuk meminimalisir korban. Di samping itu juga memberikan dukungan digitalisasi bagi UMKM.

Berdasarkan riset yang dirilis pada 2024 oleh WHO, Indonesia mengalami resesi yang rendah. Indikatornya, Indonesia hanya terkontraksi 2,07% pada 2020. Inggris terkontraksi 9,9%. Jepang menyusut 4,8% sedangkan Perancis dan Italia menutup tahun 2020 dengan kontraksi masing-masing 8,2% dan 8,9%.

Di kawasan Asia Tenggara Singapura tercatat terkontraksi 5,4%, Malaysia minus 5,6%, dan Thailand minus 6,1%. Sementara, Filipina menjadi yang paling buruk lantaran perekonomiannya terkontraksi hingga 9,5% pada 2020. Pemerintahan Presiden Joko Widodo dipandang berhasil menjaga stabilitas ekonomi, terutama di masa Pandemi Covid-19.

Melalui kebijakan Gas-Rem, pemerintah berhasil mengontrol jalannya roda perekonomian dan juga kesehatan masyarakat di masa pandemi, melalui satu komando dari pusat sampai ke daerah, serta penerapan PPKM dan micro management yang menyesuaikan tingkat positif Covid di setiap provinsi.

Dunia Memuji Jokowi

Strategi 'Gas dan Rem' yang dilakukan Indonesia diapresiasi dunia. Dari hasil asesmen IMF yang disampaikan dalam laporan Article IV Consultation tahun 2021 yang dirilis Rabu, 23 Maret 2022 menilai Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan sektor keuangan di tengah pandemi Covid-19, didukung oleh kinerja makroekonomi yang kuat, serta respons kebijakan yang tegas dan menyeluruh.

Tak hanya IMF, strategi 'Gas dan Rem' diapresiasi oleh Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Abdulla Shahid saat menghadiri The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022, yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, pada Rabu, 25 Mei 2022.

"Ini merupakan bukti komitmen kuat dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Yang Mulia Presiden Joko Widodo untuk memerangi Covid-19 dan mengembalikan negara ke jalur pemulihan," ujar Abdulla Shahid saat itu.

Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Jane Mohammed saat itu juga mengapresiasi langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia dalam penanganan pandemi Covid-19 di Tanah Air, termasuk capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang cakupannya lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Bank Dunia dan IMF juga memuji penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, khususnya paket kebijakan yang tertuang dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), kebijakan moneter yang akomodatif, dan upaya di sektor keuangan untuk mendorong kredit.

Pujian itu dilontarkan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dan Representatif Senior IMF untuk Indonesia James Walsh saat bertemu langsung dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu, 17 Juli 2022.



Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mendampingi Jokowi saat itu mengatakan, IMF menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia dalam penanganan Covid-19 dan menjaga stabilitas ekonomi. Dia menyampaikan bahwa IMF menilai perekonomian Indonesia dalam kondisi baik meskipun sejumlah negara sedang berada di pinggir jurang resesi akibat pandemi Covid-19.

IMF juga melihat bahwa kondisi membaiknya ekonomi Indonesia saat itu terlihat dari beberapa sisi seperti kinerja ekonomi, sisi pertumbuhan, sisi neraca pembayaran yang mengalami surplus perdagangan selama 26 bulan berturut-turut, dan sisi inflasi yang berada di bawah 5 persen.

Pujian strategi pemulihan ekonomi Indonesia dari gempuran pandemi Covid-19 pun dilontarkan oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 4 September 2023.

Kala itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi yang mendampingi Presiden Jokowi bertemu Kristalina, bahwa Bank Dunia juga IMF mengapresiasi atas prestasi ekonomi Indonesia di tengah gempuran pandemi Covid-19. Bahkan, Bank Dunia dan IMF juga memuji ekonomi Indonesia yang tidak masuk ke dalam jurang inflasi.

"Managing Director IMF bahkan mengatakan bahwa ASEAN is a bright spot di tengah situasi dunia yang sulit dan Indonesia dikatakan sebagai source of joy, source of hope. Dan ini juga memberikan pelajaran juga bagi negara-negara berkembang, kalau Indonesia bisa maka negara berkembang lain juga harus bisa," pungkasnya.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1732 seconds (0.1#10.140)