Pasar Batu Bara Tidak Kebal Terhadap Dampak Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Walaupun perlambatan ekonomi global serta penurunan aktivitas industri memberi tekanan yang besar terhadap permintaan maupun harga batu bara , PT Adaro Energy Tbk berhasil mencapai hasil yang membuktikan upaya maksimal untuk mempertahankan kinerja dan likuiditas yang tinggi di tengah tantangan makro dan industri yang sedang dihadapi.
(Baca Juga: Rhenald Kasali: Krisis Merupakan Energi Besar untuk Transformasi )
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Garibaldi Thohir PT Adaro Energy Tbk menuturkan, tidak dapat memungkiri bahwa kinerja Adaro pada semester I 2020 tidak kebal dari dampak penurunan permintaan batu bara yang terjadi karena wabah COVID-19.
"Namun, kami tetap memaksimalkan upaya untuk terus berfokus pada keunggulan operasional bisnis inti perusahaan, meningkatkan efisiensi dan produktifitas operasi, menjaga kas, dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha," katanya saat paparan publik secara virtual di Jakarta, Jumat (28/8/2020).
Walaupun masih harus menghadapi tantangan ini untuk beberapa saat ke depan, perseroan tetap yakin bahwa fundamental sektor batu bara dan energi di jangka panjang tetap kokoh, terutama karena dukungan aktivitas pembangunan di negara-negara Asia.
(Baca Juga: Agustus 2020, Harga Batu Bara Acuan Turun 3,49% Jadi US50,34 )
Pada semester I 2020, perseroan mencatat penurunan pendapatan sebesar 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang terutama diakibatkan oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 18% serta penurunan volume penjualan.
"Lockdown yang diterapkan banyak negara pengimpor batu bara untuk mengatasi COVID-19 mengakibatkan penurunan terhadap permintaan listrik industri, yang disusul oleh penurunan permintaan batu bara pada semester I 2020," ungkap dia.
Pada periode ini, volume produksi batu bara AE tercatat mencapai 27,29 juta ton, yang setara dengan penurunan 4% year-on-year (y-o-y) dibandingkan semester I 2019. Karena kondisi pasar yang sulit, pihaknya telah merevisi panduan produksinya untuk tahun ini menjadi 52-54 juta ton.
(Baca Juga: Rhenald Kasali: Krisis Merupakan Energi Besar untuk Transformasi )
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Garibaldi Thohir PT Adaro Energy Tbk menuturkan, tidak dapat memungkiri bahwa kinerja Adaro pada semester I 2020 tidak kebal dari dampak penurunan permintaan batu bara yang terjadi karena wabah COVID-19.
"Namun, kami tetap memaksimalkan upaya untuk terus berfokus pada keunggulan operasional bisnis inti perusahaan, meningkatkan efisiensi dan produktifitas operasi, menjaga kas, dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha," katanya saat paparan publik secara virtual di Jakarta, Jumat (28/8/2020).
Walaupun masih harus menghadapi tantangan ini untuk beberapa saat ke depan, perseroan tetap yakin bahwa fundamental sektor batu bara dan energi di jangka panjang tetap kokoh, terutama karena dukungan aktivitas pembangunan di negara-negara Asia.
(Baca Juga: Agustus 2020, Harga Batu Bara Acuan Turun 3,49% Jadi US50,34 )
Pada semester I 2020, perseroan mencatat penurunan pendapatan sebesar 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang terutama diakibatkan oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 18% serta penurunan volume penjualan.
"Lockdown yang diterapkan banyak negara pengimpor batu bara untuk mengatasi COVID-19 mengakibatkan penurunan terhadap permintaan listrik industri, yang disusul oleh penurunan permintaan batu bara pada semester I 2020," ungkap dia.
Pada periode ini, volume produksi batu bara AE tercatat mencapai 27,29 juta ton, yang setara dengan penurunan 4% year-on-year (y-o-y) dibandingkan semester I 2019. Karena kondisi pasar yang sulit, pihaknya telah merevisi panduan produksinya untuk tahun ini menjadi 52-54 juta ton.
(akr)